1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lamun Artifisial Lawan Abrasi Gelombang

12 Februari 2019

Lamun adalah sumber makanan bagi satwa laut sekalgus lindungi pantai dari abrasi ombak. Perubahan iklim dan aktivitas manusia ancam ekosistem pantai yang ringkih ini. Solusinya ilmuwan Eropa kembangkan rumput laut buatan

https://p.dw.com/p/3DBa2
BdW Global Ideas Bild der Woche KW 02/2016 Seegras
Foto: picture alliance/Photoshot

Rumput Laut Buatan Lindungi Kawasan Pesisir

Rumput laut mulai tumbuh di dekat pantai, di mana dasar laut datar. Kawasan luas tumbuhan laut ini dianggap hutan tropisnya lautan. Kawasan ini punya peranan penting bagi ekosistem.

Padang rumput laut atau Lamun menyediakan makanan dan perlindungan bagi banyak satwa laut. Tumbuhan ini bagus bagi lingkungan. Memproduksi oksigen dan mengikat CO2 di dasar lautan.

Sejak dua tahun lalu, Raul Villanueva dan koleganya dalam proyek "SeaArt" berusaha mencari tahu, apa saja fungsi padang lamun. Karena tumbuhan laut ini punya fungsi penting bagi perlindungan pantai.

"Lamun meredam energi yang datang dari ombak. Dan meredam energi arus air. Sehingga mencegah erosi dasar laut. Dengan lamun, dasar lautan distabilkan. Kawasan pantai juga dilindungi dengan lebih baik. Karena ombak yang menerpa pantai, energinya jadi berkurang", ujar peneliti dari SeaArt Projekt Universitas Hannover itu

Racun dari industri pertanian

Kondisi kawasan padang lamun di sekitar pantai Jerman dikaji ilmuwan. Hasilnya: Sektor pertanian di darat ibaratnya racun bagi lamun. Dan naiknya suhu global menyebabkan lebih banyak alga tumbuh, dan menghalangi cahaya yang dibutuhkan lamun untuk hidup.    

Di proyek "SeaArt" sejumlah Universitas Eropa, sekolah tinggi dan perusahaan swasta bekerjasama. Maike Paul yang jadi pimpinan proyek menjelaskan kondisinya: "Di kawasan tropis, misalnya, ada banyak lamun. Dan jika lenyap biasanya karena penangkapan ikan menggunakan dinamit. Atau karena ada penggalian saluran-untuk menempatkan pipa. Sehingga di sana terbentuk jalur pemisah. Dan lamun tidak bisa tumbuh lagi dengan mudah."

Lamun buatan manusia bisa jadi solusinya. Seperti lamun alamiah, lamun artifisial ditujukan untuk meredam aliran air dan mencegah erosi dasar laut. Sehingga, bibit lamun yang alamiah punya kesempatan berkembang. Begitu harapannya.

Solusi lamun artifisial

Sekarang, hamparan lamun artifisial akan diuji. Seberapa panjang helai daun seharusnya? Dan di posisi mana harus lentur, dan di mana harus kaku? Uji coba di instalasi ini akan memberikan jawabannya.

Raul Villanueva dan rekan-rekannya membiarkan air mengalir dengan kekuatan berbeda-beda. Jadi bisa dilihat, sekuat apa padang rumput bisa menahan energi  air. "Lamun buatan sudah berfungsi seperti lamun alami. Reaksinya hampir serupa lamun alami. Dalam percobaan yang kami adakan tampak jelas, bahwa di padang rumput ini, juga di sana terjadi perubahan kecepatan aliran air", papar peneliti ini.

Mana yang tepat: serat alamiah atau artifisial? Bahan yang tepat belum mereka temukan. Yang jelas harus sangat mirip dengan yang alamiah, dan bisa diolah dengan mudah. Yang paling penting: Jika lamun alamiah tumbuh, padang rumput buatan harus bisa larut tanpa meninggalkan residu.

Yang dibutuhkan adalah uang. Di kegelapan dan air laut yang dingin, bahan-bahan yang diuji di sini tidak bisa larut dengan mudah. Hannah Behnsen dari Sekolah Tinggi Teknik Hannover memaparkan "Impian kami tentu saja, bisa membuat sebuah prototipe, sebuah elemen, yang bisa disesuaikan dengan kondisi sekitar kawasan yang ingin ditanami lamun. Artinya: bisa disesuaikan dengan situasi aliran air, dan kondisi berbeda-beda mikroorganisme.

Prototipenya akan dibuat secepat mungkin oleh para peneliti dalam proyek SeaArt. Karena waktu mendesak. Para ilmuwan mencatat, hutan tropis di lautan itu terus menciut, dengan laju seluas dua lapangan sepak bola setiap jamnya .

(DW Inovator)