1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara Ingin Buka Era Baru

Esther Felden17 Desember 2012

Kim Jong Un ingin membuka era baru dan tampil sebagai seorang penguasa yang dekat dengan rakyatnya. Tapi Korea Utara tetap merupakan negara tertutup.

https://p.dw.com/p/173yY

Setahun setelah meninggalnya Kim Jong Il, pemimpin baru Korea Utara, Kim Jong Un terlihat melakukan berbagai langkah untuk memoles citra negara maupun tampilan pribadinya. Tapi haluan militer lama kelihatannya tetap dijalankan.

Tanggal 12 Desember silam Korea Utara melaporkan keberhasilan uji coba roket yang kedua dalam tahun 2012. Para pengamat menilai, waktu pelaksanaan uji coba ini tidak dipilih secara kebetulan. Semuanya dipersiapkan untuk menyambut satu tahun kematian Kim Jong Il, tanggal 17 Desember.

Masyarakat internasional mengecam peluncuran roket itu, sementara Pyongyang memuji keberhasilan roket yang membawa sebuah satelit cuaca ke orbit bumi.

Awal Agustus diktator muda Korea Utara tampil dengan wajah cerah. Kim Jong Un terlihat tertawa sambil duduk di kursi sebuah roller coaster di satu-satunya taman hiburan Korea Utara di Pyongyang. Ia memakai stelan jas berwarna hitam. Setelah itu ia terlihat menyalami patung gurita raksasa.

Foto-foto seperti ini makin sering muncul, sejak Kim Jong Un mengambil alih kekuasaan. Ia tampil ramah, membacakan buku untuk anak-anak dan disambut seperti seorang bintang pop oleh para serdadu wanita. Sementara juru foto dan juru kamera sibuk membuat gambar dan film. Selain itu, Kim Jong Un tampil bersama seorang wanita muda yang cantik di sampingnya, seorang first lady. Hal seperti ini belum pernah terjadi di Korea Utara.

Pimpinan Korut Kim Jong Un
Pimpinan Korut Kim Jong UnFoto: Reuters

Rüdiger Frank, pengamat Korea Utara di Universitas Wina membenarkan: ”Dia memang tipe yang sangat lain dari ayahnya.” Frank mengaku agak terkejut dengan perbedaan besar dalam penampilan Kim Jong Il dan anaknya.

”Dia banyak tertawa, tidak takut bersentuhan dengan warganya dan senang berbicara kepada publik, ini sangat berbeda dengan Kim Jong Il.” Setelah ayahnya meninggal 17 Desember 2011, Kim Jong Un mengambil alih kekuasaan dan mulai memperlihatkan caranya sendiri.

Peran Baru?

Ketika Kim Jong Il meninggal, banyak pertanyaan muncul. Apakah putranya yang diperkirakan belum genap berusia 30 tahun dan tidak punya pengalaman politik itu mampu memimpin negara yang sangat terisolasi tersebut? Apakah ia mampu mengisi vakum kekuasaan?

Sebagian pengamat bahkan memperkirakan akan terjadi keruntuhan Korea Utara sepeninggal Kim Jong Il. Tapi Kim Jong Un membuktikan lain. Rüdiger Frank menyimpulkan: ”Korea Utara sekarang terlihat cukup stabil”. Pimpinan yang baru berhasil membuat beberapa citra baru. ”Memang cukup mengejutkan, bahwa transisi bisa berjalan cukup lancar. Terutama karena tidak ada persiapan untuk itu.”

Tapi Rüdiger Frank masih hati-hati menilai perkembangan menyeluruh di Korea Utara. Sekalipun ada sedikit keterbukaan, orang masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di belakang layar. Masih belum jelas, apakah pemimpin muda Korea Utara benar-benar memegang kendali atau justru ia dikendalikan sekelompok orang.

Bulan Oktober lalu muncul isu tentang aksi pembersihan di jajaran pimpinan Korea Utara. Antara lain wakil menteri angkatan bersenjata dihukum. Tapi tidak ada konfirmasi untuk berita ini. Namun Rüdiger Frank berpendapat, kemungkinan besar berita ini memang benar. ”Mungkin saja ada orang-orang yang disingkirkan karena dinilai terlalu mengancam sang pemimpin. Memang selain Kim Jong Un, belakangan ada beberapa tokoh yang berhasil memperbesar pengaruhnya.”

Negara Penuh Teka-Teki

Tidak banyak informasi yang bisa didapat tentang Korea Utara. Tidak ada orang luar yang bisa mengamati perkembangan politiknya dari dekat. Beberapa pekerja sosial Jerman dari lembaga Welthungerhilfe adalah sedikit orang asing yang bisa menetap cukup lama di negara itu. Sejak limabelas tahun, organisasi ini bekerja di Korea Utara.

Jong Un bersama isterinya, Ri Sol Ju
Jong Un bersama isterinya, Ri Sol JuFoto: dapd

Negara ini memang punya teknologi militer yang cukup maju, tapi jutaan penduduknya menderita kelaparan- Hanya seperlima lahan di Korea Utara bisa digunakan untuk pertanian. Tanahnya sudah tidak subur lagi. Musim kering dan musim hujan yang ekstrim membua situasi makin sulit bagi 24 juta warga Korea Utara.

Untuk memberi makan rakyatnya, negara itu harus mengimpor 400.000 ton buah dan sayuran setiap tahunnya. Welthungerhilfe mencoba membantu dengan proyek-proyek pertanian lokal untuk menghadapi bencana kelaparan.

Wolfgang Jamann, Sekretaris Jendral Welthungerhilfe menerangkan, organisasinya bekerja sama dengan rakyat Korea Utara dalam berbagai proyek. Ketika berkunjung ke negara itu musim panas tahun ini, ia sendiri terkejut karena bisa bergerak relatif bebas dan berhubungan langsung dengan warga biasa.

Jamann sangat terkesan setelah berbicara dengan para petani. ”Sangat menyedihkan melihat bagaimana orang-orang ini terkurung dalam dunianya. Mereka hampir tidak mampu bergerak keluar dari wawasannya yang sempit.” Ia mengaku prihatin melihat penduduk desa yang tidak punya masa depan.

Perubahan di Perkotaan

Situasi di kota-kota agak lain, terutama di ibukota Pyongyang. ”Di sana saya melihat ada lebih banyak dinamika. Orang-orang yang saya temui punya informasi cukup banyak tentang apa yang terjadi di bagian dunia lain”, ujar Jamann.

Ia menceritakan, hal-hal yang sekarang makin penting bagi warga Korea Utara di perkotaan adalah mobil, motor, rumah, pasar dan uang. Jadi kesan Jamann ketika meninggalkan Korea Utara adalah, negara itu sedang mengalami perubahan, terutama setelah pergantian kekuasaan. ”Kami melihat ada beberapa kegiatan ekonomi pasar dan swasta. Ada perubahan yang sedang terjadi.”

Pengamat Asia Timur Rüdiger Franke juga menilai ada peluang positif. Kondisi untuk reformasi jauh lebih baik dibandingkan dulu. Kim Jong Un saat ini perlu menunjukkan keberhasilan untuk mencapai legitimasi politik. ”Dia memang tidak disiapkan bertahun-tahun untuk menjadi pemimpin. Jadi dia harus mencari jalan lain untuk menunjukkan, bahwa dia memang mampu menjadi pemimpin. Dan bagi rakyat, yang jadi perhatian utama adalah kemajuan ekonomi.”

Mengancam Luar Negeri

Dalam beberapa hal, gaya kepemimpinan Kim Jong Un memang berbeda dari ayahnya. Namun dalam politik luar negeri, ia tetap menjalankan haluan yang dulu. Korea Utara tetap melancarkan retorika tajam terhadap Korea Selatan. Konflik kedua negara Korea ini tetap penuh ketegangan.

Bulan April lalu, Korea Utara sudah melakukan ujicoba roket namun gagal. Roket itu meledak beberapa saat setelah diluncurkan. ”Ketika itu, Kim Jong Un tidak membantah laporan adanya ujicoba roket dan mengancam akan melakukannya sekali lagi”, kata Rüdiger Frank.

Korea Utara kemudian melakukan percobaan roket yang kedua tanggal 12 Desember. Percobaan itu berhasil. Para pengamat menilai, upaya terebut dilakukan memang bersamaan dengan peringatan setahun meninggalnya Kim Jong Il, pada 19 Desember. Dalam beberapa hal, Korea Utara memang melakukan perubahan di bawah penguasa yang baru. Namun arah politiknya tetap masih belum jelas.