1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Krisis Virus Corona di Korsel Bertambah Jadi 340 Kasus

Detik News
22 Februari 2020

Wabah virus corona (COVID-19) terus meluas dengan Cina jadi negara yang paling terdampak. Namun ratusan kasus infeksi corona bertambah di Korea Selatan.

https://p.dw.com/p/3YAv7
Südkorea Daegu Desinfektion wegen Coronavirus
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Jun-boem

Peningkatan kasus akibat virus corona terjadi di Korea Selatan. Dalam beberapa hari Korsel melaporkan lebih dari 140 kasus baru, membuat total ada 340 jumlah kasus yang terkonfirmasi di negara tersebut.

Krisis virus corona di Korea Selatan melibatkan komunitas religius di kota Daegu. Seorang jemaat wanita berusia 62 tahun menjadi super spreader, menyebarkan virus ke puluhan jemaat lain saat menghadiri kebaktian gereja. Kejadian ini mendorong pemerintah setempat menerapkan kebijakan khusus, yakni dengan menutup tempat-tempat publik dan membuka 'zona perawatan khusus'.

"Pemerintah selama ini hanya fokus pada penanggulangan infeksi yang datang dari luar negeri. Mulai sekarang, pemerintah akan lebih memprioritaskan mencegah penyebaran virus secara lokal," kata Perdana Menteri Chung Sye-Kyun.

Apakah Virus Corona COVID-19 Bisa Bermutasi?

Tak bisa dipungkiri bahwa virus corona COVID-19 bisa bermutasi sama seperti mikroorganisme lainnya. Meski begitu, tidak semua virus yang bermutasi itu menjadi lebih jahat dari sebelumnya. Lantas faktor apa yang menyebabkan virus bisa bermutasi?

Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengatakan bahwa virus akan bermutasi bila merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang ditinggalinya.

"Biasanya mikroorganisme itu akan bermutasi kalau dia harus beradaptasi terhadap lingkungan. Lingkungan yang buruk tentunya," kata Prof Amin.

Menurutnya mutasi adalah cara virus untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru, dan tidak semuanya bisa berhasil.

"Mutasi itu dilakukan secara random, mutasi yang berhasil itu akan hidup dan mutasi yang gagal dia akan mati," pungkasnya.

Soal riset pengembangan vaksin, Prof Amin meyakini tidak akan banyak terpengaruh. Menurutnya, ada bagian tertentu pada virus yang tidak ikut berubah saat mutasi sehingga bisa dipelajari lebih lanjut untuk pengembangan vaksin.

Kelak jika sudah dievakuasi, 74 WNI ABK Diamond Princess akan menjalani observasi atau karantina selama 28 hari. Lebih lama dibanding karantina WNI dari Wuhan yakni 14 hari, karena dikhawatirkan virus corona COVID-19 telah mengalami mutasi.

"Jadi kami akan observasi selama 28 hari," jelas Sesditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dr Achmad Yurianto.

Menurut dr Yuri, kapal pesiar Diamond Princess telah menjadi episentrum baru penularan virus corona COVID-19. Kemungkinan terjadinya mutasi ditandai dengan adanya kasus positif dengan gejala yang makin ringan. (ha/yp)

Baca selengkapnya: detiknews

Krisis di Korsel, Angka Infeksi Virus Corona Jadi 340 Kasus

Kenapa Virus Corona Bermutasi? Ini Faktor yang Menentukan

Mutasi Virus Corona Terjadi di China, Riset Vaksin Jalan Terus