1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

UNICEF Ungkap Ancaman Terbaru bagi Anak-Anak Zaman Sekarang

18 November 2019

Walaupun anak-anak di seluruh dunia mempunyai harapan hidup lebih lama dan hidup lebih sehat, serangkaian ancaman baru membahayakan hidup mereka di zaman sekarang, dari perubahan iklim sampai intimidasi dunia maya.

https://p.dw.com/p/3TDzG
Humanitäre Krise in Jemen
Foto: picture-alliance/N. El-Mofty

Lembaga anak-anak PBB UNICEF mengatakan pada hari Senin (18/11), kendati kesuksesan besar dalam memperbaiki kehidupan anak sejak tahun 1989, banyak anak termiskin di dunia masih tertinggal.

Dalam laporan terkini yang menandai perayaan 30 tahun Konvensi Hak Anak-Anak PBB, UNICEF menyatakan, kesejahteraan jutaan orang tetap berisiko karena kemiskinan dan marginalisasi. "Selain tantangan terus-menerus di bidang kesehatan, nutrisi dan pendidikan, anak-anak zaman sekarang juga harus berjuang melawan ancaman-ancaman baru seperti perubahan iklim, penyalahgunaan online dan intimidasi dunia maya," ujar pimpinan UNICEF Henrietta Fore.

Konvensi Hak Anak-Anak PBB disahkan oleh Sidang Umum PBB pada tanggal 20 November 1989 dan telah diratifikasi oleh semua negara anggota PBB, kecuali Amerika Serikat.

Apa saja yang sudah berubah sejak 1989?

Menurut laporan terbaru UNICEF, tingkat kematian anak di bawah usia lima tahun sudah berkurang sebanyak 60 persen dalam 30 tahun terakhir. Lebih banyak anak juga mempunyai akses terhadap pendidikan dasar. Perbandingan jumlah anak yang tidak bersekolah berkurang dari 18 persen menjadi 8 persen. Tetapi laporan ini memperingatkan bahwa laju perkembangan ini mandek, tanpa perubahan besar sejak tahun 2017.

"Ada kemajuan yang mengesankan bagi anak-anak dalam tiga dekade terakhir, seiring semakin banyaknya anak-anak yang hidup lebih lama, lebih baik dan lebih sehat. Tetapi anak-anak termiskin dan yang paling rentan tetap tidak mempunyai kesempatan baik untuk sukses," ujar Fore.

Anak-anak di bawah usia lima tahun dari keluarga-keluarga termiskin dua kali lebih mungkin meninggal karena sebab yang bisa dicegah daripada anak-anak dari keluarga-keluarga terkaya, ungkap laporan ini.

Walaupun lebih banyak anak diimunisasi, tingkat vaksinasi telah melambat dalam waktu 10 tahun terakhir dan ini berkontribusi terhadap munculnya kembali beberapa penyakit di sejumlah negara. Hanya setengah dari anak-anak di wilayah Sub-Sahara Afrika yang mendapatvaksin campak, misalnya. Di seluruh dunia, jumlah kasus campak yang diketahui telah meningkat dua kali lipat dari tahun 2017 sampai 2018.

Dibandingkan tahun 1989, masalah pernikahan anak sudah berkurang, tetapi bagi anak perempuan dari keluarga-keluarga miskin, resiko dinikahkan di bawah umur menjadi lebih tinggi. Laporan ini juga menekankan, bahwa anak-anak adalah yang paling terancam dampak perubahan iklim, seperti keadaan cuaca ekstrem dan kekurangan air.

Diperlukan solusi bagi tantangan-tantangan baru

Fore menyerukan agar tantangan-tantangan baru ini ditangani dengan "Inovasi, teknologi baru, tekad politik dan sumber daya yang ditingkatkan." Ia mengatakan "kita harus bertindak sekarang, dengan berani dan kreatif."

“Jika kita belum berhasil membantu anak-anak yang termiskin dan yang paling termarginalisasi, kesuksesan puluhan tahun terakhir berada dalam bahaya,” ujar Cornelius William, Direktur Bagian Perlindungan Anak UNICEF. “Diperlukan kemauan politik yang lebih kuat dan lebih banyak dana untuk membangun dunia yang lebih adil dan inklusif bagi anak-anak.”

 ag/ae (dpa, KNA, UNICEF)