1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kontroversi Karikatur Nabi Muhammad

11 Februari 2006

Kontroversi pemuatan karikatur Nabi Muhammad terus berlanjut. Juga aksi protes umat Islam, belum reda. Media Internasional menyorotinya.

https://p.dw.com/p/CPLJ
Polisi berjaga di depan Kedubes Denmark di Ankara, Turki.
Polisi berjaga di depan Kedubes Denmark di Ankara, Turki.Foto: AP

Harian Belanda Volkskrant yang terbit di Den Haag menurunkan komentar berjudul, 'Suara Lain dari Dunia Islam.'

"Munculnya suara lain, merupakan keberuntungan. Terkadang malah berasal dari arah yang sama sekali tidak diduga. Ayatullah Ali al Sistani, pimpinan tertinggi kelompok Syiah di Irak menyampaikan sikap yang menentang kerusuhan dan acaman. Diharapkan politisi di Eropa juga mendengarkan kata-kata ini dan merealisasikannya, bahwa di jalan-jalan di Teheran, Damaskus dan Jalur Gaza, hanya sebagian yang mengekspresikan terlukanya perasaan keagamaan. Disana terutama terjadi permainan politik dari kelompok radikal, yang hendak mengagetkan Eropa. Rasa kaget yang membuat beberapa kalangan dengan tiba-tiba berpikir mengenai batasan baru dari kebebasan berpendapat, dengan menunjukkan sikap menghormati Islam. Sikap ini diperlukan. Tapi itu hanya dapat dikembangkan dalam kebebasan yang penuh . Dan bukan berkaitan dengan provokator keagamaan."

Harian Inggris The Guardian yang terbit di London, menurunkan komentar berjudul, “Kebebasan Pers Tidak Melindungi Karikatur Nabi Muhammad.'

"Apakah benar-benar sulit untuk dapat menerima bahwa penghinaan terhadap Nabi Muhammad dinilai Islam sebagai telah melukai dengan dalam perasaan keagamaannya . Ini dapat disamakan dengan hak warga Eropa untuk bereaksi terhadap yang menyangkal terjadinya holocaust. Apakah kebebasan yang dibicarakan di negara-negara barat, seperti yang dikatakan sekarang, sama sekali tidak dapat diganggu gugat? Bila demikian, kita dapat memperkirakan munculnya perlawanan atas larangan penyangkalan terhadap holocaust serta adanya undang-undang yang melarang hasutan kebencian ras. Karikatur Nabi Muhamad lebih terkait dengan usaha menyulut kebencian, rasisme dan Islam-phobie, ketimbang kebebasan berpendapat."

Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris, dalam menanggapi kontroversi gambar karikatur Nabi Muhammad, menurunkan ulasan berjudul, 'Denmark Menunjukkan Kedewasaan.“

"Adalah menggembirakan, munculnya sikap kedewasaan dari Denmark untuk berusaha memulihkan kerugian yang ditimbulkan. Permintaan maaf dan penyesalan harian 'Jylland Posten' yang disampaikannya kepada umat Islam, memperbaiki citra koran ini, yang mau tidak mau bertanggung jawab atas krisis yang timbul sekarang ini. Semua ini adalah kesalahpahaman yang disebabkan perbedaan kultur. Keinginan untuk menenangkannya harus dapat membuka jalan bagi penyelesaian yang terhormat . Ini tidak hanya belaku bagi media. Semua pihak, apakah politisi, wakil kelompok agama, pembentuk opini, harus memberikan bantuan dan dukungan untuk memahami perbedaan tersebut."

Harian Indonesia Sinar Harapan yang terbit di Jakarta menyoroti kontroversi gambar karikatur Nabi Muhammad dengan menampilkan latar belakang peringatan Hari Pers Nasional.

"Perayaan Hari Pers Nasional dilatarbelakangi peristiwa yang amat bermakna. Dalam beberapa hari belakangan, kita disuguhkan implikasi dari penerapan prinsip kebebasan pers yang ditampilkan harian Denmark 'Jylland Posten'. Di Barat, termasuk di Denmark, prinsip ini dipegang teguh hingga pemerintah atau siapapun tidak bisa mengintervensi kebijaksanaan redaksional surat kabar atau media elektronik. Prinsip kebebasan pers yang dianut harian 'Jyllland Posten' mendapat dukungan dari berbagai media. Surat-surat kabar tersebut dengan sengaja memuat kembali kartun yang diprotes tersebut. Sikap ini telah mengubah situasi dari sekedar protes, menjadi konflik antara Barat dengan dunia Islam."