1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kuba Kaji Reformasi Ekonomi Terkendali

27 Januari 2012

Kongres Partai Komunis Kuba terutama akan membahas perkembangan reformasi ekonomi. Kongres digelar dalam isyarat reformasi secara hati-hati.

https://p.dw.com/p/13rgO
Foto: dapd

Pimpinan Kuba, satu setengah tahun lalu mencoba pembukaan ekonomi pasar secara hati-hati, untuk mengatasi krisis berat di negeri itu. Pertanyaan utamanya, seberapa banyak reformasi yang diperlukan, agar tidak membahayakan sistem yang berlaku.

Kuba Cuba alte Autos neues Gesetz
Mobil tua dan aturan baru di Kuba.Foto: AP

Presiden merangkap ketua partai komunis Kuba, Raul Castro, sudah mencanangkan pembukaan pasar secara terkendali. Warga Kuba kini boleh lebih banyak bekerja secara mandiri. Belum lama ini warga juga diizinkan membeli mobil dan rumah. Semua itu untuk mendorong pertumbuhan dalam ekonomi sosialistis yang terus dilanda krisis. Tapi partai komunis juga tidak mau dilindas oleh reformasi yang ditetapkannya sendiri.

Presiden Raul Castro berusaha menerapkan ketenangan dalam laju perubahan itu. “Kami akan meneruskan reformasi. Tanpa tergesa-gesa, tapi juga tanpa jeda, secara bertahap. Hanya dengan cara itu, kita dapat meninggalkan dogma lama, dan mengoreksi kesalahan tepat waktu. Persatuan warga Kuba dengan partai dan revolusi, tidak boleh sedetikpun diabaikan. Persatuan inilah yang membantu kita terus membangun sosialisme“, paparnya dalam sebuah pidato.

Cuba Präsident Raul Castro
Presiden Raul CastroFoto: dapd

Kasus tahanan politik

Namun citra reformasi tenang itu, beberapa minggu lalu mengalami gangguan. Dipicu oleh meninggalnya Vilmar Villar (31), yang melakukan aksi mogok makan selama 50 hari, memprotes vonis hukuman penjara terhadap dirinya, serta sistem politik di Kuba. Media massa pemerintah berusaha merekayasa kasus Villar, sebagai kejahatan biasa.

Tapi Amnesty International memandangnya secara berbeda. Villar dikategorikan sebagai tahanan politik yang tidak melakukan aksi kekerasan. Proses pengadilan terhadapnya tidak adil, kata organisasi pembela hak warga yang bermarkas di London itu. Villar dipenjarakan akibat aktivitas politiknya. Secara keseluruhan, situasi hak asasi manusia di Kuba tetap buruk, walaupun belakangan banyak tahanan politik dibebaskan.

James Burke dari Amnesty International memaparkan ”Hak untuk kebebasan berpendapat dan berorganisasi di Kuba tetap amat dibatasi. Jika oposisi hendak melakukan pertemuan, seringkali hal itu dihambat, misalnya lewat aksi penangkapan semena-mena. Tidak ada akses bebas ke internet.”

Tunggu kunjungan Paus

Kuba Hungerstreik Dissident stirbt
Pita hitam dan buku dukacita bagi dissident Vilma Villar.Foto: dapd

Kematian Villar melontarkan kilatan cahaya, yang menujukkan walaupun dilakukan reformasi ekonomi secara hati-hati, situasi politik di Kuba nyaris tidak berubah. Kasus Villar, mencuat hanya dua bulan menjelang kunjungan Paus Benediktus XVI ke Kuba.

Menimbang perkembangan situasi politik di Kuba, kelompok exil-Kuba di Miami mendesak Vatikan, untuk membatalkan kunjungan Paus. Sementara gereja Katolik Kuba, berusaha memanfaatkan momentum kunjungan Paus, untuk mendesak lebih banyak pembebasan tahanan politik.

Partai komunis Kuba, diduga menantikan kunjungan Paus dengan tegang. Di satu sisi, kunjungan itu dapat menunjukkan citra Kuba yang bagus ke seluruh dunia. Tapi di sisi lainnya, juga menunjukan aksi kelompok pembangkang yang berusaha menarik perhatian. Tujuannya agar Paus secara terbuka menuntut lebih banyak reformasi, ketimbang yang diatur oleh partai komunis.

Martin Polansky /Agus Setiawan

Editor : Edith Koesoemawiria