1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konvoi Bantuan masuk Gaza Usai Bentrokan di Perbatasan

7 Januari 2010

Mesir ijinkan konvoi bantuan internasional menyebrangi perbatasan Rafah ke jalur Gaza, setelah seorang tentaranya tewas dalam bentrokan.

https://p.dw.com/p/LMlg
Foto: picture-alliance/ dpa

Seorang tentara Mesir tewas dan empat warga Palestina cedera dalam tembak menembak hari Rabu (06/01), yang terjadi saat aktivis pro-Palestina dengan dukungan kelompok Hamas memrotes tembok bawah tanah yang tengah dibangun oleh Mesir. Kantor berita Mesir melaporkan, 7 tentara Mesir lainnya luka-luka dan tujuh aktivis asing ditangkap di perbatasan Rafah.

Bentrokan antara militer Mesir dan Hamas kali ini adalah yang terhebat sejak Mesir bulan lalu mulai membangun tembok baja bawah tanah itu. Tembok yang dibangun atas desakan Amerika Serikat dan Israel ini bertujuan menghentikan penyelundupan senjata dari wilayah Mesir ke jalur Gaza. Namun dengan ditutupnya gerbang-gerbang perbatasan di sekeliling jalur Gaza, tembok pemisah ini juga bakal menutup peluang warga Palestina untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari.

Ägypten Gaza Palästinenser Zusammenstöße an der Grenze Soldat tot
Petugas perbatasan Mesir mengevakuasi tentara yang tertembak dalam bentrokan dengan di Rafah, 6 Jan. 2010.Foto: AP

Menurut petugas perbatasan Rafah di wilayah Mesir, tentara yang tewas itu berusia 21 tahun. Disebutkan, peluru datang dari kawasan Palestina. Sementara saksi mata di wilayah Gaza, mengatakan baku tembak antara polisi Hamas dan tentara Mesir terjadi setelah demonstran melempari tentara Mesir dengan batu.

Jurubicara Hamas, Osama Hamdan menyatakan penyesalan atas tewasnya tentara Mesir tersebut, "Sebelumnya harus saya sampaikan penyesalan atas jatuhnya korban baik di wilayah Palestina maupun Mesir. Kedua, perlu saya katakan bahwa belum ada konfirmasi pihak Palestina melakukan penembakan. Namun saya juga meragukan, bahwa tentara itu ditembak oleh teman-temannya sendiri, tentaranya sendiri.”

Hamdan menegaskan perlunya investigasi lebih lanjut. Sementara itu, di kota pelabuhan Arish, sengketa mengenai jalur perjalanan konvoi bantuan internasional untuk mencapai jalur Gaza berakhir memuaskan. Mesir akhirnya sepakat bahwa 158 truk konvoi Viva Palestina, yang mengangkut bantuan pangan dan medis untuk penduduk jalur Gaza boleh menyeberangi perbatasan Rafah. Sedangkan 40 mobil pribadi yang bergabung dalam konvoi itu harus menetap di Mesir selama satu bulan untuk memenuhi prosedur keamanan. Setelah itu, mobil-mobil itu juga bisa memasuki Gaza, namun melalui pos pemeriksaan Israel.

Sebelumnya situasi di Arish, yang terletak 40 km dari Rafah, sangat tegang. Bentrokan tak terhindar antara pasukan keamanan Mesir dengan sekitar 520 anggota tim konvoi itu. Mereka saling melempari batu, setelah terjadi perselisihan mengenai jalur pengiriman bantuan. Pemerintahan Kairo yang sejak akhir Desember lalu melakukan kontrol ketat terhadap aktivis asing, meminta supaya sebagian besar bantuan itu dikirimkan melalui Israel. Sedangkan para aktivis perdamaian mendesak agar konvoi masuk ke jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.

Pemimpin konvoi, anggota parlemen Inggris, George Galloway tegas menolak permintaan pemerintah Mesir. Ungkapnya, "Kami menolaknya, karena melanggar kesepakatan di Turki sebelumnya. Sama sekali tidak bisa diterima bahwa kini 25 persen konvoi kami harus lewat Israel, karena tak akan mencapai Gaza. Tak pernah ada bantuan lewat Israel yang tiba di Gaza.“

Gaza Palästinenser Ägypten Zusammenstöße an der Grenze
Demonstran Palestina di perbatasan Gaza melempari tentara Mesir dengan batuFoto: AP

Dalam bentrokan yang menyusul sekitar 40 anggota tim konvoi dan 15 polisi Mesir mengalami luka-luka ringan. Namun Rabu pagi, sejumlah kompromi disepakati. Turki menyatakan akan mengintervensi guna menjamin agar Israel mengizinkan mobil-mobil pribadi dalam konvoi itu masuk ke jalur Gaza. Rabu malam, menurut pasukan keamanan Mesir, sebagian dari konvoi bantuan itu sudah memasuki wilayah Palestina.

EK/AR/dpa/rtr