1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

McChrystal Kritik Strategi Jerman di Afghanistan

20 Januari 2010

Komandan pasukan Internasional di Afghanistan ISAF, Jenderal Stanley McChrystal menuntut Jerman untuk lebih berani mengambil risiko di wilayah operasinya di Afghanistan Utara.

https://p.dw.com/p/LcCx
Menhan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg (tengah) Komandan ISAF Stanley McChrystal (kanan) di KabulFoto: AP

Tindakan bagaimana yang diinginkan masyarakat internasional untuk mengamankan Afghanistan ke depan, bagaimana posisi Jerman dalam persoalamn ini, semuanya merupakan salah satu pertanyaan besar pada tahun 2010 ini bagi negara-negara terkait. Pertanyaan ini diharapkan dapat terjawab pada Konferensi Afghanistan di London yang akan digelar pekan depan.

Dari Jenderal McChrystal, komandan pasukan perlindungan internasional ISAF di Afghanistan terdengar kritik yang jelas ke arah angkatan bersenjata Jerman, Bundeswehr. Pasukan Jerman di utara negeri itu terutama dituntut untuk menghadapi pengaruh Taliban yang semakin besar dan karena itu memainkan peran yang sangat menentukan.

Tentara Bundeswehr di utara Afghanistan memang meningkatkan pengamanannya dengan menggunakan kendaraan berlapis baja saat melakukan patroli. Tetapi lebih dari itu, kepada sebuah harian Jerman Komandan ISAF, McChrystal menuntut Bundeswehr untuk melakukan strategi lain dan meningkatkan kesediaan menempuh risiko yang lebih tinggi. Misalnya dengan lebih banyak turun ke jalan-jalan menemui rakyat.

Pasalnya, para pemberontak ingin memisahkan aparat keamanan dari rakyat dengan menciptakan situasi yang gawat, sehingga aparat keamanan tetap tinggal di markasnya atau tidak meninggalkan kendaraan berlapis bajanya. Kalau situasinya begitu, maka menurut McChrystal, aparat keamanan di lokasi itu tidak lagi penting.

Jerman sendiri tidak menganggap pernyataan McChrystal itu sebagai kritik terhadap mereka. Menteri Pertahanan Jerman, Karl-Theodor zu Guttenberg : "Jenderal McChrystal menyebut keadaan sebenarnya. Dan saya tidak melihatnya sebagai kritik, melainkan penggambaran realitas yang harus dihadapi pasukan internasional. Bila ia berbicara tentang risiko, maka ini juga kenyataan. Tentara kita setiap hari menjalani risiko yang tinggi. Risiko yang harus dihadapi, tetapi bersamaan dengan itu orang juga harus memperhatikan perlindungan hukumnya berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Dan ini yang dilakukan tentara kita dalam menjalankan misinya."

Sementara itu, dalam wawancaranya dengan kantor berita DPA, Komandan Regional ISAF bagi Afghanistan Utara, perwira Jerman Frank Leidenberger menegaskan, tentaranya banyak melakukan tugas luar, dan betapa berbahayanya misi Bundeswehr itu. Dan bila mereka berada di luar markas, kata Leidenberger, mereka selalu menjadi target ancaman serangan bom atau tembakan.

Sedangkan jurubicara fraksi Uni Kristen bagi kebijakan pertahanan, Ernst Reinhard Beck mengatakan, sebagai Komandan ISAF Mc Chrystal pada prinsipnya benar. Beck juga meyakini bahwa kunci keberhasilan di Afghanistan adalah mendapatkan kepercayaan rakyat, tetapi di sisi lain juga harus ada jaminan keamanan yang memadai bagi tentara Bundeswehr. Keselamatan dan keamanan anggota Bundeswehr merupakan prioritas utama, lanjut Beck.

Tanggal 28 Januari mendatang akan digelar Konferensi Internasional bagi Afghanistan di London dengan agenda utama mengenai strategi baru Afghanistan. AS mengirimkan tambahan 30.000 tentara untuk menghadapi Taliban sebelum AS menarik pasukannya dari negara itu.

Jerman juga didesak untuk menambah tentaranya yang saat ini berjumlah sekitar 4.500 orang. Namun Menhan Jerman Guttenberg menegaskan, Jerman tidak berminat untuk memperdebatkan isu yang hanya berkisar pada penambahan pasukan. Tentara sendiri tidak dapat menciptakan perdamaian dan keamanan di Afghanistan. Kunci keberhasilan dalam masalah keamanan adalah pelatihan angkatan bersenjata dan kepolisian Afghanistan. Demikian Guttenberg.

CS/GG/dpa