1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lumpur Hidup Bernama Afghanistan

28 September 2006

Hampir setiap hari pasukan perdamaian internasional di Afghanistan (ISAF) harus berurusan dengan serangan-serangan pemberontak Taliban. Sementara dalam waktu yang bersamaan, kelompok teroris lainnya membunuh politikus-politikus lokal dan melancarkan serangan bom bunuh diri.

https://p.dw.com/p/CPBi
Pemandangan sehari-hari, serangan bom bunuh diri di kota Kabul
Pemandangan sehari-hari, serangan bom bunuh diri di kota KabulFoto: AP

Entah itu di wilayah selatan ataupun timur, kondisi keamanan di Afghanistan terus memburuk sejak lima tahun jatuhnya rezim Taliban. Di banyak tempat di negeri itu, pemerintahan pusat di bawah Presiden Karsai harus membagi kekuasaannya dengan para kepala suku dan sindikat-sindikat penanam opium.

Sedangkan di bagian utara dan barat, ISAF memiliki apa yang disebut sebagai komando pembangunan di tingkat regional yang melindungi kehidupan umum dan proses pemulihan administrasi kota.

Sekretaris Jendral NATO, Jaap de Hoop Scheffer, bukan tidak mengerti, kondisi seperti apa yang ada di Afghanistan saat ini. Ia menyadari, bahwa ISAF membutuhkan banyak pasukan untuk mengatasi pemberontak Taliban dan memerangi penanaman opium.

Scheffer mengkritik negara-negara pengirim pasukan seperti, Jerman, Spanyol dan Italia yang membatasi mandat pasukannya. Pasukan dari ketiga negara tersebut tidak boleh ditugaskan untuk melulu memerangi pemberontakan Taliban. Jaap de Hoop Scheffer menginginkan perubahan ke arah yang lebih flexibel.

de Hoop Scheffer: “Yang penting adalah, bahwa setiap negara mencabut batasan-batasan yang mereka tetapkan bagi penugasan pasukannya. Itu artinya, batasan terhadap seorang tentara tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.”

Seluruhnya, kini terdapat 17.000 tentara di Afghanistan yang berasal lebih dari 30 negara. Sebanyak 6.000 tentara ditugaskan membangun komando pembangunan kembali di wilayah selatan Afghanistan, di sekitar Kandahar. Namun sialnya, tentara-tentara tersebut harus pula berhadapan dengan serangan pemberontak Taliban.

Dari markas NATO di Brussel dikatakan, bahwa ketersediaan prajurit-prajurit muda Taliban seakan tidak mengenal batas. Seorang Jendral dari Amerika Serikat, James Jones, yang juga pemegang komando tertinggi NATO di Eropa, memerintahkan agar ISAF mengirimkan lebih banyak pasukan ke wilayah selatan. Kini terdapat sinyal kuat dari sejumlah negara anggota NATO, seperti Polandia dan Rumania untuk menambah jumlah pasukannya sebanyak 2.000 orang.

de Hoop Scheffer: “Orang tidak dapat mengatakan, bahwa saya tidak merasa puas. Tapi sebagai Sekretaris Jendral NATO, sebenarnya saya tidak bisa merasa puas. Karena kalau begitu akan banyak negara sekutu yang kemudian mengurangi bantuannya. Hal itu tidak boleh terjadi, pasalnyahal ini adalah tugas kami yang paling penting, operasi yang paling penting.”

Untuk perang menyeluruh melawan Taliban dan kelompok pemberontak lainnya, sebanyak 17.000 tentara ISAF dan 17.000 tentara Amerika lainnya yang tergabung dalam operasi anti Teror Enduring Freedom masih dirasa kurang. Demikian menurut sebuah sumber militer NATO di Brussel. Oleh Karena itu, penugasan tentara dan polisi Afghanistan dianggap sangat penting. Akan tetapi Sekretaris Jendral NATO, Jaap de Hoop Scheffer, justru melihat hal tersebut secara berbeda.

de Hoop Scheffer: “Tidak ada solusi yang murni militer untuk Aghanistan. Secara militer, NATO hanya dapat menciptakan iklim yang aman untuk pembangunan. Tidak ada pembangunan kembali tanpa keamanan. Sebaliknya juga begitu, tanpa pembangunan, tidak akan ada keamanan yang menyeluruh.”

Sampai akhir November, ke-17.000 tentara Amerika akan ditugaskan ke wilayah perbatasan Pakistan di bawah komando ISAF. Presiden AS George W. Bush menjanjikan kepada Presiden Afghanistan Hamid Karsai, bahwa tentara Amerika akan berda di Afghanistan selama mungkin sampai negara itu aman dan berfungsi dengan baik.