1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libya Dipecat dari Dewan HAM PBB

2 Maret 2011

Hanya satu tahun Libya duduk di kursi anggota Dewan HAM PBB setelah pemilihannya yang kontroversial. Kini, negara itu dikeluarkan dengan cara demonstratif, tanpa voting resmi, hanya kesepakatan sesama anggota.

https://p.dw.com/p/10RvL
Demo di Berlin, Jerman, mengutuk tindakan pemerintah Libya terhadap para demonstranFoto: picture-alliance/dpa

Dewan secara resmi menyetujui permohonan pemecatan bagi Libya Jumat (25/02). Alasan pemecatan, 'pelanggaran HAM secara kejam dan sistematis' di Libya.

Seperti juga terhadap sanksi-sanksi sebelumnya, rejim Gaddafi bergeming dan melancarkan serangan balasan di kota-kota yang dikuasai pemberontak. Di kota Ajdabiya, Rabu (02/03), tentara pro Gadaffi melancarkan serangan udara, menembaki gudang senjata atau pangkalan militer yang direbut pasukan anti-Gaddafi.

Pasukan pro-Gaddafi juga menggunakan tank dan artileri berat untuk menyerbu kota Brega, menyebabkan pertempuran berat. Saksi mata melaporkan pasukan akhirnya mundur, namun tentara bayaran masih memerangi pemberontak.

Sementara itu, dua kapal perang AS memasuki Terusan Suez Rabu pagi (02/03), dan diperkirakan memasuki Mediterania, malam ini. Kapal yang mengangkut ratusan marinir, helikopter dan fasilitas medis itu dapat mendukung baik upaya kemanusiaan maupun operasi militer. Negara-negara Barat masih bersilang pendapat tentang pemberlakuan zona larangan terbang di Libya, untuk mendukung pemberontak melawan rejim Gaddafi.

Pemberontak di Benghazi, mengatakan, mereka telah membentuk dewan militer di kota di wilayah timur Libya itu, yang menjadi pusat perlawanan terhadap 41 tahun pemerintahan tangan besi Gaddafi. Dewan akan berhubungan dengan kelompok serupa di kota-kota timur lainnya, kata pemberontak, tetapi tidak jelas apakah ada rencana bagi komando regional.

Bukan hanya kekerasan dan represi yang terhadap warga sipil, yang membuat prihatin masyarakat internasional, tetapi juga penderitaan para pengungsi yang terus bertambah jumlahnya, di Libya dan negara-negara tetangganya.

Badan PBB Urusan Pengungsi, UNHCR, mengatakan, situasi mencapai titik krisis di perbatasan antara Libya dan Tunisia, yang juga masih bergejolak setelah jatuhnya pemerintahan Ben Ali. Ribuan orang menunggu untuk menyeberangi perbatasan, dalam kondisi cuaca beku, di bawah siraman hujan. Banyak di antara mereka sudah menunggu tiga atau empat malam di tempat terbuka.

Rabu (02/03), UNHCR memohon kiriman ratusan pesawat terbang untuk membantu mengakhiri kemacetan arus pengungsi, kebanyakan pekerja asing. Diperkirakan sudah 100.000 orang keluar dari Libya.

Sekitar 1,5 juta orang lainnya, yang mencoba menggungsi dari Libya, boleh jadi mengarah ke Italia, kata Menteri Dalam Negeri Italia Roberto Maroni. Selama ini pengungsi mengarah ke barat, Tunisia, dan ke timur, Mesir. Tetapi, kata Maroni, ia yakin kelak mereka juga dapat mengarah ke utara, menuju Italia, dan itu berarti resiko bagi Eropa.

Peringatan Italia digemakan oleh Perancis. Menteri Urusan Eropa Laurent Wauquiez mengatakan, setiap tahunnya, 200 ribu sampai 300 ribu imigran ilegal dapat mencoba menyeberangi Mediterania menuju Eropa.

Renata Permadi/afp/dpa/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk