1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Liu Xia - Tampak Rentan Tapi Berkarakter Kuat

17 Oktober 2010

Liu Xia, istri pemenang Nobel perdamaian, Liu Xiaobo dijatuhi tahanan rumah, setelah diumumkan bahwa suaminya mendapat hadiah itu. Sekarang ia dianggap pendukung penting suaminya dan menjadi corong ke dunia luar.

https://p.dw.com/p/Pg9i
Liu Xia. Istri Liu XiaoboFoto: Mathias Bölinger
China Freiheit für Dissident Liu Xiaobo in Peking Brief
Liu Xiaobo. Foto dibuat tahun 2007.Foto: AP

Sebenarnya, Liu Xia tidak pernah tertarik pada politik. Puisi, lukisan dan fotografi lebih menarik perhatiannya. Tetapi sebagai pendamping suaminya, Liu Xiaobo yang sekarang menjadi terkenal di dunia, perempuan pendiam itu berubah.

Dari seniman yang introvert ia menjadi pendukung utama suaminya. Ia menjadi tulang punggung pemenang Nobel perdamaian 2010, yang Desember tahun lalu dijatuhi hukuman penjara 11 tahun. Sebelumnya pun suami-istri tersebut sudah diawasi.

Hidupnya Berubah

Awal tahun ini Liu Xia mengatakan, tentu hidupnya kini berubah. Dalam sepuluh tahun terakhir, suaminya lebih sering bekerja di rumah, dan ia hampir tidak punya hubungan dengan dunia luar. Tetapi sejak suaminya dijatuhi hukuman, ia harus keluar, memberikan wawancara dan mewakili suaminya. Baginya itu perjuangan yang berat.

Sejak suaminya ditangkap, Liu Xia sudah mengorganisir pengacara terbaik. Ia memotong rambutnya hingga sangat pendek seperti biksuni (biksu perempuan). Sebelum suaminya mendapat hadiah Nobel, Liu Xia sudah bertemu secara teratur dengan wartawan. Ia menjadi jembatan penghubung antara suaminya dan dunia.

Superteaser NO FLASH China Liu Xia Ehefrau von Dissident Liu Xiaobo in Peking
Foto: AP

Pendukung Utama

Lewat sebuah penerbit gelap, ia mempublikasikan puisi-puisi suaminya yang mengimbau agar pembantaian di Tiananmen tidak dilupakan. Liu Xia juga menggambar ilustrasi bagi puisi suaminya. Sekali sebulan ia boleh menjenguk suaminya di penjara di provinsi Liaoning di Cina timur laut, selama sejam saja.

Ialah yang menceritakan bagaimana reaksi Liu Xiaobo ketika mengetahui telah mendapat hadiah Nobel. Ia bercerita, suaminya sudah mengetahui hal itu dari pemimpin penjara. Liu Xiaobo mengatakan, hadiah itu bukan hanya untuknya, melainkan juga untuk semua korban peristiwa Tiananmen 4 Juni 1989, juga untuk ibu-ibu mereka. Suaminya kemudian menangis.

Semakin Terjerat Politik

China / Peking / Liu Xiaobo / Liu Xia
Seorang polisi menutup jalanan menuju rumah Liu Xia (08/10).Foto: AP

Liu Xia berkenalan dengan suaminya dalam sebuah pembacaan karya sastra awal 80an lalu. Mereka menikah tahun 1998, di penjara. Waktu itu Liu Xiaobo melewati hukuman di kamp kerja, karena ia menuntut pembebasan aktivis Tiananmen. Hari pernikahan ditetapkan polisi. Liu Xia tidak pernah menduga, suaminya akan mendapat hadiah Nobel. Tetapi sejak itu ia semakin terjerat di dunia politik.

Enam polisi menjaga tempat tinggalnya di bagian barat Beijing dan melarang orang masuk. Wartawan secara kasar diminta untuk tidak membuat film atau mengambil foto. Diplomat yang berusaha mengunjungi Liu Xia juga dilarang masuk. Ia tidak boleh lagi meninggalkan tempat tinggalnya. Beberapa hari lalu ia mengatakan lewat telefon, baik teman maupun wartawan tidak boleh mengunjunginya. Untuk berbelanja, ia atau ibunya harus naik mobil polisi.

Karakter Kuat

China Liu Xia Ehefrau von Dissident Liu Xiaobo in Peking
Foto: AP

Hubungan telefon yang digunakannya untuk menghubungi dunia luar diputus beberapa jam kemudian. Sekali-sekali Liu Xia yang berusia 49 tahun mengadakan kontak lewat internet. Kadang lewat Twitter yang di Cina diblokir. Jadi setidaknya teman dan pendukungnya di luar negeri dapat menyalurkan berita-berita darinya. Terakhir ia memprotes tahanan rumah lewat Twitter.

Liu Xia, yang perokok berantai dan menyenangi anggur merah asal Perancis, pernah mengatakan ia menikahi Liu Xiaobo karena kekuatannya dan karena semangatnya yang tidak dapat dipatahkan. Seorang teman baiknya mengatakan, Liu Xia, yang menjadi istri Liu Xiaobo tampak rentan, tetapi ia juga memiliki karakter kuat.

Ruth Kirchner / Marjory Linardy

Editor: Christa Saloh