Ledakan Bom di Punjab, Puluhan Orang Tewas

Sedikitnya dua puluh orang tewas dan lebih dari seratus orang cidera dalam serangan bom di Faisalabad, provinsi Punjab, Pakistan. Bom dipasang di sebuah mobil yang berada di sebuah pom pengisian bahan bakar gas. Komandan polisi kota setempat, Aftab Cheema memperkirakan jumlah korban tewas kemungkinan akan bertambah, bila melihat kondisi para korban yang mengalami cidera amat kritis. Diduga kelompok militan berada dibalik serangan ini.

Televisi memperlihatkan gambar pom pengisian bahan bakar itu luluh lantak, pecahan batu bata dan serpihan logam tersebar di mana-mana, ketika pasukan penyelamat berusaha menyelamatkan para korban dari reruntuhan, di tempat kejadian perkara. Ambulans lalu lalang membawa korban luka ke rumah sakit. Dibutuhkan kran dan alat berat untuk dapat mengevakuasi korban selamat di timbunan puing reruntuhan bangunan.

Pejabat tinggi kota Faisalabad, Tahir Husain menduga serangan bom mobil itu sebenarnya ditargetkan pada gedung-gedung pemerintahan yang letaknya berdekatan dengan pom pengisian bahan bakar gas tersebut. Selain terdapat pompa pengisian bahan bakar gas, di lokasi itu juga terdapat beberapa gedung yang ikut hancur. Saat inisiden terjadi, banyak mobil tengah mengantri untuk mengisi bahan bakar.

Pakistan terus diguncang rentetan aksi kekerasan, terutama yang ditargetkan kepada pasukan keamanan. Sejak pasukan Pakistan menyerbu mesjid militan Muslim pada Juli 2007 silam, sudah sekitar 4000 orang terbunuh oleh ledakan bom, serangan bersenjata dan bom bunuh diri. Taliban dan jaringan teror ALlQaida dianggap bertanggung jawab atas aksi-aksi kekerasan tersebut.

Pada hari Sabtu lalu, satu orang tewas terbunuh dan seorang lainnya terluka ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah di kota terbesar Pakistan, Karachi.

Kota Faisalabad dekat dengan kediaman menteri agama Mminoritas yang dibunuh Jumat lalu di ibukota Pakistan, akibat menentang undang-undang penistaan agama. Pembunuhan itu memicu kemarahan internasional dan menyulut keprihatinan atas meningkatnya militansi dan ekstrimisme di negara adidaya nuklir itu, yang merupakan mitra terpenting Amerika Serikat dalam perang di Afghanistan.

Ayu Purwaningsih /rtr/afp

Editor : Agus Setiawan