1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Malala di Mata Orang Pakistan

Esther Felden 17 Oktober 2012

Para dokter berjuang selama seminggu menyelamatkan nyawa Malala Yousafzai. Kini gadis kecil 14 tahun itu dirawat di Inggris.

https://p.dw.com/p/16ROh
Foto: Reuters

“Kami menawarkan bantuan kepada pemerintah Pakistan karena Malala membutuhkan perawatan khusus,“ kata juru bicara Downing Street sambil menambahkan bahwa pemerintah Pakistan akan menanggung semua biaya transportasi, imigrasi, kesehatan, akomodasi dan makanan bagi Malala dan teman-temannya.

Militer Pakistan telah mengumumkan bahwa gadis pelajar itu harus mendapat perawatan para ahli karena “konsekuensi fisik dan psikologis“ akibat serangan itu panjang. Dia memerlukan waktu untuk pulih dari trauma yang diderita.

Selasa (9/10) pekan lalu, Taliban menembak kepala gadis itu. Serangan yang telah memicu kecaman keras dunia.

Tuduhan di Internet

Malala kini menjadi simbol untuk melawan para ekstrimis. Symbol lebih kuat dari sebelum percobaan pembunuhan. kspresi simpati, doa, menyalakan lilin dan memasang gambar Malala, kini bermunculan di jalan-jalan Islamabad, Karachi dan Lahore. Perbincangan tentang gadis kecil aktivis perdamaian itu menjadi tema yang terus menerus muncul di media sosial.

Tapi, selain horor tentang kekejaman itu, jejaring sosial juga menampilkan komentar dalam nada sebaliknya: “CIA ada di belakang serangan terhadap Malala” atau “Malala adalah agen Amerika“ ada pula “Ini semua konspirasi untuk mencemarkan nama baik Taliban dan Islam“ serta berbagai komentar sejenis juga muncul di halaman Facebook dan Twitter. Meski Taliban telah mengakui bahwa mereka yang melakukan kejahatan keji itu.

Bagi para analis di Pakistan, sikap ini bisa dijelaskan lewat daya tarik teori konspirasi. Di negara yang ekonominya compang-camping, di mana inflasi dan pengangguran mencapai rekor dan ada aksi bom bunuh diri rutin serta anak-anak mudanya berharap kembalinya masa depan yang lebih baik di depan mata, maka bagi banyak orang akan menjadi lebih mudah untuk menyalahkan barat sebagai penyebab semua masalah ini.

Psikolog Hameed Satti dari Islamabad menjelaskan bahwa ekspresi seperti itu adalah pandangan dan perasaan umum diantara rakyat Pakistan. “Saya pikir hal seperti ini adalah upaya untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain. Bukannya menghadapi kenyataan pahit, kami justru ingin mencari penyebab lain. Ini adalah cara kami bertahan.“

Model Bagi Banyak Orang

Meski teori konspirasi beredar di internet, bagi mayoritas orang Pakistan Malala Yousafzai adalah satu: orang yang sangat berani yang tidak takut dengan Taliban. “Malala, anda adalah cahaya di ujung terowongan“, adalah kutipan tulisan yang dikirim Ankahi Baatein ke kolom suara pembaca di harian berbahasa Inggris “Dawn”. “Saya berdoa anda kembali dan menjadi lebih kuat, bahkan dengan suara tuntutan yang lebih keras. Malala, anda mendukung orang lain lewat perjuangan anda.“

Pengarang sekaligus aktivis Pakistan Zahinda Hina menggambarkan Taliban sebagai “Barbar yang tidak percaya kepada kemanusiaan“. Malala adalah ancaman bagi kaum Islamis radikal karena dia adalah sebuah contoh yang menyinari para gadis muda.

“Melalui serangan itu, Taliban ingin mengingatkan orang lain agar tidak melakukan hal yang sama “. Lebih dari tiga tahun Malala Yousafzai telah menulis di sebuah halaman blog BBC berbahasa Urdu mengenai kekejaman Taliban di Lembah Swat.

Di kampung halamannya itu, sejumlah rumah dan sekolah perempuan ditutup atau dihancurkan. Atas komitmen keberaniannya itu, tahun lalu Malala menerima Penghargaan Perdamaian Pakistan yang untuk pertama kali diberikan negara itu. Tahun 2011 dia juga dinominasikan sebagai peraih Penghargaan Perdamaian Anak-Anak Internasional.