1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lima Rahasia Kekuatan Islamic State

8 Agustus 2014

Melihat rangkaian penaklukan yang dilakukan Islamic State (IS) di utara Irak beberapa pekan terakhir, banyak orang berpikir bagaimana jumlah anggota kelompok jihad kecil itu bisa mengalahkan lawan-lawannya.

https://p.dw.com/p/1CrFd
Foto: picture-alliance/abaca

Setelah mengalahkan pasukan pemerintah dalam serangan yang diluncurkan 9 Juni, Islamic State (IS) berhasil merebut kota terbesar kedua Irak yakni Mosul dan melanjutkan serangan kembali pada pekan lalu, dan berulangkali sukses

Namun kelompok jihadi itu masih relatif merupakan kekuaran kecil dan kekuatannya tidak terletak dalam jumlah. Berikut ini lima alasan yang diidentifikasi oleh para ahli militer mengenai kenapa IS sukses.

Memperoleh senjata baru

Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank. Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya.

Jumlah perangkat keras, yang seringkali buatan Amerika, yang ditinggal kabur pasukan Irak yang melarikan diri ketika para jihadis meluncurkan serangan pertama mereka dua bulan lalu telah mengubah kemampuan IS.

“Dan mereka terus mengambilalihnya, mereka meraih hasil penting, dari berbagai jenis peralatan (tempur) yang paling mereka butuhkan,” kata Anthony Cordesman, dari Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.

Pengalaman Suriah

IS telah lama memiliki pijakan di Irak – yang bahkan menjadi tempat inkarnasi pertama kelahiran kelompok itu pada 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara tetangga Suriah.

“Tiga tahun berperang di Suriah telah memberikan pelatihan yang tidak tertandingi dan menyediakan kesempatan belajar bagi IS,“ kata lembaga konsultasi intelijen Soufan Group yang berbasis di AS dalam laporan singkat mereka baru-baru ini.

Mereka telah memerangi rezim Suriah dan kelompok pemberontak saingannya sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif. “Itu jenis pernah yang dipakai untuk memerangi rakyat di Irak,“ kata Cordesman.

Memilih perang dengan baik

IS telah memilih perang dengan kecerdasan yang tajam, mefokuskan diri pada wilayah-wilayah Sunni di mana mereka bisa mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.

“Mereka bergerak dalam jarak yang cukup jauh selama beberapa hari terakhir namun daerah-daerah ini sangat jarang penduduknya dan mereka di sana hanya ada sangat sedikit pasukan keamanan,“ kata John Drake, sebuah perusahaan keamanan AKE Group.

“Ketika lawan sudah berkurang, IS sangat baik membiarkan orang-orang melarikan diri, dan menghancurkan orang-orang yang melawan mereka sungguh-sungguh, mereka tidak pernah terlalu banyak menghancurkan yang kacangan,“ kata Michael Knights dari Washington Institute for Near East Policy.

Propaganda efektif

IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal dan dimutilasi, untuk merekrut dan meradikalisasi anak muda dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.

Proyek para jihadis itu ”adalah sebuah ilusi kejahatan manusia super”, kata Patrick Skinner dari Soufan Group. Para wa4rga melarikan diri ke bagian utara kota Sinjar dalam keadaan panik pekan lalu ketika IS memperingatkan bahwa satu jam lagi mereka akan memasuki kota.

“Promosi dan intimidasi adalah sebuah taktik penting bagi IS,” kata Drake. ”Apakah mereka bisa atau tidak menggunakan semua senjata yang mereka rebut, mereka mengambil gambarnya dan menggunakan itu sebagai alat propaganda.”

Musuh yang lemah

Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka.

“Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, yang pernah menjadi pejabat pertahanan AS.

”IS telah mengungkapkan kekurangan yang menyedihkan dari para lawan-lawan mereka, yang dimulai dengan kinerja yang benar-benar mengerikan dari angkatan bersenjata Irak yang mempunyai perlengkapan baik,” demikian tulis laporan Soufan Group.

ab/rn (afp,ap,rtr)