1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ledakan bom di Ambon

Edith Koesoesoemawiria26 April 2007

Belum diketahui apakah peledakan bom itu terkait kelompok separatis RMS.

https://p.dw.com/p/CP6p

Di kota Ambon sebuah bom meledak ditengah jalan dan menyebabkan 6 orang luka-luka ringan. Sementara itu, ribuan polisi dan tentara mempatroli pulau Ambon hari Rabu berkaitan dengan tanggal 25 April yang oleh para pendukungnya diakui sebagai hari peringatan gerakan Republik Maluku Selatan, RMS.

Dari enam orang yang terluka di Rumah sakit Al Fatah, Ambon, lima orang sudah kembali pulang. Demikian keterangan Kepala Bidang Humas Polda Tommy Napitupulu. Sementara korban keenam, Siti Hasnah Umarella masih dirawat. Disebutkan juga bahwa saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap saksi-saksi. Kabid Humas Polda, Tommy Napitupulu,

“Sekarang ini kita lagi mendalami pemeriksaan terhadap saksi-saki yang kita dapatkan, baik itu saksi korban maupun orang-orang sekitar TKP.“

Bom berkekuatan rendah itu meledak di tengah jalan Mardika yang ramai orang lewat. Namun menurut kepolisian tidak terjadi banyak kerusakan. Kabid Humas Polda Ambon Tommy Napitupulu juga tidak memberikan informasi mengenai siapa yang menempatkan bom itu di situ,

“Kita masih terfokus, masih terfokus dengan penyelidikan ini, jadi kita belum menganalisa terlalu jauh.“

Sementara berkaitan dengan peringatan ke-57 gerakan Republik Maluku Selatan hari Rabu, sekitar 6000 orang polisi dan tentara dikerahkan untuk mengamankan Ambon.

Meski sudah dilarang, pada tanggal ini seringkali ada sejumlah bendera RMS yang dikibarkan pada gedung-gedung dan pohon-pohon di Ambon. Biasanya bendera-bendera dengan cepat berhasil diturunkan oleh patroli polisi. Menurut laporan, Brigadir Kahar dari polda Ambon, tahun ini hanya ada satu kasus pengibaran bendera RMS, yakni pada hari Selasa di kawasan Kudamati. Disebutkan, kawasan ini merupakan pusat kekuatan gerakan RMS di Ambon.

Sementara menurut Romo Böhm dari Pusat Krisis Ambon situasi di Ambon relatif aman. Kepada DW ia mengatakan tidak tampak adanya penambahan pasukan polisi dan militer secara berlebihan,

„Tidak mencolok bahwa dimana-mana ada polisi. Tidak lebih dari katakan Paskah atau Natal. Hari ini memang tanggal 25 April itu sejak kerusuhan selalu menjadi satu tanggal di mana RMS menunjukan diri. Saya kira tenang saja, sejauh saya tahu sekarang ini. Orang was-was ya, tetapi beberapa tahun akhir-akhir ini aman selalu, tidak ada apa-apa terjadi jadi pasti itu diperhitungkan juga bahwa RMS makin akan menghilang.“

Dua tahun lalu sebuah pawai pro-kemerdekaan di kota Ambon berakhir dengan pertikaian dan kekerasan yang mengakibatkan 30 orang tewas dan leih dari 100 orang terluka. Gerakan Republik Maluku Selatan mendeklarasikan diri pada tahun 1950, namun berhasil dibubarkan tidak lama sesudah itu. Disebutkan, setelah jatuhnya bekas Presiden Suharto ada upaya untuk bangun kembali.