1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kritik Terhadap Kanselir Angela Merkel

2 Juli 2010

Proses pemilihan presiden Jerman jadi ajang kritik bagi Kanselir Angela Merkel. Ia tidak didukung penuh oleh anggota parlemen dari partainya sendiri dan dari mitra koalisinya.

https://p.dw.com/p/O9b9
Kanselir Jerman Angela Merkel, kiri, dan Christian Wulff, kanan.Foto: AP

Harian Perancis Le Figaro menulis:

Proses pemilihan kandidat dari CDU sebagai presiden Jerman berlangsung alot. Ini menunjukkan betapa lemahnya kanselir Jerman sekarang di dalam negeri. Ujian ini memang berhasil ia lalui, tapi dengan kerugian. Merkel cukup lama dipandang sebagai tokoh politik Eropa yang paling dihormati. Namun diskusi tentang krisis di Yunani menggerogoti otoritasnya. Sekarang ia tidak bisa lagi menggunakan kancah internasional untuk memoles citranya. Ia akan mengalami kesulitan mempertahankan disiplin di barisannya sendiri dan pada aliansi politiknya. Merkel saat ini sangat membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan demi mempertahankan masa depan politiknya menghadapi rangkaian pemilihan negara bagian tahun 2011.

Harian Denmark Information berkomentar:

Kanselir Angela Merkel terselamatkan dari peristiwa yang sangat memalukan, hanya karena Partai Kiri tidak memberi suara untuk calon dari kubu Sosialdemokrat, Joachim Gauck. Sekalipun akhirnya Christian Wulff menang, proses pemilihan ini adalah peringatan serius bagi Merkel. Ia harus menyadari, bahwa situasi dalam partainya sendiri tidak jauh lagi dari aksi makar. Merkel selama ini menjadikan ketenangan dan sikap kepala dingin sebagai ciri khas kepemimpinannya. Tapi proses pemilihan Wulff adalah isyarat jelas, bahwa ada kekuatan cukup besar di dalam partainya yang tidak puas dengan gaya kepemimpinan Merkel.

Tema lain yang jadi sorotan pers internasional adalah upaya menerapkan regulasi bagi pasar uang, yang oleh banyak pihak dinilai gagal. Harian Perancis Libération menulis:

Dua tahun lalu para pemimpin dunia mengeluarkan pernyataan yang sangat keras dan mencela kegilaan yang terjadi di pasar uang. Saatnya untuk melakukan regulasi keuangan. Dari London sampai New York, dari Paris sampai Berlin, nada yang sama dinyanyikan berulang-ulang: semuanya akan berubah, tidak ada yang akan tetap seperti dulu. Kapitalisme, keuangan dan pasar harus berjalan senada dengan aturan, moral dan kepentingan umum. Pusat kekuasaan seperti berubah. Politisi menggertak, para spekulan gemetar. Namun sekarang kenyataannya tidak ada yang terjadi. Pasar malah berbalik melawan mereka yang telah menyelamatkannya, yaitu negara. Sekarang, para pelobi sektor perbankan dan keuangan berusaha mengubur rencana regulasi yang diperkenalkan oleh pemerintahan.

Harian Jerman die tageszeitung menyoroti reformasi pasar uang yang baru-baru ini diputuskan di Amerika Serikat:

Reformasi pasar keuangan AS sebenarnya bisa menjadi reformasi abad ini, setara dengan New Deal tahun 1030-an. Tapi hasil perundingan antara Senat dan Dewan Perwakilan hanya menghasilkan kompromi lemah. Sebelum pemungutan suara di Senat, macan ini sudah dicabut taringnya. Tidak ada iuran wajib perbankan. Larangan melakukan bisnis beresiko dibatalkan sebagian. Pembatasan bank melakukan spekulasi ditunda. Ini kemenangan gemilang para pelobi keuangan dan kekalahan tragis sektor politik.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Robina