1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporan Transparansi Internasional, Somalia dan Afghanistan Terkorup

17 November 2009

Organisasi pemantau korupsi Transparansi Internasional, dalam laporan tahunannya, mengritik tidak cukupnya tindakan global dalam memerangi korupsi.

https://p.dw.com/p/KZJi
Transparansi International

Negara yang dililit kemelut dan konflik berkepanjangan, Somalia, diikuti Afghanistan menempati urutan terburuk sebagai negara paling korup di dunia. Demikian laporan tahunan organisasi pemantau korupsi Transparansi Internasional, untuk peringkat indeks skala korupsi tahun 2009. Ketua Transparansi Internasional, Huguette Labelle mengungkapkan: „negara yang rapuh, tidak stabil kondisinya, yang selalu tergores oleh peperangan dan konflik berkepanjangan tertinggal di peringkat terbawah indeks korupsi. Somalia dengan skor 1.1, Afghanistan 1.3, Myanmar 1.4, sementara Sudan dan Irak 1.5.“

Posisi Irak meski berada di lima terendah, sedikit mengalami kenaikan, sementara Afghanistan merosot dari tahun sebelumnya. Transparansi Internasional mengungkapkan kelima negara di peringkat terbawah yang infrastukturnya banyak mengalami kehancuran akibat konflik, membutuhkan bantuan luar untuk menjaga agar budaya korupsi tidak mengakar. Oleh sebab itu para investor maupun donor asing harus menuntut transparansi dan akuntabilitas dari negara penerima modal atau bantuan. Ketua Transparansi Internasional, Huguette Labelle menegaskan: „korupsi yang berakar kuat memerlukan pengawasan parlemen, peradilan yang baik, mandiri dan sumber daya manusia yang baik pula untuk mengaudit dan lembaga anti korupsi, penegak hukum yang berkomitmen, transparansi dalam anggaran pendapatan dan aliran dana bantuan , serta memberi ruang bagi media independen dan masyarakat sipil yang bersemangat.“

Namun Huguette Labelle mengingatkan bukan hanya negara yang dilanda konflik yang tergelincir indeks korupsinya. Misalnya Italia, yang termasuk negara maju memburuk ke peringkat 63, dari sebelumnya tahun lalu masih menduduki peringkat 55. Yunani lebih parah lagi, dari peringkat 57 anjlok ke peringkat 71 pada tahun ini. Yang membaik kondisinya misalnya Liberia. Gambia yang naik ke peringkat 106 dari sebelumnya 158. Dan Indonesia naik dari peringkat 126 ke peringkat 111. Labelle mengatakan: „Penyuapan, kartel dan praktik korupsi lain telah melemahkan iklim persaingan dan berkontribusi pada hilangnya sumber daya pembangunan di semua negara, terutama negara-negara miskin.“

Sementara negara yang duduk di peringkat terbaik dalam laporan indeks skala korupsi itu, adalah yang tertinggi Selandia Baru, disusul Denmark, lalu Singapura dan Swedia, serta Swiss. Peringkat ini merefleksikan stabilitas politik, regulasi yang baik dan solid. Untuk mendukung perang melawan korupsi Huguette Labelle menghimbau:„untuk amati pemimpin negara anda, komitmen mereka dalam memerangi korupsi merupakan hal yang penting. Mereka dan institusi publik harus melayani anda dengan baik, mereka harus bekerja secara transparan dan punya integritas, bukan malah terjebak ke lubang hitam KKN dan penuh konflik kepentingan.“

Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk