1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Zona Euro Resahkan AS dan Cina

15 September 2011

Sorotan pasar keuangan dunia terus terarah ke kawasan pengguna Euro, yang sedang dilanda krisis hutang. Demikian pula sorotan media cetak internasional. Krisis hutang yang melanda Eropa juga membuat resah AS dan Cina.

https://p.dw.com/p/12Zt0
Jajaran koin Euro yang jatuh sebagai simbol gambar efek domino krisis EuroFoto: picture alliance/chromorange

Presiden Barack Obama meminta Eropa berupaya lebih besar untuk mengatasi krisis hutangnya.  Hal ini dianalisa harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung

"Jika Obama dengan demikian ingin mengatakan bahwa ekonomi dunia tidak terpilah-pilah dan tidak ada kawasan yang rentan terhadap sesuatu yang terjadi di kawasan lainnya, maka testimoninya benar dan berlebihan. Seolah-olah warga Eropa kurang berusaha dan kurang berkeinginan. Mungkin Obama masih ingat akan sirkus seputar penaikan batas hutang Amerika Serikat. Kejadian itu membuat dunia tegang dan mengirimkan bukti bagi tidak berfungsinya politik Amerika. Jika ia sekarang mengirimkan menteri keuangannya ke Eropa, orang dapat berpikir apa yang akan diucapkannya. Yakni program konjungtur. Tapi itu di Amerika pun sudah tidak membantu.“

Mengenai seruan Presiden Barack Obama kepada Eropa untuk mengatasi krisis hutangnya, harian Swiss Tages-Anzeiger menulis

"Jerman dalam dua tahun terakhir dapat memetik hasildari  politik pengetatan ikat pinggangnya. Ekonomi mengalami lonjakan, yang sudah begitu lama tidak pernah lagi dialaminya. Kini pemerintah Angela Merkel tidak akan membiarkan begitu saja hasil itu berkurang akibat ulah orang lain. Ia mendesak para pelanggar defisit agar juga melakukan penghematan besar-besaran, dan meminta  Bank Sentral Eropa agar segera mematikan segala jejak inflasi. Apa yang diinginkannya ada harganya. Tapi sayangnya harga itu amat besar. Di negara-negara yang dilanda defisit dilakukan penghematan secara sekaligus, baik di rumah tangga, perusahaan dan negara. Hanya seandainya negara turun tangan dan membuat hutang lebih besar, spiral bencana ini mungkin masih dapat dihentikan. Hal itu disadari Obama, tapi belum disadari Angela Merkel.“

Tawaran bantuan Cina sehubungan krisis keuangan yang dialami kawasan pengguna mata uang Euro menjadi sorotan harian Jerman Tagesspiegel

"Jerman sendirian tidak dapat menyelamatkan dunia Euro. Dan Amerika yang menjadi lumpuh akibat sayap kanannya yang tidak mau berkompromi tidak lagi menawarkan bantuan selain peringatan istimewa. Sepertinya sejumlah pihak mengharap adanya semacam Marshall-Plan dari Cina di timur jauh. Baru saja Italia yang terpepet keuangannya menawarkan diri kepada Cina seperti negara dunia ketiga. Cina yang sudah menjanjikan kepada beberapa negara Eropa untuk membeli obligasi Euronya, ragu-ragu. Dapat dimengerti. Perdagangan dan perubahan bagi ekonomi dan politik bukanlah menyangkut altruisme atau menolong tanpa pamrih.“

Sementara harian Jerman lainnya Frankfurter Rundschau memandang skeptis tawaran bantuan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao dalam krisis mata uang Euro.

“Cina tampil sebagai penyelamat dunia. Cina ingin mengulurkan “tangan bantuan” bagi kawasan Euro yang kondisinya sedang kritis. Demikian janji Wen Jiabao. Rasa terima kasih yang diperolehnya di Eropa dan di pasar bursa dengan tawarannya tersebut, diamati Beijing dengan kebanggaan nasional. Bukan hal yang langsung dapat dipastikan, jika kegagalan Eropa dan Amerika Serikat benar-benar menjadi keuntungan Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina masih tergantung sangat besar dari kekuatan konsumsi di negara-negara industri.“

Harian Inggris Independent mengomentari serangan Taliban selama 20 jam di Kabul.

„Al Qaida mungkin melemah, tapi itu tidak dapat dikatakan bagi Taliban. Kejadian Selasa lalu mungkin tidak lebih dari aksi kekerasan satu-satunya fraksi oposisi bersenjata. Tapi aksi itu menunjukkan bagaimana tetap rapuhnya situasi keamanan bahkan di ibukota Afghanistan sekalipun. Aksi itu juga mengirim peringatan, bagaimana cepatnya situasi dapat memburuk. Semua bukan pertanda bagus bagi penarikan yang mulus pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan sampai akhir 2014. Namun setiap penundaan rencana waktu Obama mungkin dapat membuat situasi semakin rumit.

Dyan Kostermans/AFP/dpa

Editor: Luky Setyarini