1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

130511 Plagiatsjäger Internet

25 Mei 2011

Karir politik mantan Menteri Pertahanan Karl-Theodor zu Guttenberg tersandung karena terbukti melakukan plagiarisme. Internet dan para pemburu plagiat berperan sangat penting dalam pengungkapan itu.

https://p.dw.com/p/11NhW
Foto: DW

Daftar target potensial para pemburu plagiat terbilang panjang. Lebih dari 200 desertasi doktor diajukan para sukarelawan platform internet PlagiPedi di forum mereka untuk diperiksa. Termasuk karya tokoh-tokoh terkenal seperti Kanselir Jerman Dr. Angela Merkel, mantan kanselir Dr. Helmut Kohl atau Direktur Deutsche Bank, Dr. Josef Ackermann.

Siapa pastinya yang berada di balik para pemburu plagiat di internet, tidak jelas. Kebanyakan menggunakan nama samaran. "Dr. Martin Klicken" mengurusi penyelidikan media. Ia menolak menyebutkan nama aslinya. Pertanyaan ia jawab secara lisan. Ia adalah insinyur yang tengah mengambil program doktoral dari utara Jerman, dan berencana meniti karir di bidang keilmuan.

Sayangnya, orang yang menunjukkan adanya kesalahan justru sering dianggap hanya ingin membuat orang lain susah. Selama hal itu tak berubah, "Dr. Martin Klicken" tak melihat alasan mengapa ia harus mempertaruhkan karir, sebagai dosen universitas misalnya. Nama samaran menawarkan perlindungan tertentu.

Hingga 1000 sukarelawan, seperti Dr. Martin Klicken, terlibat dalam pemeriksaan disertasi mantan Menteri Pertahanan Jerman Karl-Theodor zu Guttenberg. Dalam tempo beberapa hari mereka mendokumentasi banyak sekali kutipan dari dalam disertasi Guttenberg, yang tidak dicantumkan sumbernya. Temuan ini diperiksa oleh sejumlah relawan lain. Alat terpenting yang mereka gunakan adalah mesin pencari Google. Lewat Google, mereka membandingkan kalimat yang dicurigai dengan kalimat yang ditemukan oleh mesin itu di internet.

Kebanyakan sukarelawan diduga berasal dari kalangan akademis. Mahasiswa-mahasiswi, calon doktor atau sudah doktor. Orang-orang yang berang terhadap devaluasi dan pengecilan terhadap gelar doktor akibat ulah para plagiator.

Peneliti plagiat profesional seperti pakar ilmu komunikasi Dr. Stefan Weber menyambut baik hasil kerja para aktivis internet. "Ini merupakan koreksi penting untuk apa yang selama beberapa tahun terakhir tak dilakukan di universitas. Tampaknya tak ada kontrol terhadap plagiat, tak ada pencarian dengan mesin pencari seperti Google dan disertasi tak dibaca dengan cermat. Kini tiba-tiba ada jaringan kolektif dengan perhatian luar biasa dan tidak mungkin dilakukan oleh perorangan. Saya menilainya sangat positif."

Sudah bertahun-tahun Weber ditugaskan kalangan universitas dan pemberi gelar doktor untuk menguji kalimat atau bagian dari karya tulis yang diduga dijiplak. Karya jiplakan yang terbongkar sejauh ini, menurut Weber hanyalah puncak dari sebuah gunung es.

Stefan Weber mengungkapkan, "Di media saat ini ada diskusi tentang sejumlah kasus, Guttenberg, Koch-Mehrin, putri Stoiber. Jika media bicara tentang skandal plagiat, dan kita hanya melihat kasus-kasus ini, maka ada kesan jumlahnya kecil dan hanya menyangkut politisi. Tetapi skandal plagiat yang sesungguhnya setiap tahun ada puluhan, atau ratusan, dan tahun-tahun sebelumnya ditutupi oleh pihak universitas. Itu yang paling buruk. Dan bahwa orang yang mengungkap kasus penjiplakan seringkali dilihat sebagai pihak yang jahat, itulah yang membuat para penjiplak lolos."

Namun Weber melihat kesalahan bukan semata di pihak para penjiplak. Para professor pun tak luput dari kesalahan. "Ada sejumlah profesor yang entah kapan letih, karena usia maupun pekerjaannya, sehingga saat menerima karya dari orang-orang yang mendapat begitu banyak penghargaan, mereka tidak lagi cermat membacanya dan tidak kritis dalam memberi penilaian. Tentu saja pada sejumlah profesor, faktor malas juga berperan. Faktor ketiga adalah kurangnya kompetensi teknis. Hampir semua penguji atau pendamping yang sudah berumur tidak bisa menggunakan internet, Google, Web 2.0. Dan tentu saja mereka tak bisa memeriksa desertasi yang dijiplak, ditulis ulang, atau copy paste.“

Weber menuntut tindakan baru untuk pengamanan kualitas di universitas. Yaitu, kewajiban menyerahkan karya ilmiah dalam bentuk digital, penunjukan pengawas khusus untuk memeriksa kejujuran ilmiah di universitas. Harapan akan kejujuran lebih besar dari kalangan universitas, dilontarkan Stefan Weber dan para pemburu plagiator di internet. Tetapi skandal plagiat, seperti Guttenberg, Koch-Mehrin dan lainnya, mengancam tingkat kepercayaan terhadap gelar doktor Jerman, dan dengan begitu kepercayaan terhadap seluruh civitas akademika Jerman.

Nils Nauman/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid