1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mahathir disambut demo mahasiswa di Aceh

Dian Vitra3 Mei 2007

Kedatangan Mahathir Muhammad di Aceh disambut oleh demo mahasiswa dan aktifis. Ada apakah dibalik demo itu?

https://p.dw.com/p/CP6a

Sekitar 50-an aktivis mahasiswa Aceh menggelar aksi damai di depan gedung tempat berlangsungnya seminar. Kebanyakan dari mereka berasal dari Universitas Syiah Kuala dan Institut Agama Islam Negeri, selain itu ada sejumlah anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) NAD. Orator berpidato,“Tersangka penjual dedah (ganja) di negeri jiran Malaysia, menjadi catatan kelam bagi masyarakat di serambi mekah ini. Sembilan di antaranya sudah menjalani eksekusi, dan sekarang ada 54 orang yang masih menunggu proses pengadilan ,apakah mereka kehilangan sumber mata pencahariannya di negerinya”

Kecuali orator, mulut semua mahasiswa terekat pita isolasi hitam sebagai tanda aksi diam. Hanya poster yang diusung menunjukan apa yang mereka inginkan.

Tulisan di poster meminta Mahathir Muhammad memperhatikan nasib puluhan warga Aceh yang divonis gantung di Malaysia. Selain itu, tercantum kecaman terhadap pemerintahan Aceh dan pemerintah pusat.

Para mahasiswa menilainya, tak peduli terhadap nasib warganya yang menghadapi eksekusi. Selama aksi berlangsung, tak satupun pengambil kebijakan tampak menemui para demonstran. Juga Mahathir Muhammad tidak menemui mereka.

Sementara Presiden Pemerintahan Mahasiswa (Pema) Unsyiah, Affif Herman menegaskan, demo itu bukan mempermasalahkan penganugerahan doktor kehormatan kepada Mahathir Muhammad.

Kehadiran Mahathir Muhammad di Banda Aceh memang berkaitan dengan gelar kehormatan yang diterimanya dari Universitas Syiah Kuala. Gelar itu dianugerahkan karena mantan Perdana Menteri Malaysia ini dinilai berhasil menciptakan perekonomian yang stabil di negaranya.

Selama masa kepemimpinannya, nilai tukar mata uang Ringgit Malaysia bertahan stabil. Selain itu Malaysia tidak bergantung kepada Dana Moneter Internasional, IMF.

”Apabila sudah damai dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi, mereka memerlukan perumahan, dan ini menyebabkan industri bermula dengan membangunkan rumah “

Demikian papar Mahathir Muhammad, menyambut anugerah gelar itu. Ia katakan juga, Malaysia mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif di Aceh.

Secara langsung, Mahathir juga mendukung perkembangan pendidikan di Aceh. IIUM Montessori, yaitu lembaga pendidikan Islam yang didirikan olehnya telah membuka cabangnya di Banda Aceh.

Dalam sebuah acara terpisah taman kanak-kanak bernuansa Islam dan menggunakan sistim pengajaran Montessori itu diresmikan oleh istrinya, Tun Dr. Siti Hasmah Binti Mohd.

Ketika itu Presiden IIUM Tun Sri Sanusi Juned mengatakan taman kanak-kanak ini merupakan bantuan kecil dari Universitas Malaysia untuk masyarakat Aceh.Ia mengatakan,

Ini adalah sumbangan kecil , ini perhatian bangsa terhadap masyarakat Aceh dalam bidang pendidikan dari oleh semua university –university pemerintah di Malaysia dan mengharapkan masyarakat Aceh menerima baik Montessori ini dan program lanjutan”.

Acara utama kunjungan, yakni seminar mengenai model pembangunan “Aceh Baru” itu juga dihadiri sejumlah pakar di bidang ekonomi pembangunan serta teknologi informasi dari negeri jiran Malaysia.

Seminar itu diselenggarakan di Banda Aceh Kamis 3 Mei 2007 oleh Universitas Syiah Kuala bersama Institute Pemikiran Mahathir, Universiti Utara Malaysia (UUM). Seminar yang membahas model pembangunan “Aceh Baru” ini diharapkan menghasilkan metode percepatan pembangunan di NAD pasca musibah tsunami dan konflik berkepanjangan.