1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Keuangan Yunani dan Politik Uni Eropa

6 Mei 2010

Krisis keuangan di Yunani masih tetap menjadi sorotan media internasional. Disamping itu juga disoroti ditangkapnya tersangka pelaku serangan bom mobil yang gagal di New York.

https://p.dw.com/p/NFQI
Bantuan Euro bagi YunaniFoto: AP

Krisis keuangan di Yunani masih tetap menjadi sorotan media internasional. Disamping itu juga disoroti ditangkapnya tersangka pelaku serangan bom mobil yang gagal di New York.

Harian Norwegia Aftenposten menurunkan komentar, menyoroti dampak krisis keuangan di Yunani terhadap Uni Eropa. "Pada dasarnya, apa yang terjadi di Yunani berkaitan dengan dua krisis, yakni krisis ekonomi di Yunani sendiri dan krisis politik di Uni Eropa. Kucuran kredit bagi Yunani pertama-tama merupakan upaya untuk menyelamatkan lenyapnya kepercayaan terhadap keuangan negara, di negara anggota Uni Eropa lainnya. Dalam kasus terburuk, kebutuhan bantuan dari negara yang menerapkan mata uang Euro akan melewati batas, karena memobilisirnya secara politik dan keuangan. Kita ingat, bahwa uni moneter dikalangan Uni Eropa tidak memiliki mekanisme untuk mengatasi krisis. Sekarang ditambah lagi dengan keraguan yang besar mengenai tidak adanya kemauan politik untuk menutupi kelemahan tersebut. Makanya krisis di Yunani akan memberikan dampak bagi seluruh Eropa."

Harian Perancis La Croix menyoroti penghamburan uang di Yunani. "Warga Yunani sendiri mempercayai, banyaknya uang yang dihamburkan, terutama bantuan dari Uni Eropa. Uangn dibuang begitu saja. Demikian pernah diungkapkan seorang pengusaha Perancis. Ia mengambil contoh negara lain, yakni Irlandia, yang juga berpengalaman dengan sikap solidaritas dan bantuan Eropa, di mana akhirnya negara ini mencapai pertumbuhan ekonomi. Tapi di Yunani, pemborosan uang tak dapat lagi diselamatkan. Yunani dan mitranya di Eropa harus membayar mahal. Sekarang yang terbaik dilakukan, tidak bertindak sembrono, dan memperhatikan dengan cermat ke mana uang subsidi dari Eropa mengalir.

Sementara mengenai penangkapan tersangka pelaku serangan bom mobil yang gagal di Times Square New York, harian Jerman Frankfurter Allgemeine menulis, "Setelah ditangkapnya warga Amerika Serikat keturunan Pakistan, pihak berwenang tidak menutup lagi tudingannya ke kawasan pegunungan di Pakistan. Juga warga yang ditangkap itu tinggal di kawasan tersebut dan menjadi anggota kelompok radikal. Oleh kelompok teror setempat, ia diperintahkan melancarkan serangan di negara Barat. Gawatnya, kelompok ini dapat beroperasi di bagian barat Pakistan. Dan juga dapat merekrut anggota baru, atau radikalisasi telah terjadi di Amerika Serikat atau Inggris.

Harian Ingggris The Times berkomentar: "Penangkapan terhadap tersangka pelaku serangan bom mobil yang gagal di New York mengundang pertanyaan baru mengenai perang terhadap terorisme di Pakistan. Jawaban terbaik adalah melakukan pembicaraan damai dengan India mengenai masalah Kashmir. Kawasan yang terbagi sejak tahun 1947 itu telah menyulut tiga kali peperangan. Memecahkan masalah Kashmir dan menormalkan hubungan perdagangan yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Pakistan, merupakan jawaban terbaik terhadap ancaman perang jihad yang dilancarkan kelompok radikal."

AR/DK/dpa