1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Meditasi Menaklukkan Gen Stres

Sonya Angelica Diehn19 Januari 2014

Studi terbaru menunjukkan meditasi dapat menekan gen yang menyebabkan inflamasi. Studi menyentuh epigenetika, sebuah cabang biologi molekuler yang menggoyahkan keyakinan bahwa genotipe menentukan nasib.

https://p.dw.com/p/1AslI
Foto: Deklofenak/Fotolia.com

Sebuah studi oleh periset di Spanyol, Perancis dan Amerika Serikat menyediakan bukti ilmiah bagi pemikiran bahwa manusia dapat mengubah aktivitas gen dan meningkatkan kesehatan melalui pikiran dan perilaku. Ini juga terkait dengan bidang epigenetika yang tergolong baru, yang mencermati bagaimana faktor lingkungan dapat mengubah aktivitas gen secara permanen pada tingkat molekuler.

Saat epigenetika muncul sebagai sebuah bidang biologi molekuler awal tahun 90-an, sempat menggoncang pemikiran konvensional bahwa nasib sebuah organisme sudah ditentukan sebelumnya oleh gen.

Bruce Lipton, seorang ahli biologi perkembangan dan penulis yang menyatakan dirinya membantu merintis bidang epigenetika, menjelaskan bahwa sebuah kromosom separuhnya terdiri dari DNA, dan separuh lagi protein. "Ilmuwan hanya fokus kepada DNA, dan melupakan protein - epigenetika mengatakan protein ini turut berperan," kata Lipton kepada DW.

Para ibu kala era kelaparan di Belanda tahun 1944-1945 menurunkan gen stres akibat kelaparan kepada anak mereka
Para ibu kala era kelaparan di Belanda tahun 1944-1945 menurunkan gen stres akibat kelaparan kepada anak merekaFoto: picture-alliance/dpa/dpaweb

'Alam, asuh, suara'

Ritwick Sawarkar, pimpinan tim Institut Max Planck untuk Immunobiologi dan Epigenetika di Freiburg, Jerman, menjelaskan bagaimana perubahan pada level kromatin sifatnya permanen dan turun-temurun - diwariskan dari ibu ke anak, atau bahkan dari sel ke sel.

Sejumlah studi telah menerangkan aspek genetika, misalnya, bagaimana anak-anak dari para ibu yang hamil pada masa kelaparan di Belanda menderita risiko penyakit yang lebih tinggi begitu dewasa akibat kelaparan yang dialami orangtua mereka. Atau bagaimana anak tikus yang diasuh oleh induknya bereaksi dengan lebih tenang dalam situasi penuh stres saat dewasa ketimbang tikus sebaya yang tidak mendapat jilatan induknya.

Menekan inflamasi melalui meditasi

Dalam studi, yang akan dirilis pada edisi Februari jurnal 'Psychoneuroendocrinology,' para subjek penelitian menunjukkan berkurangnya level gen berpotensi inflamasi setelah 8 jam bermeditasi. Ini berkorelasi dengan kesembuhan fisik yang lebih cepat dari situasi penuh stres.

Anak tikus yang cukup diasuh oleh induknya memperlihatkan perubahan gen yang memungkinkan mereka menangani stres dengan baik begitu dewasa
Anak tikus yang cukup diasuh oleh induknya memperlihatkan perubahan gen yang memungkinkan mereka menangani stres dengan baik begitu dewasaFoto: picture-alliance/dpa

"Yang berikutnya harus terjadi adalah tindak lanjut secara lebih mekanis," tambahnya, menjelaskan bahwa studi hanya mencermati langkah ketiga dalam proses seseorang merasakan sesuatu, kemudian mengirimkan sinyal yang berujung pada perubahan.

Sawarkar juga mencatat bahwa studi tidak membuktikan perubahan terjadi secara epigenetika, dalam arti secara permanen, meski ia mengakui ini mungkin. "Akan bermanfaat untuk mengobservasi sekelompok orang yang terus bermeditasi untuk waktu yang lama, menaruh mereka dalam situasi penuh stres, kemudian membandingkan mereka dengan sebuah kelompok yang tidak bermeditasi" untuk melihat apakah perubahan epigenetika terjadi, katanya.

Ia juga mengatakan studi "meningkatkan kemampuan konsep meditasi sebagai penangkal stres," yang penting untuk kesehatan, karena "stres menghentikan pertumbuhan dan perawatan tubuh, dan sistem kekebalan tubuh."

Obat psikosomatis

György Irmey, direktur Asosiasi Ketahanan Biologis terhadap Kanker di Heidelberg, kepada DW mengatakan bahwa "penyakit kanker kerap diikuti proses inflamasi."

Kanker merupakan hasil mutasi sel, berawal dari cetak biru gen dan pilihan gaya hidup
Kanker merupakan hasil mutasi sel, berawal dari cetak biru gen dan pilihan gaya hidupFoto: BayerHealthcare

"Kami menyarankan kepada pasien untuk meditasi," kata Irmey, baik untuk pencegahan maupun pengobatan kanker.

Studi meditasi "bertentangan dengan banyak bidang medis lain yang mengatakan peta genetik memutuskan apa yang terjadi pada pasien," tambah Irmey. Melanjutkan studi menurutnya mungkin dapat membantu menjelaskan fenomena remisi kanker yang terjadi secara spontan.

Sementara Bruce Lipton yakin, manusia dapat menyembuhkan diri sendiri dengan keyakinan dan perilaku. Ia merujuk pada sebuah studi pada tahun 2008 yang menunjukkan bahwa perubahan gizi dan gaya hidup menekan ekspresi gen pro-kanker.

Publik harus mendapat pengetahuan lebih banyak terkait epigenetika perilaku, simpulnya: "Menjaga kesehatan adalah sebuah masalah gaya hidup. Maka perubahan yang harus dilakukan juga terpaut gaya hidup."