1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Utara, Negara Yang Sangat Tergantung Negara Lain

11 Oktober 2006

Ideologi resmi negara Korea Utara adalah ’juche’, percaya diri. Filosofi politik yang digagas bapak bangsa Kim Il Sung itu mendasari sistim politik dan ekonomi.

https://p.dw.com/p/CPBU
Foto: AP/APTN

Menghukum Korea Utara dengan isolasi, di satu pihak tidak menjanjikan banyak hasil. Di pihak lain, Korea Utara tidak bisa lagi bertahan tanpa bantuan luar negeri. Perekonomian kekurangan bahan baku, suku cadang, tenaga listrik, bahan bakar dan uang. Itu sebabnya hanya tersisa sekitar 20% pabrik yang bisa terus bekerja. Sebagian besar rakyat menderita kekurangan makan.

Korea Utara hampir tidak memiliki devisa, sejak 30 tahun tidak mampu membayar bunga utang luar negerinya dan karena itu tidak mendapatkan pinjaman baru. Namun, perubahan politik moneter 4 tahun lalu menyebabkan kemajuan perdagangan, juga sekalipun kontribusi impor dan ekspor masih 10% kurang dari total Produk Domestik Bruto.

Korea Utara terutama mengekspor bijih besi dan logam lain seperti emas, di samping itu semen, tekstil, senjata, juga jamur dan kerang. Sementara produk impor yang penting adalah minyak bumi, batu bara, mesin-mesin, mobil dan sepeda bekas, pupuk dan bahan pangan.

Mitra dagang terpenting Korea Utara adalah Cina yang juga merupakan sekutu terdekatnya. 40 % transaksi perdagangan dijalin Korea Utara dengan Cina. Jumlah itu dua kali lebih banyak dari transaksi dengan Korea Selatan, dan 6 kali dengan Jepang. Tahun lalu, impor dari Cina mencapai nilai satu miliar Dolar AS. Seperlima lebih dari seluruh produk di Korea Utara sementara ini dibuat di Cina. Korea Utara juga melaksanakan lalu lintas pembayarannya lewat bank-bank di Cina, setelah banyak bank menutup bisnisnya di Korea Utara, akibat sanksi AS terhadap negara komunis itu.

Cina juga merupakan investor terbesar di Korea Utara. Proyek yang representatif adalah pabrik lembaran kaca senilai 25 juta dolar, yang peresmiannya setahun lalu dihadiri langsung oleh Presiden Cina Hu Jintao. Pada kunjungan itu, Cina menghadiahi Korea Utara investasi dan kredit dagang senilai 2 miliar Dolar. Secara keseluruhan terdapat 100 perusahaan Cina yang aktif di Korea Utara. Mulai dari pertambangan bijih besi sampai menyewakan pusat perbelanjaan terbesar di Pyongyang.

Cina membangun jalan tol, dermaga kapal dan melatih ribuan warga Korea Utara soal piranti lunak komputer dan teknik informasi. Para ahli menyebut Korea Utara sebagai propinsi keempat Cina. Karena itu, walaupun ada ancaman ujicoba nuklir, Cina tak akan menghentikan target-target pembangungannya di Korea Utara, apapun sanksi yang akan diputuskan DK PBB terhadap negara itu.