1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kremlin Unjuk Gigi Setelah Pemilu

8 Desember 2011

Kehadiran polisi yang semakin jelas, kendaraan militer di jalan-jalan Moskow dan ratusan demonstran yang ditangkap. Kremlin pamer kekuatan setelah pemilu. Tapi berapa lama lagi itu bisa berlangsung?

https://p.dw.com/p/13OhN
Militärfahrzeuge im Stadtzentrum von Moskau am 6. Dezember 2011. Autor: Artjom Khan, DW-Korrespondent in Moskau.
Kendaraan militer di pusat ibukota MoskowFoto: DW

"Jika kalian datang dengan 100 orang, kami akan memukuli kalian. Jika yang datang 1.000 orang kami akan menggunakan gas air mata. Jika 10.000 dari kalian turun ke jalan, kami akan mengamati. Tapi jika 100.000 yang datang, kami akan menembaki kalian." Kalimat-kalimat yang terdengar hampir puitis itu, menurut berita, dikatakan seorang polisi ketika menangkap seorang pemuda Rusia yang berdemonstrasi. Kata-katanya kemudian muncul sebagai komentar di bawah rekaman video aksi protes terakhir di Moskow, yang disebarkan lewat YouTube.

Police detain a demonstrator during protests against alleged vote rigging in Russia's parliamentary elections in Triumphal Square in Moscow, Russia, Tuesday, Dec. 6, 2011. Police clashed Tuesday on a central Moscow square with demonstrators trying to hold a second day of protests against alleged vote fraud in Russia's parliamentary elections. Hundreds of police had blocked off Triumphal Square on Tuesday evening, then began chasing about 100 demonstrators, seizing some and throwing them harshly into police vehicles. (Foto:Mikhail Metzel/AP/dapd)
Kerusuhan di Moskow setelah pemilu, Selasa (06/12)Foto: dapd

Saat ini, di jalan-jalan Moskow masih terdapat lebih banyak polisi daripada demonstran. Menurut keterangan resmi, Selasa (06/12) lebih dari 50.000 aparat keamanan dikerahkan. Mereka menghadapi beberapa ribu warga yang berdemonstrasi sejak awal pekan ini, terhadap manipulasi besar-besaran dalam pemilu terakhir. Menurut keterangan resmi, dalam pemilu 4 Desember lalu, Partai Persatuan Rusia, yang sekarang berkuasa harus menerima kekalahan besar, tetapi tetap mendapat suara mayoritas. Lebih dari 300 orang ditangkap di Moskow, di antaranya sejumlah besar pendukung oposisi.

Situasi mencekam di Moskow

Tetapi pendukung partai pemerintah juga mengadakan demonstrasi. Ribuan orang, terutama warga berusia muda berkumpul di lapangan di pusat kota untuk merayakan keberhasilan Partai Persatuan Rusia. Mereka memukul genderang dan mengelu-elukan Vladimir Putin serta Dmitry Medvedev. Seorang koresponden Deutsche Welle melaporkan suasana demonstrasi yang mencekam di Moskow.

Massa yang mendukung pemerintah dikobarkan semangatnya oleh pemukul genderang yang mengenakan seragam militer. Demonstran yang berusia muda tampak seperti lumpuh. Banyak dari mereka rupanya didatangkan dari luar Moskow untuk mengadakan demonstrasi bagi partai pemerintah. Sekelompok perempuan muda mengatakan, mereka datang dari kota Tula, yang berjarak sekitar empat jam dari Moskow.

Superteaser Großbildteaser ### Achtung, nicht für CMS-Flash-Galerien! ### 921927 06/11/2011 June 11, 2011. Russian President Dmitry Medvedev, left, and Prime Minister Vladimir Putin, right, talking during an informal meeting at the Gorki residence. Dmitry Astakhov/RIA Novosti
Dmitry Medvedev (links) und Vladimir PutinFoto: picture-alliance/RIA Novosti

Situasi di ibukota tetap tegang, tiga hari setelah pemilu. Berita tentang penangkapan wartawan juga bermunculan. Sejumlah lapangan dan jalan ditutup polisi. Sejumlah besar kendaraan milik polisi memenuhi pemandangan di pusat kota. Di samping itu satuan khusus polisi juga menjaga jalan keluar dari stasiun kereta bawah tanah.

Tidak Ada Revolusi

Tetapi para pakar berpendapat, revolusi tidak akan terjadi di Rusia. Peristiwa seperti yang terjadi di Ukraina tahun 2004 kemungkinan besar tidak akan terjadi di Moskow. Ketika itu ratusan ribu orang mengadakan demonstrasi di ibukota Ukraina, Kiev, terhadap pemilu presiden yang dimanipulasi, dan berhasil mendesak diadakannya lagi pemilu. Peristiwa itu disebut "Revolusi Oranye".

Lars Peter Schmidt, kepala yayasan Jerman Konrad Adenauer Stiftung cabang Moskow mengatakan, saat ini pemerintah Rusia masih terlalu kuat dan berkuasa. Tetapi ia tidak menutup kemungkinan, bahwa aksi protes dapat meluas. Ia mengemukakan, "Tingkat manipulasi, yang juga dapat dilihat dalam rekaman video di internet sangat tinggi. Generasi muda dan masyarakat kelas menengah yang baru terbentuk di kota-kota Rusia tidak puas lagi dengan situasi politik di Rusia. Mereka juga memandang sistem politik yang berlaku sekarang dengan sangat kritis."

MOSCOW, RUSSIA. DECEMBER 6, 2011. Police cordon off central Moscow_s Pushkinskaya Square amid protests against alleged electoral fraud. (Photo ITAR-TASS / Sergei Fadeichev)
Polisi menjaga di sekitar lapangan Pushkinskaya (06/12)Foto: picture-alliance/dpa

Schmidt memperkirakan, jika aksi protes terus berlangsung, pemerintah di Kremlin kemungkinan akan melancarkan tekanan, untuk meredam protes. Pakar dari yayasan Jerman itu juga mengemukakan masalah aparat keamanan yang sangat aktif di Rusia, yang dapat menindak oposisi sehingga untuk waktu dekat tetap tidak bersuara.

Sebagian Besar Bungkam

Sascha Tamm dari yayasan Jerman Friedrich Naumann Stiftung cabang Moskow berpendapat, jumlah demonstran masih terlalu sedikit bagi negara seluas Rusia. Tetapi ia menambahkan, "Jika itu berlangsung berhari-hari dan bermunculan di kota-kota lain, itu akan menjadi masalah. Karena itu menunjukkan, kekuatan dan cengkeraman pemerintah tidak terlalu kuat".

Sejauh ini ada berita tentang aksi protes menentang hasil pemilu di kota-kota lain, seperti di Rostov atau Samara. Tetapi hanya ratusan orang turun ke jalan. Sementara sebagian besar rakyat bungkam. Tetapi situasi pasti akan berubah, jika setelah pemilu Kremlin terus melaksanakan politik seperti selama ini. Demikian pendapat Lars Peter Schmidt. Ia menambahkan, jika Kremlin ingin punya kesempatan selamat secara politis, mereka harus memperhatikan keinginan sebagian besar masyarakat yang tidak puas. Jika tidak, dalam waktu dekat pemerintah tidak punya kesempatan hidup lagi, ujar Schmidt.

Jegor Winogradov & Roman Goncharenko / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk