1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Mundur, PM Theresa May Berusaha Bertahan

10 Juli 2018

PM Inggris Theresa May mengadakan pertemuan darurat kabinet hari Selasa (10/7). Sehari sebelumnya, dua menteri senior pendukung Brexit mengundurkan diri, antara lain Menlu Boris Johnson.

https://p.dw.com/p/317ir
London Unterhaus berät über Brexit
Foto: picture-alliance/AP/Parliamentary Recording Unit

Menteri Luar Negeri Boris Johnson dan Menteri Brexit David Davis menyatakan mundur hari Senin (9/7) dalam selang waktu beberapa jam saja. Media-media Inggris lalu mempertanyakan kemampuan Perdana Menteri Theresa May mempertahankan pemerintahan. Terutama dengan mundurnya Boris Johnson, menteri populer yang dikenal sebagai salah satu promotor utama Brexit.

Para menteri garis keras Brexit yang menyatakan mundur terutama mengeritik kebijakan Theresa May yang ingin proses keluarnya Inggris dari uni Eropa dilakukan secara berangsur-angsur dan tanpa konflik tajam. Sedangkan kubu anti Uni Eropa ingin langkah yang tegas, jika perlu dengan memutuskan segala bentuk kerjasama dengan Uni Eropa. Krisis pemerintahan ini sempat mengguncang nilai mata uang poundsterling di pasar uang.

Beberapa anggota parlemen sekarang mengatakan, mereka tidak mengharapkan Perdana Menteri Theresa May akan menghadapi mosi tidak percaya, meskipun beberapa anfggota kubu Konservatif menyatakan bahwa dia harus mengundurkan diri.

London Downing Street Boris Johnson Jeremy Hunt
Mantan menlu Boris Johnson (kiri) dan penggantinya Jeremy Hunt (kanan) di Downing Street, Januari 2018Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Pezzali

Dua tahun perundingan Brexit

Perundingan pemerintahan Theresa May dengan Uni Eropa untuk proses Brexit sudah berlangsung selama dua tahun, namun belum ada kesepakatan yang tegas. May kini mempromosikan langkah "lunak", yaitu mempertahankan berbagai kesepakatan dengan Uni Eropa. Hal ini mengudnang kecaman kubu anti Uni Eropa. Selain David Davis dan Boris Johnson, ada tiga wakil menteri yang juga berhenti dari jabatan mereka.

"Brexit seharusnya mengenai peluang dan harapan," kata Boris Johnson dalam surat pengunduran dirinya. Namun "impian itu sekarat, tercekik oleh keraguan diri yang tak perlu." Surat pengunduran diri yang penuh kecaman terhadap pemerintahan Theresa May itu tersebar ke media.

Theresa May, yang hari Senin memaparkan visinya tentang Brexit di hadapan parlemen, terlibat perdebatan sengit selama dua jam. Dia sempat memperingatkan bahwa kegagalannya akan berarti kemenangan bagi pihak oposisi yang siap mengambil alih pemerintahan.

"Saya sudah mendengarkan setiap ide yang mungkin dan setiap opsi dan versi Brexit. (Kebijakan) Ini adalah Brexit yang tepat," tandas May.

Bergerak cepat

Theresa May bergerak cepat dan segera mengisi jabatan menteri yang kosong. Posisi menteri Brexit sekarang diisi oleh Dominic Raab, yang selama ini menjabat Menteri Perumahan dan Urusan komunal.

Sebagai menteri luar negeri baru, May menunjuk Jeremy Hunt, sebelumnya Menteri Kesehatan. Hunt dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan sang Perdana Menteri.

Di Brussels, ketua Dewan Uni Eropa Donald Tusk mengatakan, politisi datang dan pergi. Namun masalah yang mereka munculkan akan tetap tinggal. "Brexit harus dan akan terjadi", katanya.

Harian kuning terlaris Inggris The Sun dalam editorialnya menulis: "Sekarang, yang ada adalah kekacauan".

hp/rn (rtr, afp, ap)