1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konsumsi Daging Anjing di Indonesia Makin Populer

27 April 2017

Bisnis daging anjing dalam beberapa tahun terakhir meningkat, kata pengamat. Tidak ada statistik resmi tentang bisnis ini, tapi makin banyak restoran menawarkan menunya.

https://p.dw.com/p/2c026
Indonesien Hundefleisch Restaurant
Foto: picture alliance/dpa/C. Sator

Rumah makan Tinoor Permai di kawasan Senen, Jakarta Pusat, hari Minggu ramai dikunjungi orang. Menunya seperti rumah makan biasanya: Nasi campur, sate, sayur kangkung. Tapi ada menu istimewanya: daging anjing, atau lebih dikenal dengan sebutan RW. Bagi orang Manado, ini semacam "makanan kebangsaan".

"Bagi saya, ini selalu mengingatkan masa lalu", kata Morlando, tamu restoran yang sedang menikmati makanannya. "Dan daging ini menjaga darah tetap hangat", tambahnya.

Makin banyak restoran di Jakarta yang sekarang menawarkan menu daging anjing. Tapi tidak di semua restoran, jenis makanan ini tertera dalam daftar menu. Bagi banyak warga muslim, anjing dianggap tidak bersih. Selain itu, penawaran daging anjing bisa mengundang protes kalangan pecinta binatang. Menu daging anjing biasanya disebut RW, dari kata bahasa manado Rintek Wuuk, yang artinya "bulu halus". Di kartu menu sering juga hanya tertera B1, kode untuk "biang", artinya anjing.

Indonesien Hundefleisch Restaurant
Michael Kenzo pemasak RW, tapi tidak mengkonsumsi daging anjingFoto: picture alliance/dpa/C. Sator

Menurut sebuah laporan di majalah Tempo, untuk menutupi permintaan menu RW di Jakarta, setiap harinya 400 anjing disembelih. Anjing-anjing itu katanya anjing tak bertuan. Anda boleh percaya, atau tidak.Pendiri kelompok pecinta binatang Animal Defenders Indonesia (ADI), Doni Herdaru Tona menerangkan:

"Banyak anjing yang dicuri saja di jalan, lalu dibunuh. Beberapa pedagang membius anjignnya lebih dulu, tapi agar bisa memanggang anjing itu hidup-hidup. Katanya rasa dagingnya jadi lebih enak."

Tidak ada statistik resmi tentang bisnis daging anjing. Tapi kalangan pengamat, termasuk pemilik restoran dan dokter hewan berpendapat, pasar daging anjing dalam beberapa tahun terakhir memang berkembang pesat.

Kelompok pelindung binatang BAWA memperkirakan, di pulai Bali saja setiap tahunnya ada 70.000 anjing yang dipotong dan dikonsumsi.

Daging anjing dulunya dianggap sebagai makanan orang miskin, atau prang dari udik. Tapi citra itu sekarang sudah berubah. Juru masak Tioor Perman, Michael Kenzo mengatakan:"Sekarang makin banyak orang datang, yang berpikir bahwa daging anjing baik untuk kesehatan."

Konsumsi daging anjing konon bisa mencegah Asthma, berbagai bentuk alergi dan bisa meningkatkan gairah seksual. Yang secara medis bisa dibuktikan: daging anjing mengandung banyak protein.

Menu daging anjing tidak murah. Satu porsi sekitar Rp. 75.000. Tapi memang lebih murah dari daging sapi. Daging anjing harus direbus beberapa jam. Lalu dimasak dengan macam-macam bumbu, terutama dengan jahe dan cabe.

Michael Kenzo mengaku bukan pemakan daging anjing. "Saya harus memasaknya, karena itu pekerjaan saya. Tapi saya tidak bisa makan itu, Karena saya senang pada anjing", katanya. Jadi Kenzo hanya mencicipi sausnya saja, lalu mengecek apakah daging sudah cukup lunak. Santapan RW pun siap disajikan.

hp/ap (rtr)