1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Melacak Rahasia Tahan Nafas Penyelam Bebas

6 April 2016

Dengan pahami mekanisme tahan nafas para "free divers" para dokter berharap mampu tiru mekanismenya. Dengan itu pasien bisa dicegah mengalami cedera otak atau organ jika kekurangan asupan oksigen.

https://p.dw.com/p/1IQ5O
Apnoe Taucher Tauchen Extremsport
Foto: picture alliance / Stephan Jansen

Melacak Rahasia Tahan Nafas Penyelam Bebas

Para penyelam bebas atau free divers menyelam ke dalam kegelapan tanpa alat bantu. Hanya dengan satu tarikan napas, mereka menyelam ke kedalaman, yang biasanya tidak dapat dicapai tanpa bantuan alat teknis.

Penyelam bebas adalah fenomena medis. Berkat teknik bernafas khusus dan latihan bertahun-tahun, Doris Hovermann misalnya, seorang penyelam bebas perempuan yang ikut penlitian medis bisa tahan nafas hingga 6 menit.

Para penyelam ini memecahkan rekor dan membingungkan peneliti. Bagaimana caranya tubuh bisa tahan begitu lama tanpa oksigen? Peneliti di rumah sakit universitas Bonn ingin mengetahui rahasia penyelam yang hampir seperti ikan ini.

Dr. Lars Eichhorn, ahli anesthesi di Rumah Sakit Universitas Bonn menjelaskan:Dalam beberapa tahun terakhir prestasi para free divers terus meningkat. Dalam beberapa dasawarsa terakhir kita melihat kenaikan kinerja yang sebelumnya dianggap tidak mungkin. Kita sampai pada ambang batas yang tidak bisa dijelaskan lagi oleh ilmuwan., bagaimana tubuh bisa mengatasinya?

Kemampuan mereka menjadikan para penyelam bebas sebagai obyek menarik riset ilmiah. Selama tes, oksigen yang ada dalam lengan, kaki dan otak mereka diukur.

Doris Hovermann sekarang mampu menahan kebutuhan tubuh untuk bernafas selama beberapa menit. Dengan cara itu, ia berhasil melampaui rasa takut yang lazim pada manusia dan melewati keterbatasan kemampuan tubuh.

“Hasil riset pertama menunjukkan, kadar oksigen di kepala ditahan jauh lebih lama daripada di bagian tubuh lain. Jadi kita sekarang tahu, tubuh punya sistem kompensasi. Tapi belum terkuak sepenuhnya. Kami yakin nantinya kami akan tahu, mengapa manusia bisa menahan nafas begitu lama tanpa menyebabkan kerusakan di otak.“ papar Dr. Lars Eichhorn lebih lanjut.

Jadi tubuh manusia sebenarnya punya sistem penyelamatan untuk keadaan darurat, yang menjaga fungsi otak dalam situasi kritis, selama mungkin.