1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Media Rusia Tetap Bela Suriah

Alexander Warkentin29 Agustus 2013

Media-media di Rusia menyebut penentang Assad sebagai teroris dan islamis. Assad berterimakasih dan memuji Presiden Putin.

https://p.dw.com/p/19XuI
Tuesday, Dec. 19, 2006 file photo Vladimir Putin and Bashar Assad in Moscow's Kremlin.
Symbol Putin dan AssadFoto: dapd

Sejak dua setengah tahun, Rusia dan Cina di Dewan Keamanan PBB terus menolak sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia. Rusia, bersama Iran, memberi bantuan senjata kepada rejim Assad. Setelah muncul laporan tentang serangan senjata kimia dekat Damaskus, Rusia tetap menegaskan dukungannya.

Hanya beberapa jam setelah laporan tentang serangan gas muncul di berbagai media, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan serangan itu dilakukan oleh pihak pemberontak. Kantor berita resmi Interfax menyebarkan keterangan itu: "Pada pagi hari 21 Agustus, terjadi serangan dari posisi pemberontak dengan menggunakan roket, yang mengandung bahan kimia beracun yang belum teridentifikasi. Ini menguatkan dugaan, bahwa hal ini adalah provokasi yang terencana."

Kemudian dalam konferensi pers 26 Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menerangkan: "Sedang dibangkitkan histeria dan konfrontasi dari berbagai laporan yang menyatakan bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia." Lavrov selanjutnya mengatakan, Washington, London dan Paris menyebutkan bahwa ada bukti-bukti kuat untuk itu. "Tapi mereka tidak menunjukkannya."

Kritik keras kepada Amerika

Para pengamat politik di Rusia melancarkan kritik keras kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Harian Kommersant mengutip pengamat politik Fyodor Lukyanov yang mengatakan: "Bagi kelompok oposisi, yang sampai saat ini tidak bisa menunjukkan keberhasilan, skandal senjata kimia sangat menguntungkan. Sulit dibayangkan bahwa komisi internasional dan para penentang Assad akan menyalahkan oposisi."

Ketua Komisi Luar Negeri di parlemen Rusia, Alexei Pushkov menerangkan kepada stasiun TV "Rossija 24", Amerika Serikat sedang mempersiapkan perang. "Mereka sudah menyatakan Assad bersalah, sebelum para pengawas PBB mengumumkan hasil pemeriksaannya. Jadi mereka memang hanya menerima pandangan bahwa Assad bersalah."

Ahli politik dari Universitas Plechanov, Sergei Markov menerangkan kepada radio Echo Moskwy, ada pola tertentu yang dipersiapkan untuk menyerang Suriah. "Provokasi terhadap Suriah itu seperti pola yang terjadi di Irak, dimulai dengan laporan-laporan salah tentang senjata pemusnah massal." Kemudian, perang di Suriah akan mengikuti skenario Libya, dimulai dengan pemboman dan dukungan kepada pemberontak. "Barat tidak punya ukuran moral, kalau ingin membela kepentingan sendiri," ujarnya.

Moskow bela Suriah

Rusia dan Suriah punya banyak perjanjian kerjasama. Dalam wawancara dengan harian Izvestia, Assad memuji pemerintah Rusia karena telah memenuhi perjanjian-perjanjian yang sudah disepakati. Assad mengatakan, masyarakat Rusia punya hubungan erat dengan rakyat Suriah. Seperti media di Rusia, Assad juga menyebut kalangan oposisi sebagai "kelompok teroris". Ia mengecam AS dan sekutunya yang menurutnya sedang berusaha merongrong negaranya.

"Setelah Uni Soviet runtuh, Amerika beranggapan bahwa Rusia sudah tidak ada", kata Assad. Namun ketika Vladimir Putin naik ke tampuk kekuasaan, Rusia menjadi kuat lagi. Assad selanjutnya mengatakan dalam wawancara dengan Izwestia: "Tujuan Amerika adalah memperkecil peran Rusia di dunia, antara lain dengan menekan Suriah. Tapi Rusia tetap membela prinsip kedaulatan dan tidak mau mencampuri masalah dalam negeri negara lain."