1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Travel

Labuan Bajo, Wisata Premium Bagi Wisatawan Premium?

30 November 2019

Presiden Joko Widodo berencana menyulap Labuan Bajo menjadi destinasi wisata super premium. Dengan meningkatnya kualitas wisata di Labuan Bajo, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan premium.

https://p.dw.com/p/3Twy7
Indonesien Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo
Foto: Imago Images/Westend61

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berencana mengelompokkan destinasi wisata di Indonesia ke dalam kategori premium dan menengah. Presiden Jokowi pun meminta destinasi wisata Labuan Bajo, NTT, menjadi destinasi wisata super premium.

"Labuan Bajo juga menjadi super premium. Saya sampaikan hati-hati jangan sampai dicampur aduk dengan menengah bawah. Kalau perlu ada kuotanya, berapa orang yang boleh masuk ke Labuan Bajo dalam setahun," ujar Jokowi di Jakarta, Kamis (28/11) dilansir Tempo.

Ia mengaku sudah memberikan arahan kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio terkait hal tersebut.

"Jadi kalau sudah selesai produknya, silakan promo besar-besaran, jangan sekarang promonya tapi produknya belum selesai. Kalau produk sudah selesai saat wisatawan datang akan melihat hal yang berbeda dibanding tempat lain," ungkap Jokowi. 

Sementara itu, dalam unggahan akun media sosial Instagramnya, Menparekraf Wishnutama mengungkap pihaknya tengah mengawal proses pembangunan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super premium. Seperti yang diketahui Wishnutama bersama tim Kemenparekraf tengah melakukan kunjungan kerja ke beberapa destinasi wisata super prioritas, Jumat (29/11).

"Potensi wisata Labuan Bajo, NTT memang luar biasa. Hari ini, kami mengeksplorasi beberapa sudut terindah Destinasi Super Prioritas ini dalam rangka mengawal progres pembangunan Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Premium yang dicanangkan Bapak Presiden Joko Widodo," kata Wishnutama.

Baca jugaIndonesia Kembali Promosikan Keindahan Pulau Lombok di Jerman 

Persiapan secara menyeluruh

Lalu apakah Indonesia sudah siap dalam membangun destinasi wisata super premium? Kepada DW Indonesia, pegiat pariwisata Taufan Rahmadi, menilai wisata super premium memliki keuntungan tersendiri dibandingkan dengan wisata massal. Ia menyampaikan, walau jumlah wisatawan akan dibatasi, namun dengan karakter wisatawan premium yang datang mampu memberikan penghasilan berkali-kali lipat.

"Dengan quality tourism bisa membuat detinasi wisata memiiki daya tarik bagi wisatawan-wisatawan berduit itu. Karena karakter wisatawan berduit ini eksklusif, dia ngga mau bareng-bareng," ungkap Taufan.

Menjaga konsistensi pelayanan, target pasar, dan program-program promosi wisata super premium dinilai menjadi tantangan yang tersendiri bagi pemerintah untuk mewujudkan ambisi ini. Pemerintah pun diharap segera menyiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan destinasi super premium di Labuan Bajo.

Indonesien Taufan Rahmadi.
Pegiat pariwisata, Taufan RahmadiFoto: Privat

"Apakah amenitas di Labuan bajo sudah mumpuni? Ketika wisatawan tergolong premium, uang tidak jadi masalah bagi mereka. Tapi layanannya. Bagaimana produk-produk pariwisata, SDM, dan hotel-hotel di sana? Sudah sampai mana pengembangannya? Menjamin tidak layanan premium itu ada di Labuan Bajo? Kalau ada yang kurang ya musti dikembangkan," terangnya.

Wisata super premium sendiri menurutnya juga akan membantu upaya pemerintah menjaga kelestarian ekosistem di kawasan Labuan Bajo. "Agar kebersihan, kehidupan, lingkungannya, biowisatanya semua terjamin. Harus tegaslah pemerintah terhadap hal-hal seperti itu," ungkap Taufan.

Baca jugaPulau Komodo Ditutup di Tahun 2020, Apa Kata Media Internasional?

Ia berpendapat bahwa pemerintah Indonesia bisa mencontoh Maldives dan New Zealand yang sudah lebih dahulu memiliki destinasi wisata super premium. "Kalau mau ke Maldives ngga bisa langsung terbang, harus booking dulu. Nanti pemerintah Maldives punya regulasi, nanya hotel kamu apa? Penghasilan kamu berapa? Misalnya hotel bintang 5, berapa lama? Jadi pemerintah tahu menyeleksinya (wisatawan)."

Taufan mengingatkan, jika nantinya wisata super premium berhasil dibangun di Labuan Bajo, promosi harus dilakukan pemerintah Indonesia dengan gencar agar dapat menarik perhatian para wisatawan premium.

"Wisata premium tapi premium juga promosinya. Jangan promosi di tempat-tempat yang biasa-biasa saja. Sekalian, promosi di tempat-tempat paling mahal. Dimana sih tempat orang-orang kaya berkumpul? Piala dunia, F1 sekalian," ujarnya.

Hanya bagi wisatawan berkantong tebal?

Lebih lanjut, mantan anggota Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar ini mengatakan bahwa Labuan Bajo pada dasarnya tetap dibuka bagi para seluruh wisatawan, baik itu wisatawan premium maupun wisatawan massal.

"Kan ada musimnya, ketika premium time yang boleh datang wisatawan premium. Kalau nanti ada kuota lebih banyak ya pasti untuk mass tourism. Tapi zonanya harus dibagi, harus adil," pungkas Taufan kepada DW Indonesia.

Sebelumnya Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, sempat mengatakan bahwa pariwisata di NTT dirancang untuk menjadi destinasi kelas premium. Hal itu dilakukan dengan menjadikan wisatawan berkantong tebal sebagai prioritas dalam berwisata di NTT, sehingga mampu menggerakkan perekonomian di sana.

"Karena itu, wisatawan yang datang itu harus kaya. Kalau yang miskin tidak boleh datang. Saya sampaikan ke presiden, kalau wisatawan yang miskin, kami di NTT paling banyak begitu. Jadi kalau wisatawan miskin yang datang, kami sudah tidak mau lihat lagi," kata Viktor dilansir Kompas.com (15/11).

Baca jugaSalah Paham Seputar 'Wisata Halal'

(Ed: rap/gtp) (Tempo, Kompas.com)