1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Inggris Theresa May Hilang Kendali Atas Proses Brexit

26 Maret 2019

Anggota parlemen Inggris kembali menjegal langkah PM Theresa May. Dalam pemungutan suara hari Senin (25/03) parlemen memutuskan akan memilih sendiri opsi-opsi untuk Brexit.

https://p.dw.com/p/3FfFM
Großbritanien | Theresa May | Unterhaus | Brexit
Foto: picture-alliance/dpa/empics/PA Wire/House of Commons

Perdana Menteri Inggris Theresa May lagi-lagi menelan kekalahan pahit di parlemen. Dalam sidang parlemen hari Senin (25/03), mayoritas parlemen dengan 329 suara setuju melawan 302 suara tidak setuju, menetapkan akan memutuskan sendiri opsi-opsi kelanjutan proses Brexit.

Selama ini, Theresa May menolak keterlibatan parlemen dan mengajukan sendiri opsi-opsi (hak indikatif) yang kemudian diputuskan di parlemen. Tetapi sekarang, parlemen merebut hak indikatif ini lewat keputusan mayoritas.

Parlemen Inggris selanjutnya memutuskan akan melakukan pemungutan suara pada hari Rabu (27/03) tentang langkah dan opsi apa yang akan diambil selanjutnya. Ada berbagai opsi yang dipertimbangkan, antara lain mendukung proposal Theresa May dan menyetujui Perjanjian Brexit dengan Uni Eropa, mendukung proses Brexit tanpa perjanjian (No-Deal-Brexit), mendukung referendum kedua atau mencabut permintaan Brexit kepada Uni Eropa.

Großbritanien | Theresa May | Unterhaus | Brexit
PM Inggris Theresa May di hadapan parlemen Inggris, 25 Maret 2019Foto: picture-alliance/dpa/empics/PA Wire/House of Commons

'Preseden berbahaya'

PM Theresa May segera beraksi. Dalam sebuah pernyataan pemerintah disebutkan, keputusan parlemen adalah "preseden berbahaya, (dengan dampak) tidak terduga untuk masa depan." Pernyataan itu itu juga mengingatkan bahwa "opsi apa pun yang dipertimbangkan harus dapat diterima dalam negosiasi dengan Uni Eropa."

Theresa May mengatakan dia tetap akan "terlibat secara konstruktif" dengan proses di parlemen, namun menegaskan bahwa keputusan parlemen "tidak bersifat mengikat".

Pemimpin oposisi dan Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn menyambut keputusan parlemen untuk mengambil alih kendali atas proses Brexit dan mengecam mengecam pendekatan pemerintah terhadap Brexit selama ini sebagai "kegagalan besar".

"Pemberontakan" di kubu konservatif

Prakarsa untuk mengambil alih hak indikatif dari tangan pemerintahan didorong oleh sekelompok anggota parlemen yang dimotori Oliver Letwin, politisi dari Partai Konservatif yang dipimpin Theresa May. Langkah ini diikuti setidaknya 30 anggota parlemen dari kubu konservatif, yang "memberontak" terhadap Theresa May.

Selain itu, tiga menteri di kabinet Theresa May menyatakan mengundurkan diri: Menteri Muda Bisnis Richard Harrington mengundurkan diri tak lama sebelum pemungutan suara di parlemen. Dia menuduh pemerintah "bermain roulette dengan kehidupan dan mata pencaharian" rakyat. Dua menteri muda yang mendukung keputusan parlemen juga diisukan mengundurkan diri, namun laporan ini belum dapat dikonfirmasi.

Masih belum jelas, bagaimana proses Brexit akan berlanjut. Uni Eropa memperpanjang batas waktu yang tadinya ditetapkan 29 Maret menjadi 12 April. Sampai hari itu, parlemen Inggris sudah harus menetapkan apakah mereka menerima Perjanjian Brexit atau ingin perpanjangan lagi. Jika tidak, maka proses keluarnya Inggris dari uni Eropa akan resmi berlaku tanggal 12 April tanpa kesepakatan sama sekali (No-Deal-Brexit).

hp/vlz (rtr,afp)