1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ancaman Dari Matahari Buat Bumi

30 Januari 2019

Bintang induk Tata Surya ini diketahui punya siklus secara berkala melontarkan erupsi plasma bersuhu jutaan derajat Celsiu yang menciptakan badai kosmik. inilha riset bahaya matahari untuk kehidupan di muka Bumi.

https://p.dw.com/p/3CQKl
Planeten Sonnensystem Sonnenwind
Foto: AP

Matahari, membara. Kekuatan dasyat yang bisa berarti kehidupan atau maut bagi Bumi. Matahari memukau umat manusia sekaligus penuh rahasia.

Matahari sejak lama jadi topik riset Institut Max Planck bidang penelitian tata surya. Para peneliti misalnya ingin mengetahui, bagaimana munculnya erupsi matahari, dan mengapa ada siklus puncak aktivitas, dimana ejeksi korona terjadi lebih sering dan lebih dahsyat setiap sepuluh atau 12 tahun. 

Pakar astronomi Prof. Sami Solanki mengungkapkan,"Kami menduga, itu diakibatkan semacam dinamo yang berada di bagian dalam matahari. Tapi bagaimana berfungsinya, kami belum tahu."

Obyek yang diteliti berlokasi sejauh 150 juta kilometer dari Bumi. Dan bersuhu panas luar biasa. Di dalam intinya tercipta panas 15 juta derajat Celsius, ketika atom hidrogen lumer menjadi atom helium. Fusi inti ini adalah sumber radiasi, kehangatan dan cahaya matahari, sejak 4,7 milyar tahun. 

Medan magnet amorph
Matahari tampak bagi kita seperti bola membara yang bulat. Tetapi itu hanya kenampakan dari Bumi. Masa gas raksasa yang berotasi itu menimbulkan bidang magnet yang tak beraturan. Dari setiap garis medan magnet terbentuk ejeksi korona berupa gas panas yang mencuat hingga sejarak 80.000 km ke luar permukaan mathari.

Pada lingkaran ini terdapat plasma atau gas bersuhu tinggi. "Medan magnet matahari berubah-ubah setiap saat, dan berputar. Garis-garis medan magnet juga bisa saling bersilang. Suatu saat itu bisa menyebabkan seluruhnya tidak stabil. Akibatnya bisa dibayangkan, seperti jika karet gelang tertarik dan akhirnya terlempar", papar Prof. Sami Solanki dengan membuat perumpamaan sederhana.

Erupsi matahari yang dasyat seperti ini kerap terjadi. Jutaan ton gas dari matahari dan plasma sepanas jutaan derajat terlontar ke ruang angkasa. Sebuah badai plasma elektrik mencapai planet Bumi dalam waktu 12 jam. Medan magnet bumi melindungi manusia dari bombardemen partikel kosmik. Tapi di bagian kutub, di mana perisai pelindung paling lemah, molekul oksigen dan nitrogen tampak menyala di atmosfir, membentuk pendar cahaya kutub. Fenomena yang memukau dan tidak berdampak merugikan.
Efek berbahaya badai matahari
Tapi badai matahari juga bisa berdampak buruk. Di orbit bumi, badai kosmik bisa menghancurkan satelit dan membahayakan astronot yang sedang bertugas. Badai matahari yang kuat bahkan bisa melumpuhkan pasokan listrik di bumi. 

Prof. Sami Solanki menjelaskan lebih jauh, "Hidup kita sangat bergantung pada elektronik, pada listrik. Itu berperan dalam banyak hal. Itu bisa menyebabkan terhapusnya data, melumpuhkan komputer dan sebagainya. Bisa dibayangkan, misalnya kita sedang di dalam pesawat, dan komputer di pesawat tiba-tiba tidak berfungsi. Saya tidak mau ada di pesawat kalau itu terjadi."

Untuk memperbaiki sistim peringatan dini, tahun 2020, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan mengirimkan wahana ruang angkasa nir awak ke matahari. Pesawat akan mengorbit mataharia, dan akan mengukur medan magnet yang terletak jauh di bawah permukaan, dengan dilindungi perisai anti panas setebal delapan sentimeter. Alat pengukurnya dibuat di Göttingen:
"Kami berharap di masa depan akan mampu memperkirakan seperti halnya ramalan cuaca, kapan akan terjadi erupsi dan sebagainya, papar pakar astronomi dari Institut Max-Planck itu.

Siapa tahu di masa depan, ramalan datangnya badai matahari  ini juga akan termasuk dalam ramalan cuaca.

(DW inovator)