1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kue Bernama Kosovo buat Jerman

1 September 2006

Jerman mengambil alih semua posisi terpenting dalam misi perdamaian PBB di Kosovo. Kesempatan bagi Berlin untuk memperbesar dominasinya?

https://p.dw.com/p/CPCI
Joachim Rücker, Ketua Baru OSCE di Kosovo
Joachim Rücker, Ketua Baru OSCE di KosovoFoto: AP

Menteri Pertahanan Jerman Franz Josef Jung melengkapi lawatan resminya di Kosovo dengan mengunjungi markas tentara perdamaian PBB, KFOR, di kota Pristina. Kunjungan Jung di Kosovo bukan tanpa alasan. Ia akan menyaksikan proses pelantikan salah seorang jendralnya, Roland Kather, sebagai pemimpin tentara perdamaian PBB, KFOR.

Pada saat yang bersamaan, Bekas walikota Sindelfinger, Joachim Rüttger, menjadi kepala adimnistrasi PBB di Kosovo. Tidak hanya itu, misi milik organisasi keamanan dan kerja sama Eropa, OSCE, di kawasan yang sama akan dikepalai oleh seorang diplomat Jerman, Werner Wendt.

Bukan rahasia lagi jika Jerman mewakili kepentingan Uni Eropa di Kosovo. Jika Kosovo dinyatakan berdaulat, maka Uni Eropa, khususnya OSCE, organisasi keamanan dan kerja sama Eropa, berniat menanamkan pengaruhnya di kawasan tersebut. Werner Wendt, ketua misi perdamaian OSZE di Kosovo dan sekaligus diplomat Jerman, mengungkapkan alasan klise di balik misinya.

“Kepentingan Jerman tentu saja peningkatan stabilitas di kawasan, menjamin perdamaian, serta membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang sehat.”

Peningkatan stabilitas dan keamanan yang dimaksud Werner Wendt akan menjadi tugas utama Roland Kethner. Sang jendral akan mengomandoi sekitar 18.000 pasukan baret biru PBB di Kosovo.

Jerman sendiri hadir sebagai kontingen terbesar dengan menempatkan 2.300 pasukannya. Sebagian besar tentara Jerman ditugaskan di bagian selatan Kosovo. Wilayah dengan mayoritas penduduk Serbia. Penduduk di wilayah ini lebih memilih menggabungkan diri dengan Serbia jika pada akhir perundingan, Kosovo dinyatakan sebagai wilayah berdaulat.

Kondisi keamanan di Kosovo memang relatif tenang, namun belum cukup stabil untuk menjamin perdamaian. Menteri Pertahanan Jerman Franz-Josef Jung menjamin tidak akan mengurangi kekuatan Jerman di kawasan tersebut. Lebih lanjut dikatakan Jung,

“Kami hanya akan mengirimkan tentara jerman jika, pertama, mereka terlatih dengan baik, kedua jika kami telah melengkapi mereka dengan peralatan terbaik, dan ketiga jika mereka memiliki motovasi yang cukup. Saya tidak akan mengirimkan seorang tentara pun, jika kami tidak mampu menjamin keamanan mereka.”

Masalah lainnya yang harus dihadapai misi perdamaian PBB di Kosovo adalah macetnya pertumbuhan ekonomi. Pabrik-pabrik belum lagi berfungsi. Sedikitnya setengah dari penduduk Kosovo merupakan pengangguran. Kondisi yang sama memperhatinkan dapat terlihat di sekolah-sekolah dan rumah sakit.

Kosovo adalah wilayah paling miskin di kawasan Eropa Selatan. Namun menurut Joachim Rücker, kepala administrasi PBB, Kosovo memiliki potensi kekayaan alam yang cukup besar. Rücker yakin, batu-bara, tambang besi, susu dan anggur dapat menjamin keberlangusngan pertumbuhan ekonomi Kosovo. Semua itu menurut Rücker dapat terjadi dengan satu syarat, Kosovo memiliki status politik yang jelas.

“Saya kira, Kosovo memiliki peluang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi seperti di kawasan transdormasi lainnya. Termasuk ke dalamnya tentu saja sejumlah syarat yang sampai saat ini belum terpenuhi. Namun yang pasti, Kosovo bukan merupakan lubang hitam.”