1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lion Air: Sebuah Catatan

Andy Budiman15 April 2013

Sejumlah spekulasi berhembus seputar penyebab kecelakaan Lion Air di Bali akhir pekan lalu. Di luar itu semua, maskapai yang beberapa waktu belakangan mengejutkan dunia itu harus melakukan banyak perbaikan.

https://p.dw.com/p/18Ftx
Foto: Reuters

Lagi-lagi Lion Air mengejutkan dunia.

Pekan lalu, pesawat canggih yang baru dibeli maskapai ini bablas, mendarat di laut dan patah.

Lion Air, dua tahun terakhir mencatat rekor demi rekor. Dua tahun lalu memesan 230 pesawat: sebuah rekor pembelian terbesar dalam sejarah Boeing, dan menyediakan lebih dari 100 ribu lapangan kerja bagi Amerika.

Awal 2013, maskapai ini kembali mencatat rekor saat memesan 234 pesawat dari Airbus. Inilah pembelian terbesar dalam sejarah bisnis penerbangan sipil dunia dan menyediakan lebih dari 5 ribu lapangan kerja baru bagi Prancis.

Lion Air adalah kisah klasik tentang problem yang dihadapi industri yang baru berkembang.

Ekspansi bisnis maskapai ini memang mengubah wajah penerbangan Indonesia. Dengan motto: ”We Make People Fly”, mereka menyediakan tiket murah. Mempermudah mobilitas kelas menengah Indonesia yang sedang tumbuh pesat, mengatasi jarak dan waktu, yang artinya memperlancar bisnis.

Kita patut berterimakasih soal itu.

Kita juga tentu senang melihat ada maskapai Indonesia yang punya ambisi global.

Tapi masalahnya, Lion Air sebagaimana maskapai lainnya di tanah air, punya reputasi buruk soal keselamatan dan pelayanan.

20 kecelakaan dalam sepuluh tahun terakhir bukan sesuatu yang membanggakan: tergelincir, gagal mengudara dan terhempas di landas pacu, ban kempes, atau roda amblas, adalah catatan yang mencemaskan.

Maskapai itu telah memesan lebih dari empat ratus pesawat baru. Pertanyaannya: dari mana mereka akan mendapatkan pilot, kru pesawat dan teknisi?

Kepercayaan adalah isu penting dalam bisnis penerbangan. Ambisi global Lion Air harus diimbangi dengan kualitas: terutama soal keselamatan. Jika tidak, maka Lion Air akan dicatat sebagai “kecelakaan bisnis” terbesar dalam sejarah penerbangan dunia.