1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Membunuh Kanker dengan Virus

Gudrun Heise10 Maret 2014

Sejak lama virus dikenal dapat membunuh sel kanker. Kini ilmuwan Jerman mengembangkan virus campak untuk digunakan pada terapi kanker. Mereka yakin, metode tersebut cukup aman untuk pasien

https://p.dw.com/p/1BMiH
Krebs: Krebszellen
Foto: BayerHealthcare

Virus mampu menyusul ke dalam sel kanker dan membiakkan diri di dalamnya, Ilmuwan menyebutnya Onkolytic. "Melalui pembiakan virus-virus ini, sel kanker akan rusak dan meledak," kata Ulrich Lauer dari Klinik Universitas Tübingen.

Prinsip tersebut sebenarnya sudah terungkap sejak lebih dari seratus tahun lalu. Berulangkali ilmuwan mencatat kasus pasien yang mengidap kanker dan infeksi virus saat yang bersamaan, "dan berbarengan dengan infeksi virus, tumornya menyusut dan sebagian bahkan menghilang sama sekali," ujar Lauer.

Peneliti di Institut Paul Ehrlich dan Klinik Universitas Tübingen kini membuat virus campak Onkolytic untuk dipelajari. Mereka menggunakan virus yang dipakai untuk imunisasi campak pada anak-anak. Para peneliti berambisi memodifikasi virus tersebut untuk memerangi sel kanker.

Modifikasi Virus

"Kami mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh kelompok lain dalam penelitiannya," tutur Christian Buchholz dari Institut Paul Ehrlich. "Kami memodifikasi virusnya sehingga ia secara spesifik cuma berpengaruh pada sel induk tumor tertentu."

Langkah pertama pada setiap infeksi adalah menembus dinding sel. "Untuk itu virus membutuhkan reseptor yang berfungsi untuk membuka pintu menuju bagian dalam sel. Hal itu berhasil kami lakukan dengan cara memodifikasi virus agar mampu memakai reseptor yang cuma bereaksi terhadap sel induk tumor."

Ilmuwan menduga, sel tumor bertanggungjawab atas pertumbuhan sebuah tumor. Sel tersebut juga ditengarai kebal erhadap Chemotherapi dan sebab itu bisa menyebabkan tumor kambuh. Virus menginfeksi sel tumor tersebut dan menghancurkannya dari dalam.

Teknik Rekayasa Genetika

Salah satu metode yang digunakan untuk memodifikasi virus adalah melalui rekayasa genetika. Ilmuwan mengenal informasi DNA setiap virus dan bisa mengubahnya. "Modifikasi yang paling sering dilakukan adalah apa yang disebut menanam penanda genetika pada genom virus," kata Lauer.

Penanda genetika diubah menjadi penanda protein setelah proses infeksi. Mereka mengirimkan sinyal yang bisa dilihat lewat mikroskop atau diukur kadarnya di dalam darah. "Jadi kita bisa tahu apa virusnya sudah terdapat di tubuh pasien. Seberapa banyak jumlahnya dan sudah berapa lama ia menghinggap di dalam tubuh."

Ilmuwan juga bisa menambahkan "gen bunuh diri" ke dalam virus. Virus campak nantinya bisa mengenali reseptor khusus yang sering muncul pada sel kanker. Virus lantas menghinggap dan menembus dinding sel untuk lalu berkembang biak dan memaksa sel tumor melakukan bunuh diri.

Paradigma lain yang tengah diujicoba ilmuwan adalah menambahkan gen tambahan ke dalam virus yang mampu menyimulasikan sistem kekebalan tubuh terhadap sel kanker. "Modifikasi ini diharapkan mampu memperkuat virus secara efisien dan memantau pertumbuhannya," kata Lauer.

Risiko buat Pasien?

Pasien yang sudah melalui terapi virus Onkolytic menurut Lauer adalah orang yang sudah melewati fase pengobatan Chemoterapi dan Radioterapi. "Sejauh ini kami belum memantau adanya bahaya yang disebabkan oleh virus. Tentu saja semua ini masih berada di tahap awal penelitian."

Studi yang melibatkan pasien kanker saat ini ditujukan untuk mengungkap masalah-masalah keamanan. "Kita harus memeriksa, seberapa jauh virus itu berbahaya buat petugas medis atau pihak ketiga seperti anggota keluarga," tutur Lauer. "Sejauh ini kami tidak menemukan apapun, tapi kami sedang terus memeriksa."

Sel induk yang bertugas memproduksi sel darah sejauh yang diketahui ilmuwan tidak menjadi sasaran serangan virus campak. Karena sel-sel semacam itu memiliki imunitas sejak awal yang melindungi mereka, antara lain, dari virus campak.

Tapi di dalam sel tumor fungsi kekebalan tubuh tersebut sering tidak berfungsi. Sebab itu virus bisa dengan mudah menyusup. Ilmuwan meyakini, terapi virus campak saat ini sama amannya seperti imunisasi campak yang sudah dilakukan sejak beberapa dekade.