1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Praktek Korupsi di Jerman

Pasuhuk/Paramita4 Desember 2013

Juga di sebuah negara maju seperti Jerman, korupsi tetap terjadi. Paling banyak kasus terjadi di kalangan perusahaan, sedangkan paling sedikit korupsi di kepolisian serta bidang politik.

https://p.dw.com/p/1ASKm
Foto: Fotolia/granata68

Menurut Dinas Kriminal Jerman, tahun 2007 ada 9.554 kasus korupsi yang diperiksa kepolisian. Tahun 2011, jumlahnya meningkat jauh menjadi 46.795 kasus. Kasus-kasus yang termasuk korupsi adalah penggelapan dana, penyogokan dan penyalahgunaan jabatan. Tapi menurut anggota tim antikorupsi dari kepolisian Jerman, Christian Vosskühler dan Franz-Josef Meuter, kenaikan kasus yang diperiksa tidak berarti bahwa korupsi di Jerman semakin meluas.

"Kami berhasil mengungkap semakin banyak kasus, karena sistem pengawasan semakin baik," kata Meuter. Dalam beberapa tahun terakhir, tim antikorupsi di kepolisian dan kejaksaan mendapat tambahan pegawai. Mereka juga membentuk jaringan kerjasama di tingkat Eropa. Selain itu, polisi menyediakan semakin banyak Hotline bagi orang yang ingin melaporkan kasus korupsi lewat telepon.

Biasanya, korupsi terjadi setelah ada hubungan saling percaya antar pihak yang terlibat. Jadi pelaku sudah berkenalan dan berhubungan cukup lama. Kebanyakan orang yang menerima sogokan adalah pejabat yang punya wewenang memutuskan proyek atau mengeluarkan izin proyek. Demikian menurut "Laporan Situasi Korupsi" yang dikeluarkan Dinas Kriminal Jerman.

Sedikit korupsi di kepolisian dan politik

Menurut penelitian, seorang pejabat negara cenderung melakukan korupsi setelah menduduki jabatannya lebih dari tiga tahun. Karena itu, banyak pemerintahan komunal yang sekarang semakin sering merotasi pejabatnya dalam posisi-posisi penting.

Korupsi di Jerman tidak terjadi secara spontan. Kalau seseorang dihentikan polisi karena mengendarai kendaraan terlalu cepat, tidak ada yang mencoba menyogok polisi agar terlepas dari sanksi hukum. Kebanyakan kasus korupsi terjadi di kalangan perusahaan (56 persen), kemudian di instansi pemerintahan (36 persen). Kasus korupsi di kepolisian dan kejaksaan relatif sedikit, yaitu 8 persen, dan di bidang politik hanya 1 persen.

Menurut "Laporan Situasi Korupsi", tahun 2012 terjadi kerugian sekitar 276 juta Euro karena praktek korupsi. Biasanya, nilai korupsi dalam satu kasus tidak terlalu besar. "Saya juga tidak mengerti, mengapa ada pejabat yang mau saja disogok dengan laptop atau uang beberapa ribu Euro," kata Franz-Josef Meuter.

Menurut Indeks Korupsi (CPI) yang dikeluarkan "Transparency International", Jerman menduduki peringkat ke 12 sebagai negara yang paling sedikit korupsi, dari 177 negara yang diperiksa. Sebagai perbandingan, Indonesia menduduki peringkat ke 114.

Beberapa kasus spektakuler

Salah satu kasus spektakuler yang pernah terungkap adalah di perusahaan otomotif Volkswagen (VW). Untuk menghindari aksi mogok dan penentangan dari serikat pekerja, VW memberi hadiah perjalanan wisata serba mewah kepada para pemimpin serikat buruh, termasuk memberi pelayanan wanita panggilan.

Perusahaan Siemens dan Daimler ketahuan melakukan penyogokan di luar negeri untuk memenangkan tender. Kedua perusahaan itu dijatuhi sanksi denda sampai 800 juta Dolar. Beberapa direkturnya dipecat.

Semua perusahaan itu sekarang punya divisi anti korupsi yang disebut divisi "Compliance". Divisi ini melakukan penyelidikan internal untuk memburu pelaku korupsi. Mereka juga menyewa detektif swasta untuk mengusut kasus-kasus yang mencurigakan.

Menurut penelitian, perusahaan-perusahaan yang korup akan mengalami kerugian dan sulit bersaing dalam jangka panjang, kata Christian Vosskühler. Aparat keamanan di Jerman bekerjasama dengan dunia usaha memerangi berbagai praktek penyogokan dan manipulasi. Tapi ia mengakui, masih banyak kasus korupsi yang belum terungkap.