1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makin Banyak Kritik Terhadap Kanselir Merkel

12 Januari 2010

Tiga bulan setelah memimpin koalisi Uni Kristen CDU/CSU dan Partai Liberal FDP, kanselir Jerman Angela Merkel menuai kritik dari kalangan partainya sendiri. Terutama tentang gaya kepemimpinannya.

https://p.dw.com/p/LTpL
Kanselir Jerman Angela MerkelFoto: AP

Harian Italia Corriere della Sera menulis:

Selama masa empat tahun koalisi besar dengan kubu Sosial demokrat, para pembesar Kristen demokrat membiarkan Merkel mengatur dan memerintah dengan leluasa. Karena Merkel kelihatannya bisa mengendalikan situasi. Ia juga bisa mengatasi SPD sebagai mitra koalisi sekaligus lawan politiknya. Pada masa itu, Merkel mengubah haluan CDU dari partai konservatif menjadi partai Tengah. Dengan gaya kepemimpinannya, ia mendesak para pembesar Kristen demokrat ke pinggiran. Sekarang, tiga bulan setelah koalisi baru dengan Partai Liberal, Merkel belum berhasil menegakkan otoritasnya. Posisinya goyah. Para tokoh tua dari CDU dan CSU mengendus peluang untuk kembali mengendalikan partai menuju haluan tradisionalnya.

Harian Jerman Augsburger Allgemeine berkomentar:

Gaya pragmatis Merkel, yang terutama ditujukan untuk mencapai kompromi, dulu berhasil mengendalikan koalisi besar. Tapi dengan koalisi baru saat ini, dibutuhkan gambaran jelas tentang haluan masa depan. Masih harus ditunggu, apakah Merkel mampu tampil lebih baik lagi. Jika ia membiarkan semuanya berjalan seperti sekarang, proses erosi yang terjadi saat ini cepat atau lambat akan mengikis fundamen kekuasaannya.

Tema lain yang jadi sorotan pers di Eropa adalah hasil pemilu presiden di Kroasia, yang dimenangkan politisi pro Eropa Ivo Josipovic.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung melihat hasil pemilu presiden di Kroasia sebagai peluang pembaruan. Harian ini menulis:

Kroasia adalah satu-satunya negara di Balkan barat yang punya peluang untuk menjadi anggota Uni Eropa dalam dua tahun mendatang. Tapi pada etape terakhir, masih banyak hal yang perlu dilakukan, terutama dalam bidang reformasi hukum dan penanggulangan korupsi. Peluang Kroasia mencapai tujuan besarnya cukup baik. Terutama karena kandidat yang terpilih sebagai presiden pada hari Minggu lalu bukan politisi yang cenderung nasionalis atau populis.

Mengenai kemenangan Josipovic dalam pemilu presiden di Kroasia, harian Jerman die tageszeitung berkomentar:

Hampir tidak ada yang percaya, bahwa profesor bidang hukum dari Zagreb ini bisa memenangkan 60 persen suara. Sebab Ivo Josipovic bukan politisi bergaya pembesar atau petualang. Ia juga bukan politisi profesional yang pintar melucu. Ia tampil tenang dan selalu membawa argumen. Pesan sederhananya, yaitu keadilan, negara hukum dan integrasi Kroasia ke Uni Eropa, ternyata mampu menarik pemilih. Josipovic beruntung, sebab pesaingnya Milan Bandic, yang disebut-sebut sebagai 'Berlusconi Kroasia', tidak berhasil memobilisasi kubu konservatif.

HP/CS/dpa/afp