1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Eksekusi Mati 80 Orang

12 November 2013

Korea Utara mengeksekusi 80 orang di hadapan regu tembak hanya dalam satu hari pada bulan bulan ini. Sementara itu, Pyongyang mengklaim telah menangkap seorang warga Korsel yang dituduh sebagai spion.

https://p.dw.com/p/1AFwW
Foto: PEDRO UGARTE/AFP/Getty Images

Eksekusi di hadapan publik ini berlangsung di tujuh kota pada 3 November silam, demikian menurut laporan JoongAng Ilbo, mengutip sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya yang kini berada di Korea Utara.

Mereka yang dieksekusi mati itu dituduh melanggar aturan seperti menonton film-film Korea Selatan, terlibat dalam pelacuran dan penyebaran barang-barang yang dianggap porno.

Di kota pelabuhan sebelah timur Wonsan, eksekusi regu tembak dilakukan di hadapan sekitar 10.000 orang yang berada di dalam stadion, demikian kata laporan tersebut.

Jarang ada laporan mengenai eksekusi massal dari Korea Utara , meskipun sejumlah orang yang melarikan diri dari negara Stalinis itu mengaku mereka pernah dipaksa menonton eksekusi publik, yang oleh pemerintah dipakai sebagai alat penjera.

Warga Korsel dituduh mata-mata

Sementara itu Korea Selatan mendesak Korea Utara untuk mengidentifikasi nama-nama warga Korea Selatan yang disebut telah ditangkap atas tuduhan spionase.

Pekan lalu, Pyongyang mengumumkan bahwa mereka telah menangkap seorang mata-mata asal Korea Selatan yang terlibat dengan apa yang mereka sebut sebagai "plot-breeding activities."

Dinas intelijen Korea Selatan menolak tuduhan itu dan menyebutnya sebagai sesuatu yang tidak berdasar, dan Kementerian Unifikasi hari Senin lalu menantang pihak Korea Utara untuk menyediakan informasi yang mendukung tuduhan mata-mata yang mereka lontarkan.

"Karena pihak Utara telah mengatakan menahan seorang warga Korea Selatan di penjara mereka, kami menginginkan identitas orang itu untuk diungkapkan,” demikian kata juru bicara kementerian itu, Kim Eui-Do kepada para wartawan.

Surat kabar Chosun Ilbo di Seoul mengutip para aktivis Korea Selatan yang mengatakan bahwa laki-laki yang ditangkap itu adalah seorang misionaris, yang memasuki wilayah Korea Utara dengan paspor palsu setelah ia diberitahu oleh kontaknya bahwa ia akan bisa bertemu dengan para jemaatnya di sana.

Pekan lalu, Korea Utara menuduh Korea Selatan melakukan kegiatan mata-mata dan “menculik“ warga mereka. Pihak Utara bersumpah akan membalas itu dengan hukuman “tanpa ampun”.

Komite Reunifikasi dan Perdamaian Korea Utara menyebut nama kepala dinas mata-mata Korea Selatan Nam Jae-Joon sebagai target “utama”.

ab/hp (afp,ap,rtr)