1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ledakan Warnai Pemilu Pendahuluan di Irak

4 Maret 2010

Ledakan terjadi Kamis (04/03), saat Irak menggelar tahap pendahuluan pemilu parlemen yang diikuti oleh ratusan ribu pegawai pemerintah dan petugas keamanan, serta para orang sakit dan tahanan.

https://p.dw.com/p/MJnj
Seorang perwira polisi memberikan suaranya dalam pemilu pendahuluan di BagdadFoto: AP

Sebuah granat meledak di dekat tempat pemungutan suara TPS di al Horeya, sebelah barat laut Baghdad. Belasan orang terbunuh dan puluhan lainnya terluka, ketika tahap pendahuluan pemilu parlemen Irak dilakukan. Diantara korban yang tewas, terdapat beberapa polisi dan tentara.

Di tengah dugaan adanya intimidasi dan masalah mengenai daftar pemilih, pemilu parlemen kali ini diawasi dengan cermat sebagai tes kunci atas stabilitas negeri itu, pasca penarikan pasukan Amerika Serikat.

Ratusan ribu serdadu, polisi, petugas dan pasien rumah sakit serta para tahanan yang menjalankan hukuman kurang dari lima tahun penjara memberikan suaranya dalam pemilu kali ini. Sementara pemilihan umum sendiri digelar pada hari Minggu ((07/03).

Sebelumnya, sebuah aksi bom bunuh diri juga terjadi di dekat TPS Bab al Moazzam di tengah Baghdad. Diantara korban tewas terdapat anak-anak. Sementara di sebelah utara kota Mosul, beberapa orang cidera ketika seorang pria bersenjata memasang bom di kediaman seorang kandidat. Namun ketika bom meledak, tidak ada seorangpun yang sedang berada di rumah kandidat tersebut, yaitu Sheik Nawaf Saud Zayd. Mereka yang terluka adalah para tetangga.

Masalah lain yang terjadi selain aksi kekerasan adalah seputar kekisruhan daftar pemilih. Banyak tokoh, diantaranya kepala keamanan di Baghdad, tak berhasil menemukan namanya ketika mau mencoblos. Kepala keamanan Qassim Atta kemudian memanggil Komisi Pemilu Independen untuk menanyai hal tersebut.

15 orang polisi yang diwawancarai DPA di TPS Najaf, mengakui mendukung koalisi Perdana Menteri Irak Nuri al Maliki. Namun Maliki saat ini menghadapi tantangan berat dari bekas mitranya sendiri di kubu Syiah dan aliansi sektarian yang dipimpin mantan perdana menteri Irak, Iyad Allawi. Maliki yang kampanyenya mengusung pencapaian penurunan drastis angka kekerasan, dihadapkan dengan kenyataan bahwa akhir-akhir ini serangkaian aksi kekerasan merebak kembali.

Pemerintah Irak mengumumkan lima hari libur terhitung sejak Kamis (04/03), untuk memuluskan jalannya pemilu Irak ini. Jam malam pun diberlakukan bagi pengguna kendaraan. Menjelang pemilu kali ini, sudah terjadi beberapa aksi kekerasan di berbagai belahan negeri 1001 malam itu.

Hari Minggu (07/04), sekitar 19 juta warga Irak yang memiliki hak memilih, diharapkan mendatangi 10 ribu TPS dan ambil bagian dalam pemilu parlemen. Dimana ada sekitar 6200 kandidat yang ikut serta dalam pemilu untuk memperebutkan 325 kursi di parlemen. Pada hari H pemilu tersebut, akan diterjunkan 200 ribu petugas keamanan.

AP/EK/afp/dpa