1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makin Banyak Pengungsi Terdampar di Indonesia

Andy Budiman29 Januari 2013

22 pencari suaka asal Sri Lanka yang ingin menuju Australia kembali terdampar. Indonesia belakangan menghadapi dilema menangani lebih 4 ribu pengungsi tujuan Australia yang terdampar.

https://p.dw.com/p/17TT8
Foto: AP

Indonesia menyelamatkan 22 pencari suaka asal Sri Lanka, setelah kapal yang mereka tumpangi karam akibat gelombang tinggi di selatan laut Jawa dekat Nusakambangan. Dua orang tewas sementara satu orang menurut laporan terakhir masih hilang.

Indonesia dengan lebih dari 18.000 pulau yang sebagian besar tanpa patroli laut menjadi wilayah transit para pencari suaka asal Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan yang ingin mencari kehidupan yang lebih baik di Australia.

Korban Pelanggaran HAM

"Para pengungsi ini terpaksa meninggalkan negaranya karena konflik atau kemiskinan," kata Ridha Saleh, mantan Komisioner Komnas HAM yang dulu menangani isu pengungsi di Indonesia kepada Deutsche Welle.

Sebagian besar pengungsi berasal dari negara konflik seperti Pakistan, Afghanistan, Iran, Sri Lanka dan Somalia. Ada lebih dari empat ribu pengungsi yang terdampar di Indonesia. Tujuan akhir mereka adalah Australia.

"Para pengungsi ini adalah korban pelanggaran HAM. Ada yang melarikan diri dikejar-kejar pemerintah negara mereka karena dituduh terlibat gerakan separatis, ada yang menjadi korban persekusi akibat konflik agama. Tapi ada pula yang menjadi korban sindikat penyelundupan manusia internasional," kata Ridha Saleh.

Laporan majalah TEMPO Juni tahun lalu mengungkapkan keterlibatan jaringan sindikat internasional di balik arus imigran yang melalui Indonesia. Jaringan ini tersebar dari kota kecil Quetta, di dekat perbatasan Pakistan-Afganistan, sampai Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Kepada TEMPO, Johnny Hutauruk, Wakil Kepala Desk Penanganan Penyelundupan Manusia, Pengungsi, dan Pencari Suaka di Kantor Menkopolkam mengatakan: “Dengan tarif ribuan dollar Amerika, mereka mengatur pelarian para pengungsi. Para penyelundup ini membangun bisnis ilegal dengan memanfaatkan situasi konflik."

"Mereka ditipu oleh agen yang menawarkan ke Australia. Para pengungsi ini adalah korban kejahatan lintas negara", kata Renny Winata, Kepala Pusat Kajian Australia di Universitas Indonesia kepada Deutsche Welle, beberapa waktu lalu.

Perlakuan Buruk

Pemerintah Indonesia selama ini dikritik karena dianggap memperlakukan para pengungsi ini dengan cara buruk. Laporan Human Rights Watch 2012 mengungkapkan bahwa ratusan anak-anak imigran, terutama yang bepergian sendiri tanpa orang tua dan berasal dari Sri Lanka, Afghanistan, Burma, atau negara-negara lain, ditempatkan di tahanan imigrasi dan mendapat perlakuan buruk.

Anak-anak ini ditahan bersama orang-orang dewasa selama berbulan-bulan tanpa diberikan bantuan hukum. Badan pengungsi dunia UNHCR menyebut sedikitnya ada 150 anak-anak imigran di Indonesia. Diperkirakan jumlah sesungguhnya jauh lebih banyak dari yang resmi tercatat.

"Komnas HAM sejak lama mengkritik perlakuan buruk terhadap pengungsi," kata Ridha Saleh. Tapi masalahnya, status hukum mereka tidak jelas karena Indonesia belum meratifikasi konvensi internasional tentang pengungsi.

"Akibatnya mereka sering dianggap pelaku kejahatan dan ditahan di kantor imigrasi," kata dia menambahkan bahwa konsekuensi lainnya adalah mereka tidak bisa mendapat akses bantuan hukum dan diplomasi sebagaimana seharusnya yang diterima jika mereka diakui sebagai pengungsi. 

Sebagian dari mereka ditempatkan di tempat penampungan dalam kondisi memprihatinkan, namun ada pula yang ditahan di tahanan imigrasi, kata Ridha Saleh.

Tahun lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menjalin kesepakatan dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard untuk mengatasi masalah pengungsi tujuan Australia yang terdampar di Indonesia. Namun belum jelas bentuk kerjasama yang akan dilakukan kedua negara.

"Indonesia selama ini menjadi bumper, karena harus menghadapi arus imigran yang ingin menuju Australia” kata Renny Winata, Kepala Pusat Kajian Australia di Universitas Indonesia kepada Deutsche Welle beberapa waktu lalu. Ia menambahkan bahwa "PBB harus aktif turun tangan, apalagi kalau melihat kecenderungan bahwa jumlah imigran akan semakin meningkat tajam."

Saat ini ada lebih dari empat ribu pengungsi tujuan Australia yang terdampar di Indonesia. Jumlah itu dari tahun ke tahun cenderung meningkat seiring konflik di berbagai belahan dunia yakni di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan.