1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahJerman

Membangkitkan Kesadaran tentang Holocaust lewat TikTok

Johanna Ruediger
27 Januari 2023

Situs-situs peringatan kamp konsentrasi Nazi dan para penyintas kini menggunakan platform media sosial TikTok untuk meningkatkan kesadaran di kalangan kaum muda tentang peristiwa Holocaust.

https://p.dw.com/p/4MlsO
Foto ilustrasi TikTok
Foto ilustrasi TikTokFoto: Johanna Rüdiger/DW

Agustus 2020, seorang gadis berusia 15 tahun dengan riasan pipi cekung menatap sedih ke kamera, videonya diiringi lagu penyanyi top Bruno Mars. Keterangan di video menjelaskan bahwa dia akan dideportasi ke kamp konsentrasi Nazi. Selanjutnya, seorang pria muda berseragam garis-garis muncul untuk mementaskan kedatangannya di surga. Pemuda itu mengatakan dia dibunuh di kamar gas di kamp konsentrasi Auschwitz.

Tahun 2020, pemeragaan kisah korban Holocaust di TikTok itu memicu kontroversi besar. Ketika itu sebuah tagar mengajak orang-orang muda dari Gen-Z yang berusia antara 14 hingga 24 tahun memerankan para korban Holocaust yang tewas di kamp konsentrasi.

Lembaga Auschwitz Memorial menanggapi tren tersebut dengan menyebutnya "menyakitkan dan ofensif".

Salah satu TikTokers muda membela diri dalam sebuah wawancara dengan mengatakan, dia justru sedang berusaha meningkatkan kesadaran tentang Holocaust di kalangan muda. Namun saat itu, banyak orang yang berpendapat bahwa platform yang terkenal dengan video joget-joget viralnya itu tidak sesuai untuk klip-klip pendek tentang Holocaust.

Monumen peringatan kamp konsentrasi Neuengamme di Hamburg
Monumen peringatan kamp konsentrasi Neuengamme di HamburgFoto: picture alliance/dpa

TikTok bisa berbeda

Dua tahun kemudian, Agustus 2022, David Gutzeit yang berusia 21 tahun dan adik perempuannya, Jonna, berkunjung ke situs peringatan kamp konsentrasi Neuengamme di Hamburg. Di bawah terik matahari musim panas, mereka mengenang peristiwa Holocaust di depan tumpukan batu yang menjadi simbol puluhan ribu korban pembunuhan rezim Nazi di tempat itu.

Monumen kamp konsentrasi Neuengamme memperingati lebih dari 100.000 orang dari seluruh Eropa yang dipenjarakan di kamp itu selama kekuasaan Nazi-Hitler. Separuh dari tahanan meninggal di sana.

"Banyak anak muda datang ke sini karena mereka melihat tempat ini di TikTok," kata Iris Groschek, sejarawan yang bertanggung jawab untuk kanal TikTok Monumen Peringatan Neuengamme — kanal pertama dari jenisnya saat dibentuk pada November 2021.

"TikTok sekarang menjadi penting bagi pusat-pusat peringatan untuk menjangkau kaum muda", kata Iris Groschek. David, seorang pengunjung mengatakan: "Tidak cukup bagi saya hanya membaca tentang itu di buku sekolah, saya ingin melihat dan menghayatinya di mana kekejaman Nazi ini terjadi."

Pendekatan baru untuk belajar tentang Holocaust

Studi menunjukkan bahwa generasi yang disebut Gen Z — mereka yang lahir antara tahun 1995 dan 2010—tidak banyak tahu tentang kamp konsentrasi Nazi, namun mereka jauh lebih tertarik untuk mengetahui tentang itu dibanding generasi orang tua mereka. "Kami ingin menciptakan visibilitas untuk topik tersebut di kalangan kelompok sasaran, dan menjangkau pengguna Gen Z di TikTok,” jelas Iris Groschek. Akun TikTok yang dikelolanya sekarang memiliki 27.000 pengikut. Beberapa videonya menjadi viral dengan jutaan kali penayangan.

"Kami sangat berhati-hati agar video kami tidak membuat pengguna kewalahan secara emosional. Kami ingin komunitas mempelajari sesuatu," kata Iris Groschek. Sejarawan penanggung jawab kanal TikTok Monumen Peringatan Neuengamme itu menambahkan, mereka tidak menghidupkan kembali cerita-cerita korban atau adegan kamp konsentrasi, seperti yang sering terlihat di TikTok.

Neuengamme sekarang tidak sendirian di TikTok, situs-situs monumen peringatan kamp konsentrasi lainnya juga membuka akun sendiri, seperti Bergen-Belsen di Jerman dan Mauthausen di Austria. "Potensi jangkauannya jelas lebih luas", kata Marlene Wöckinger, pengelola akun TikTok untuk Monumen Peringatan Mauthausen. Ada sekitar 200.000 orang mengunjungi situs Mauthausen setiap tahun, sedangkan satu video di TikTok dapat memiliki jangkauan yang sama, ujarnya.

Gidon Lev, penyintas Holocaust
Gidon Lev, penyintas Holocaust yang sekarang memakai TikTok untuk berkomunikasi dengan kaum mudaFoto: Tania Kraemer/DW

Konten para penyintas

Beberapa penyintas Holocaust juga telah menggunakan platform TikTok untuk menyampaikan kisah mereka, termasuk Lily Ebert, yang bersama cicitnya memiliki 1,9 juta pengikut. Wanita berusia 99 tahun itu menggunakan platform media sosial tersebut untuk menceritakan bagaimana dia bisa bertahan hidup.

Atau Gidon Lev, 88 tahun, penyintas kamp konsentrasi Theresienstadt. Khusus untuk Hari Peringatan Holocaust, 27 Januari 2023, dia bekerjasama dengan Monumen Peringatan Neuengamme untuk membuat video di Tiktok yang dia sebarkan di akun TikToknya.

"Yang membuat saya prihatin adalah, beberapa tahun terakhir ini kebencian, kekerasan dan anti-semitisme makin meningkat," kata Gidon Lev. Sebagai penyintas, adalah tugas dan tanggungjawabnya untuk menyampaikan apa yang dia alami kepada generasi muda, dengan berbagai cara dan media. "Kita harus menyampaikan kebenarannya. Mengingatkan bahayanya, dan melawan. Jangan mundur, jangan menyerah, jangan lupakan!"

(hp/as)