1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210111 Nordkorea Südkorea Gespräche

21 Januari 2011

Setelah melewati ketegangan berbulan-bulan, Korea Selatan menerima tawaran negosiasi Korea Utara. Wakil kedua pemerintahan rencananya bertemu pekan depan untuk mendiskusikan isu militer.

https://p.dw.com/p/100Sb
Foto: DW/radoman - Fotolia.com

Hari Kamis (20/01), Korea Selatan dan Korea Utara sepakat untuk menggelar dialog militer. Kesepakatan datang sehari setelah Amerika Serikat dan Cina menyerukan pemulihan hubungan dua Korea. Bukanlah sebuah kebetulan Korea Utara mengajak Korea Selatan berunding disaat orang nomor satu Cina, Hu Jintao, sedang berkunjung ke Amerika Serikat. Sudah bukan rahasia lagi kalau Amerika Serikat adalah pelindung Korea Selatan, dan Cina adalah kekuatan dibelakang Korea Utara. Tidak mengherankan juga kalau kali ini Korea Selatan menerima undangan berdialog.

Fokus Dialog Denuklirisasi

Jika ketegangan berhasil diredam, Washington akan merespon proposal Beijing untuk melanjutkan dialog enam negara yang terus tertunda mengenai denuklirisasi di semenanjung Korea. Keenam negara termasuk dua Korea, Cina, Rusia, Amerika Serikat dan Jepang.

Korea Selatan menawarkan bantuan ekonomi besar-besaran apabila Korea Utara menyetujui denuklirisasi penuh. Juru bicara Kementrian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, "Korea Utara telah mengirim telegram kepada Menteri Pertahanan kami yang ditandatangani orang nomor satu militer mereka, Kim Yong-Chun. Dialog antara petinggi militer yang diajukan menyangkut sejumlah isu yang tertunda. Korea Utara juga sudah mempersiapkan dialog di tingkat kelompok kerja."

Korea Utara mengusulkan dialog mulai digelar pekan depan. Kesepakatan kedua negara menjadi titik terang setelah berbulan-bulan melewati ketegangan. Akhir November lalu, Korea Utara menyerang pulau Yeonpyeong di Korea Selatan yang berada di perbatasan kedua negara. Dua tentara Korea Selatan dan dua warga sipil tewas dalam insiden tersebut. Sedangkan Maret tahun 2010, Korea Selatan menuding Korea Utara menembakkan torpedo yang menenggelamkan kapal patroli Korea Selatan. Presiden Lee Myung-bak sejak itu menolak berunding dengan Korea Utara.

Korea Utara tak Punya Pilihan?

Itikad baik kedua negara tahun ini masih ditanggapi skeptis oleh sejumlah ahli. Program nuklir Korea Utara akan menjadi isu alot dalam perundingan. Isu tersebut dapat menjadi tes untuk melihat keseriusan Korea Utara, dan mengetahui maksud sebenarnya dibalik program pengayaan uranium mereka. Korea Utara baru-baru ini memperlihatkan perangkat pengayaan uranium yang mereka sebut memiliki tujuan damai. Juru bicara Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat, Mark Toner, berkomentar, "Kami menyambut baik bentuk dialog apapun antara Korea Utara dan Selatan. Tapi yang paling penting adalah Korea Utara terus mengambil langkah besar dalam meningkatkan hubungan antara kedua Korea."

Pasca ujicoba nuklir Korea Utara dua tahun lalu, PBB menjatuhkan sanksi yang membuat perekonomian Korea Utara semakin terpuruk. Keadaan ini turut mempersulit pengalihan kekuasaan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, kepada anaknya, Kim Jong-un. Bertindak kooperatif menjadi satu-satunya pilihan rezim Pyongyang saat ini.

Peter Kujath/Carissa Paramita/afp/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk