1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lech Walesa: "Mari Bangun Eropa."

Barbara Cöllen / Bartosz Dudek29 September 2013

Eropa perlu solidaritas dan harus berkembang jadi federasi besar, kata Lech Walesa dalam wawancana dengan DW. Walesa 29 September 2013 merayakan ulang tahun ke-70.

https://p.dw.com/p/19pXf
Gambar Lech Walesa di banda udara GdanskFoto: DW/B. Dudek

DW: Banyak negara di Eropa Timur dan Tenggara memandang kagum ke Polandia, yang sukses menjalani perubahan demokratis sejak 20 tahun. Polandia juga mengalami kemajuan ekonomi yang pesat. Tapi baru-baru ini, ribuan warga Polandia berdemonstrasi menentang kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Donald Tusk. Ada ada?

Lech Walesa: Pertama, kami tidak punya waktu 100 tahun untuk mengembangkan demokrasi seperti banyak negara di Eropa Barat. Jadi kami harus berkembang cepat untuk mengejar ketinggalan. Kedua, yang berdemonstrasi ribuan orang, tapi penduduk Polandia ada 40 juta. Kalau di negara-negara maju dikumpulkan warga yang tidak puas untuk berdemonstasi, jumlahnya juga pasti banyak. Ketiga: sistem demokrasi di Polandia sudah kuat. Memang ada protes, tapi semua berjalan damai, tidak ada kekerasan. Ada pengumpulan tanda tangan, dan mereka yang tidak puas akan menunjukkan hal itu dalam pemilu mendatang. Jadi Polandia sudah lulus dalam ujian demokrasi, dan ini contoh baik bagaimana menyalurkan rasa tidak puas.

Dalam wawancara dengan mingguan Jerman "Die Zeit" Anda menyatakan, Jerman harus lebih berani dan memainkan peran lebih besar dalam pembangunan di Eropa. Tapi selama masa krisis, Jerman justru dikritik di beberapa negara Eropa karena dianggap terlalu berpengaruh, Di Yunani misalnya, Kanselir Merkel ditampilkan dalam karikatur dengan seragam Nazi. Bagaimana Anda menilai politik Eropa yang dijalankan Jerman?

Pemimpin politik selalu akan dikritik. Ini memang sudah begitu. Jerman adalah aktor penting di Eropa, dalam segala bidang. Jerman juga mengambil alih tanggung jawab besar dalam krisis ekonomi, dan mengembangkan gagasan untuk masa depan. Itu harus dilanjutkan. Saat ini, perbatasan negara makin tidak penting. Yang penting adalah Eropa, bukan Polandia atau Jerman. Jadi kita jangan lagi berpikir dalam kategori negara. Ada banyak tema-tema baru, misalnya soal teknologi informasi, ekologi, krisis perbankan. Masalah lainnya adalah soal uang. Jerman punya cukup uang, negara lain tidak. Kita di Eropa perlu jaringan jalan yang baik, misalnya di Albania. Di sana dan di beberapa negara lain, tidak ada uang untuk pembangunan jalan. Jerman bisa membiayai pembangunan jalan, lalu kredit itu dikembalikan misalnya selama 50 tahun ke depan. Jadi Jerman tidak perlu menimbun uangnya dalam tabungan.

Perang Dunia ke II sudah berakhir sejak hampir 70 tahun. Tapi tetap masih ada stereotip dan prasangka buruk terhadap Jerman. Kalau Jerman mulai membangun jalan dimana-mana, stereotip dan prasangka buruk ini bisa makin kuat.

Saya kira tidak. Untuk integrasi Eropa, kita perlu lebih banyak kemakmuran. Berbagai konflik bisa dihindari, kalau kita misalnya memperbaiki infrastruktur jalan, karena situasi akan membaik. Banyak yang harus dilakukan, misalnya pembangunan jaringan telekomunikasi. Negara-negara kaya perlu menyediakan dana bagi negara miskin sebagai pinjaman, yang dibayar dalam jangka panjang. Ini akan menguntungkan bagi semua pihak. Generasi sekarang harus mulai membangun sebuah federasi Eropa. Tapi ini harus dilakukan dengan cermat.

Bagaimana caranya?

Tidak ada yang tahu pasti. Untuk mencapai itu, kita perlu struktur Eropa yang lebih besar. Perbatasan dan pembagian adalah masa lalu. Dalam hampir semua kegiatan kita, memang masih muncul ingatan tentang masa perang. Tapi pelahan-lahan kita mulai menjauh dari sana. Ini proses yang lambat, tapi kita sudah melangkah maju. Yang penting, kita bisa membangun Eropa di atas landasan nilai-nilai yang sama. Saat ini masih ada perbedaan. Jadi kita perlu mengembangkan semacam katalog nilai-nilai. Katalog ini bisa menjadi fundamen untuk mengembangkan Eropa di masa depan.

Hari Minggu, 29 September, Anda merayakan ulang tahun ke-70. Anda punya peran besar menjatuhkan rejim komunis di Polandia dulu. Sampai sekarang, masih ada rejim diktatur yang berkuasa dengan kejam. Apa resep Anda menghadapi diktatur?

Resep saya adalah: solidaritas. Tentu saja sikap solidaritas ini berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Yang penting adalah, mengajak Amerika Serikat, satu-satunya adidaya dunia saat ini, agar ikut terlibat dalam pembangunan tata dunia yang baru. Antisemitisme, rasisme, pembersihan etnis, senjata kimia, semuanya harus dihadapi dengan tegas dan secepat mungkin disingkirkan.

Lech Walesa menjadi pemimpin gerakan "Solidarnosc" tahun 1980 di Gdansk. Ini adalah serikat buruh independen yang pertama di negara blok Timur. Tahun 1983 ia mendapat penghargaan Nobel Perdamaian. Setelah rejim komunis jatuh, tahun 1990 ia terpilih sebagai Presiden Polandia.