1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

250511 Arabische Luxustouristen München

25 Juni 2011

Musim panas di München, artinya bukan hanya musim untuk minum bir di cafe-cafe taman kota, tapi juga musim turis. Dan kota di selatan Jerman ini menyambut para tamu Arab, yang berdompet tebal dan gemar belanja ini.

https://p.dw.com/p/11ihJ
Foto: dadp

Di pusat kota München, pemandangan kaum perempuan bercador hitam beserta para lelaki berjalabah putih menciptakan kontras, terhadap pengunjung butik-butik eksklusif asal Eropa. Dan tampak jelas, bahwa para tamu Arab ini disambut dengan tangan terbuka.

Kawasan stasiun kereta München. Sebuah apartemen-hotel atau aparhotel bernama Arabest yang lobbynya berdinding kaca dan berlantai marmor, menawarkan 57 apartemen lengkap. Pada dindingnya tergantung foto, seorang lelaki Arab berkaftan yang berdiri di sebelah Kanselir Jerman, Angela Merkel.

Arabische Gäste München
Menunggu jemputanFoto: DW

"Yang berselempang emas itu Syeik Khalifa. Ia adalah penguasa Uni Emirat Arab dan tengah berpose dengan Ibu Merkel, Kanselir Jerman. Saya kira foto itu dibuat di Abu Dhabi, di istana raja”

Di foto itu, kanselir Jerman berpakaian serba hitam. Eid Hafez yang menunjukkan foto itu, menambahkan, "Ya. Ibu Merkel sangat dihargai dan dihormati di Arab Saudi. Ia memiliki reputasi yang baik sekali. Tapi itu berlaku untuk segala hal yang bersangkutan dengan Jerman. Bagi banyak orang Arab, cap “Made in Germany” merupakan jamininan bagi sebuah produk."

Eid Hafez yang berkulit gelap dan rambut keriting mengenakan jacket berwarna kuning tua. Ia biasanya mengurusi tamu-tamu Arab yang tengah berkunjung ke München. Bagi dia dan banyak orang Arab lainnya ungkapan "Made in Germany", tak hanya melambangkan produk yang terjamin dan aman, tapi juga produk yang membumi. Terkait para turis Arab, ini juga berarti bahwa ruang pribadi para tamu harus bisa dilindungi. Banyak tamu Arab yang tak ingin dikenal.

Tahun 2010, München merupakan tujuan favorit bagi ratusan ribu turis Arab yang datang ke Jerman. Menurut Kantor Pariwisata Bayern, ada kenaikan 40 persen pendatang dibandingkan tahun sebelumnya. Trend ini terus meningkat. Di musim panas, turis yang datang cenderung ingin menikmati suasana kota. Sedangkan di musim dingin, banyak turis kesehatan yang datang, mencari pengobatan untuk penyakit yang diidapnya.

"Banyak tamu yang melihat bahwa sistim pengobatan di Jerman terus berkembang. Selain itu München dianggap sebagai kota yang aman, dan ini merupakan poin terpenting, mengapa tambah banyak tamu dari negara Arab memilih München. Banyak tamu kami yang mengatakan bahwa pukul tiga pagi di London, atau di Paris, mereka tidak bisa berjalan-jalan dengan aman, seperti di sini“, begitu Faris Al Harbi.

1. Das "Arabest Appartement Hotel" in der Schwanthalerstraße im südlichen Münchner Bahnhofsviertel DW/Hörmann Mai 2011
"Arabest Appartement Hotel" di jalan Schwanthaler, MünchenFoto: DW

Direktur Aparhotel Arabest, Faris Al Harbi duduk di sofa kulit berwarna hitam di antara pot-pot besar pohon palem. "Pesanan kamar hotel kami betul-betul penuh semua. Masih ada 25 keluarga di daftar tunggu, yang sampai kini belum bisa saya tangani. “

Konsultan belanja berbahasa Arab mengiringi para tamu keluar masuk butik-butik mewah di jalan Maximilian, penerjemah turut masuk menemui dokter, pada menu hotel-hotel berbintang lima, tercatat selusin jenis kurma yang eksotis. München berusaha melayani kebutuhan para tamu-tamu dari Arab. Sementara Eid Hafez melihat dirinya sebagai perantara keluarga-keluarga penguasa Arab dengan kalangan seni dan budaya di Bayern.

Tuturnya, "Suatu kali saya bersama keluarga saya berada di Garmisch Patenkirchen. Kami berdiri di tepi danau Eibm di bawah puncak gunung Zugspitze. Melihat pemandangan di sana, para perempuan dalam grup kami mengatakan, 'Ya, apa sih yang bisa terdapat di surga, tapi tidak ada di sini? Dan saya menjawab, bahwa saya tidak tahu, karena belum pernah berkunjung ke sana. Tapi itulah alasan mengapa para tamu dari Arab itu datang berulang kali ke Jerman. Mereka mengatakan, bahwa mereka berada di Eropa, tetapi merasa bagai berada di rumah sendiri. Rumah yang sangat hijau. Tanah di Arab kuning, dan di sini semua hijau. Cantik sekali."

Arabische Gäste München
Christian Wiedemer, 51, dan Osama Al-Sughayar, 41, membahas isi majalah "Arab Traveler"Foto: ArabTraveler

Hijau asri, ketimbang kuning-kering yang penuh pasir. Paradise Bavaria atau surga Bayern, begitu deskripsi kawasan sekitar München dalam majalah papan atas “Arab Traveler”. Dicetak dalam bahasa Arab dengan susunan huruf dari kanan ke kiri, terdapat keterangan budaya dan tradisi, tips dan trend terbaru di Bayern di dalamnya. Pada halaman-halamannya tersisip deretan iklan jam tangan yberhias batu permata serta hotel-hotel yang memanjakan tamu dengan layanan program wellness.

Menurut penerbitnya, Christian Wiedemer, majalah “Arab Traveler“ adalah pemandu pariwisata dengan aspek lifestyle mewah yang pekat. “Tahun lalu, datang ratusan ribu tamu Arab dan mereka mengeluarkan banyak sekali uang, Menurut perhitungan kami, setiap orangnya membelanjakan sedikitnya 1000 Euro. Ini tentunya merupakan faktor ekonomi juga.“

Produk-produk mahal Bayern menyambut dompet tebal para turis Arab

Andi Hörmann / Edith Koesoemawiria
Editor : Hendra Pasuhuk

ENDE