1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kongres Honduras Tolak Zelaya

3 Desember 2009

Zelaya digulingkan pihak militer akhir Juni lalu. Dengan penolakan kongres ini, makin sulit bagi Zelaya untuk kembali berperan di panggung politik Honduras.

https://p.dw.com/p/Kpei
Pesiden Honduras terguling Zelaya dalam satu wawancara di Kedubes Brasil, Minggu (29/11)Foto: AP

Para anggota Kongres di Honduras menolak kembalinya Zelaya dengan mayoritas besar. Dari 125 anggota Kongres yang hadir, 111 yang menyatakan tidak setuju Zelaya kembali ke kursi presiden, sekalipun hanya dua bulan saja untuk memenuhi masa jabatannya yang resmi. Zelaya seharusnya menjabat sebagai presiden sampai 27 Januari tahun 2010. Hari Minggu (29/11), pemerintahan kudeta sudah menggelar pemilihan presiden baru yang dimenangkan oleh politisi konservatif Porforio Lobo. Setelah lima bulan dilanda krisis, Lobo sekarang harus berusaha dengan cepat menyelesaikan pertikaian dan membenahi politik Honduras.

Menjelang perdebatan di Kongres Rabu (02/12), pengamanan di ibukota Tegucigalpa diperketat. Tentara dan polisi menjaga jalan-jalan dan tempat-tempat publik. Ratusan pendukung Zelaya sempat berkumpul dekat Gedung Kongres dan berdemonstrasi menuntut agar Zelaya kembali menjabat sebagai presiden.

Sekalipun terjadi perdebatan cukup keras, ternyata hanya 14 dari 128 anggota Kongres yang setuju Zelaya kembali ke jabatannya, 3 orang tidak hadir. Zelaya menyatakan kecewa terhadap keputusan itu. Saya menghimbau kepada rakyat agar terus berjuang menentang diktatur, kata Zelaya di stasiun radio lokal Radio Globo. Sejak kembali ke Honduras, Zelaya mencari perlindungan di Kedutaan Besar Brasil di Tegucigalpa.

Ketua Kongres Jose Alfredo Saavedra menerangkan sebelum perdebatan di Kongres, keputusan yang akan diambil merupakan keinginan dan aspirasi rakyat Honduras. Kongres Honduras sebelumnya mengalami masa reses atau jeda selama beberapa minggu. Pertarungan politik di Honduras selama ini berlangsung antara Manuel Zelaya dan Roberto Micheletti, yang kemudian mengambil alih jabatan Zelaya setelah kudeta. Keduanya berasal dari Partai Liberal. Dukungan terhadap Zelaya di Partai Liberal surut, ketika ia berencana mengubah konstitusi.

Partai Liberal yang sebenarnya menguasai mayoritas di Kongres akhirnya pecah dalam dua kubu. Kubu militer dan kalangan bisnis yang khawatir Zelaya akan menjalankan politik berhaluan kiri, lalu mendukung penggulingannya. Para pengeritik juga menuduh Zelaya ingin mengubah konstitusi karena bermaksud menjadi presiden untuk masa jabatan kedua. Padahal menurut konstitusi yang berlaku, seorang presiden tidak boleh mencalonkan diri lagi setelah masa jabatannya habis. Zelaya menolak tuduhan itu.

Pemenang pemilihan presiden, Proforio Lobo dari Partai Nasional, selama ini tidak banyak berkomentar tentang adu kekuasaan di Honduras. Ia hanya menegaskan ingin melaksanakan rekonsiliasi nasional. Proforio Lobo akan dilantik sebagai presiden baru Honduras tanggal 27 Januari mendatang.

Mengenai pemilihan presiden yang berlangsung hari Minggu lalu (29/11), masih ada perbedaan pandangan pada masyarakat internasional. Amerika Serikat dan Uni Eropa menerangkan, pemilihan itu adalah langkah awal yang penting bagi Honduras untuk keluar dari krisis. Namun kebanyakan negara Amerika Selatan berpadangan, pemilu itu justru jadi pembenaran untuk kudeta yang dilakukan terhadap Zelaya.

HP/AP/afp/rtr/dpa