1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lawatan PM Inggris ke Indonesia

30 Maret 2006

Selain bertemu denang Presiden Yudhoyono, Blair direncanakan akan berdialog dengan beberapa tokoh Islam.

https://p.dw.com/p/CJdn
Kunjungan Blair, penghargaan atas proses demokrasi di Indonesia
Kunjungan Blair, penghargaan atas proses demokrasi di IndonesiaFoto: AP

Perdana Menteri Inggris Tony Blair tiba di Jakarta, Rabu (29/3) malam, setelah sebelumnya melawat Australia dan Selandia Baru. Kamis pagi, selain bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Blair juga mengadakan dialog terbuka mengenai Islam di Indonesia bersama enam tokoh agama Islam. Kemunkinan, Blair akan menghadapi sejumlah pertanyaan kritis mengenai politik luar negeri Inggris, terutama soal kebijakan perang Irak. Pemerintah Inggris memang sering dikritik karena persekutuannya dengan Amerika Serikat.

Walau mengaku tak selalu sepaham dengan Amerika Serikat, di depan parlemen Australia Blair menandaskan, keberhasilan perang anti-teror global sangat bergantung pada aliansi dengan Amerika Serikat

Tony Blair tentu akan menyinggung peran Indonesia dalam perang melawan terorisme saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhyono, Kamis (30/3) pagi. Pengamat politik institut penelitian kebijakan luar negeri (CSIS) Bantarto Bandoro menilai, kunjungan Blair ke Indonesia menunjukkan apresiasi Inggris yang tinggi terhadap proses demokrasi di Indonesia. Dan juga menunjukkan penghargaan dari pihak Inggris, bahwa Indonesia telah menjadi bagian kolaborasi dalam memerangi terorisme.

Lawatan Tony Blair, yang adalah kunjungan pertama seorang perdana menteri Inggris ke Indonesia dalam 20 tahun terakhir, diharapkan meningkatkan hubungan kerja sama bilateral kedua negara. Bantarto menilai, bagi Indonesia yang menarik adalah janji Blair untuk mendukung ekonomi Indonesia. Memang, kerja sama ekonomi antara Inggris dan Indonesia mengalami kemandekan tahun-tahun terakhir ini.

Sementara, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu berharap, dukungan Inggris untuk perdagangan Indonesia dapat dijadikan salah satu agenda kunjungan Blair. Terutama mengingat kebijakan perdagangan Inggris tak hanya terbatas pada negara itu saja, tapi juga mencakup kebijakan dagang Uni Eropa.