1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korut Dapat Pasokan "Know How" Nuklir lewat Berlin

6 Februari 2018

Korea Utara gunakan Kedutaan Besarnya di Berlin untuk peroleh akses ke peralatan canggih. Demikian laporan media Jerman. Dinas rahasia dalam negeri Jerman yakini, teknologi itu digunakan untuk program nuklir dan rudal.

https://p.dw.com/p/2sB69
Bagian depan bangunan Kedutaan Besar Korea Utara di Berlin
Kedutaan Besar Korea Utara di BerlinFoto: Imago/E. Contini

Korea Utara membeli peralatan dan teknologi bagi program rudal balistiknya lewat Kedutaan Besar di ibukota Jerman, Berlin. Demikian kepala badan intelejen dalam negeri BfV, Hans-Georg Maassen dalam sebuah program di televisi regional Jerman NDR Senin malam.

"Kami yakin aktivitas berjalan dari sana. Kami perkirakan peralatan antara lain untuk pengembangan program rudal dan program nuklir," demikian kata kepala dinas intelejen dalam negeri Jerman itu dalam wawancara dengan NDR.

Walaupun Maassen tidak menyebutkan dengan jelas teknologi dan peralatan apa yang diincar Korea Utara, tapi ia mengatakan itu semua bisa digunakan untuk kepentingan sipil maupun militer.

"Jika kami mendeteksi aktivitas seperti ini, kami akan mencegahnya," demikian tegasnya. "Tetapi kami tidak bisa memberikan jaminan bahwa dinas intelejen akan selalu bisa mendeteksi dan menggagalkannya", tambahnya.

Maassen juga menambahkan catatan, sebagian peralatan bagi program atom dan rudal yang dijalanan Pyongyang juga diperoleh dari pasar-pasar lain, atau perusahaan gelap membelinya dari Jerman.

Dinas intelejen BfV mendapat informasi tahun 2016 dan 2017 tentang adanya upaya pembelian peralatan untuk membuat senjata oleh Korea Utara, demikian hasil penyelidikan NDR. Menurut laporan, semua peralatan tersebut digunakan untuk program rudal negara itu.

Tahun 2014, seorang diplomat Korea Utara dilaporkan berusaha untuk mendapat "monitor multigas," yang digunakan untuk mengawasi emisi gas saat pengembangan senjata kimia.

Korea Utara berkelit dari sanksi

Tuduhan dinas intelejen Jerman BfV muncul, setelah adanya laporan PBB bahwa Korea Utara telah beberapa kali melanggar sanksi. Penyelidikan oleh PBB mengungkap bahwa Korea Utara terus mengekspor batu bara, bijih besi, baja dan komoditi lainnya yang dilarang lewat sanksi. Dari ekspor itu, Korea Utara meraup pendapatan sekitar 200 juta Dolar atau 2,7 Trilyun Rupiah pada tahun 2017.

PBB juga melaporkan bahwa Korea Utara menjual sistem rudal balistiknya ke Myanmar dan kemungkinan besar juga membantu Suriah dalam mengembangkan senjata kimia.

Dalam beberapa tahun terakhir, PBB beberapa kali meningkatkan sanksi terhadap Korea Utara sebagai reaksi terhadap kebijakan pemimpinnya, Kim Jong Un yang terus melancarkan uji coba nuklir dan rudal balistik antar benua.

ml/as (AP, AFP, dpa, Reuters)