1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makin Banyak Perempuan Yang Ingin Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

1 Februari 2017

Makin banyak perempuan Indonesia mengambil peran aktif dalam aksi terorisme mendukung ISIS. Menurut laporan IPAC, banyak perempuan juga siap melakukan aksi bunuh diri.

https://p.dw.com/p/2Wlnm
Symbolbild - Flagge ISIS
Foto: picture-alliance/dpa

Bulan Desember lalu, dua perempuan ditahan dengan tuduhan merencanakan serangan bunuh diri di Indonesia. Penangkapan mereka memperlihatkan kecenderungan baru dalam kelompok-kelompok radikal Islam, kata Institutr for Policy Analysis of Conflict (IPAC) di Jakarta.

Banyak perempuan yang sudah lama bergabung dengan kelompok-kelompok militan dan jihadis. Tapi mereka biasanya berperan pasif. Namun belakangan ada kecenderungan para perempuan diterjunkan dalam aksi-aksi bunuh diri.

"Perempuan Indonesia dalam kelompok-kelompok ekstrim sekarang mengikuti jejak perempuan-peremupaun di bagian lain dunia dengan aksi-aksi mematikan," kata laporan IPAC yang dirilis Selasa (31/1).

Meningkatnya partisipasi aktif para perempuan seiring dengan makin canggihnya jaringan media sosial. Lewat jaringan itu, propaganda jihadis makin mudah diakses, juga oleh kaum perempuan.

Kasus yang sempat jadi sorotan adalah penangkapan dua perempuan, Dian Yulia Novi dan Ika Puspitasari beberapa waktu lalu. Mereka dituduh mempersiapkan diri untuk untuk menjadi pelaku bom bunuh diri di Jakarta dan Bali.

Indonesien verstärkte Sicherheitsmaßnahmen Gubeng Bahnhof in Surabaya
Indonesia masih rentan serangan teror dan bom bunuh diriFoto: Reuters/Antara Foto/D. Suhartono

Menurut laporan IPAC, kedua perempuan itu mendapat instruksi dan dana dari Bahrun Naim, warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan kini disebut-sebut sebagai koordinator ISIS di Indonesia.

Aparat keamanan menangkap Novi dan suaminya satu malam sebelum rencana serangan teror ke Istana Presiden di Jakarta. Polisi kemudian menahan Puspitasari, yang merupakan bagian dari jaringan yang sama dan merencanakan serangan bom bunuih diri di Bali, kata laporan itu.

Seorang perempuan lain ditangkap karena mengumpulkan dana untuk ISIS dan bergabung dengan sel teror di Sulawesi.

IPAC menyerukan pada pemerintah Indonesia untuk menyelidiki lebih jauh tentang jaringan ekstrimisl perempuan, termasuk menginterogasi para perempuan yang dideportasi dari Turki setelah ditahan di sana karena duga mencoba untuk menyeberang ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Sangat penting untuk tahu lebih banyak tentang jaringan perempuan , demikian disebutkan dalam laporan IPAC, organisasi think tank di Jakarta yang dipimpin peneliti terorisme di Indonesia, Sidney Jones.

hp/ap (afp)