1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Manipulasi dalam Pemilu di Afghanistan

23 Agustus 2009

Pengamat dalam negeri menyatakan, dalam pemilu di Afghanistan (20/08) banyak terjadi manipulasi. Dua hari setelah pemilu banyak laporan tentang intimidasi dan pemberian suara oleh orang yang tidak berhak.

https://p.dw.com/p/JGpl
Penghitungan kertas suara dalam pemilu presidenFoto: AP

Pengamat pemilu dari dalam negeri membutuhkan waktu cukup lama untuk membuat daftar manipulasi yang terjadi dalam pemilu presiden 20 Agustus lalu. Pemimpin yayasan untuk pemilu yang bebas dan adil di Afghanistan, Nader Nadery mengatakan, di beberapa daerah setelah TPS ditutup orang memasukkan kertas suara yang dipalsukan ke dalam kotak suara. Selain itu di banyak daerah sejumlah orang memberikan suara beberapa kali dan mewakili orang lain.

Nadery menuturkan, pria kerap memberikan suara atas nama istrinya. Selain itu pengamat juga melihat bagaimana beberapa orang datang dengan bungkusan yang berisi sejumlah kertas suara untuk diserahkan. Kertas suara tersebut milik warga laki-laki dan perempuan. Hal ini terjadi di berbagai bagian Afghanistan, dan bukan hanya di daerah tertentu di selatan negara itu.

Intimidasi Taliban

Wahl Afghanistan 2009 Wähler warten in einer Schlange
Warga mengantri di depan mesjid di Kabul untuk memberikan suara (20/08)Foto: AP

Selain masalah itu, para pengamat yang berasal dari Afghanistan juga menyatakan, Taliban melancarkan intimidasi besar-besaran terhadap warga. Di seluruh Afghanistan terjadi serangan yang terorganisir. 650 TPS bagi perempuan tidak dapat dibuka. Di beberapa daerah Taliban benar-benar melakukan kekejaman seperti yang telah dinyatakan dalam ancaman mereka sebelum pemilu.

Seorang pengamat menceritakan, bahwa mereka harus menjadi saksi pelaksanaan hukuman yang ilegal dan brutal oleh Taliban. Misalnya bagaimana Taliban memotong jari dua orang yang memberikan suara di provinsi Kandahar. Orang-orang yang memberikan suara dalam pemilu dapat diidentifikasi dengan mudah, karena mereka harus memasukkan satu jari ke dalam tinta berwarna gelap.

Penilaian Positif dari UE

EU-Wahlbeobachter-Team Afghanistan
Para pengamat pemilu dari Uni EropaFoto: DW

Misi pengamat pemilu yang dikirim Uni Eropa menilai pemilu presiden sebagai kemenangan rakyat Afghanistan, dan memuji keberanian rakyat Afghanistan yang memberikan suara walaupun ada banyak ancaman. Gunter Mulack, warga Jerman yang menjadi bagian misi pengamat pemilu dari Uni Eropa mengatakan, jika di Jerman ada ancaman seperti itu, kemungkinan semua orang akan tinggal di rumah dan bersembunyi di ruang bawah tanah. Tidak akan ada yang pergi memberikan suara.

Ia menambahkan, "Di beberapa daerah orang benar-benar memerlukan keberanian untuk pergi ke TPS, dan itu bukan hanya di bagian selatan saja. Di Kunduz dan di tempat lain juga terjadi insiden. Ini adalah pemilu pertama yang mereka organisir sendiri. Jika norma seperti di Eropa belum tercapai 100%, itu bisa dimengerti."

Uni Eropa juga tidak mengatakan bahwa pemilu berjalan bebas dan adil. Tetapi secara keseluruhan, proses pemilu dapat dinilai positif. Demikian tercantum dalam pernyataan pers resmi Uni Eropa. Pengamat tidak menyatakan jelas berapa jumlah warga yang memberikan suara. Walaupun ini sebenarnya masalah yang menentukan bagi rakyat Afghanistan, demikian dikatakan Gunter Mulack.

Keikutsertaan dalam Pemilu

EU Wahlbeobachter in Afghanistan Philippe Morillon
Philippe MorillonFoto: picture-alliance/ dpa

Mulack mengatakan, "Kami mendengar dari utara, jumlah orang yang memberikan suara sangat tinggi, 50%-60%. Kami mendengar dari beberapa kota, bahwa banyak sekali orang yang datang ke TPS . Dari selatan dan dari daerah suku Pashtun kami dengar hanya 5%-15% yang memberikan suara. Tetapi itu bukan angka hasil penelitian kami sendiri. Itu hanya angka dari sumber-sumber yang bisa diandalkan, misalnya UNAMA."

Sehari setelah pemilu, Jumat 21 Agustus, baik Presiden Hamid Karzai maupun penantangnya, mantan Menlu Abdullah Abdullah telah menyatakan menang pemilu presiden. Ketua misi pengamat Uni Eropa, Philippe Morillon menuntut kedua calon dengan tegas untuk menunda pernyataan kemenangan dirinya. Untuk itu sekarang benar-benar masih terlalu dini, demikian dinyatakan Morillon.

Kai Küstner / Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria