1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Memulihkan Kecanduan Narkoba Lewat Bertinju

9 September 2016

Sebuah pusat rehabilitasi kecanduan narkoba menawarkan pada mantan pengguna narkoba untuk meredam kecanduan mereka melalui olahraga tinju. Ini menjadi bagian dari terapi alternatif.

https://p.dw.com/p/1JysO
Symbolbild Boxen
Foto: Fotolia/mankale

Lepas Dari Narkoba Dengan Bertinju

Genderang perang terhadap narkoba yang ditabuh Pemerintah Indonesia setelah melihat tingginya pengguna obat bius dalam beberapa tahun terakhir disambut Rumah Cemara yang merupakan pusat rehabilitasi mantan pecandu narkoba di kota Bandung, Jawa Barat. Rumah ini mengantisipasi berbagai program pemerintah dengan menawarkan sebuah program unik untuk membantu meredam tingginya jumlah pengguna narkoba..

Yakni dengan menawari bekas pecandu narkoba untuk menggeluti olahraga tinju sebagai bagian dari pengobatannya. Klub tinju ini dibuka pada tahun 2013. Rumah Cemara menggunakan program itu untuk sekaligus menarik mantan juara tinju nasional untuk menjadi sukarelawan di klub sebagai pelatih. Pelatihan di klub berlangsung lima malam dalam sepekan. Pada hari Selasa dan Kamis, sasana tinju diperuntukkan bagi atlet profesional.

"Tinju merupakan kegiatan yang menghasilkan endorphin, serotonin dan dopamin dalam tubuh manusia, menyediakan pengganti yang positif dan sehat atas efek obat bius pada mantan pengguna narkoba. Ini akan membantu mereka menjauhi narkoba," kata pendiri Rumah Cemara, Ginan Kusmayadi. Rumah Cemara didirikan oleh lima mantan pengguna narkoba.

Rumah Cemara ingin memberikan tempat yang aman dan nyaman, di mana pecandu narkoba yang tengah menjalani pemulihan dan orang yang hidup dengan HIV/AIDS (OHDA) bisa berbagi pengalaman dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Menghapus stigma sosial

Klub tinju Rumah Camara menyambut baik mereka yang ingin menjalani pengobatan untuk kecanduan narkoba dan orang lain yang juga tertarik ingin memasuki ring dan menggelutin olahrgan ini. Bagi manajemen klub, penting artinya untuk menghapus stigma sosial yang terkait dengan mantan pengguna narkoba.

Klub sejaun ini memiliki 200 anggota yang terdaftar, dan 80 orang di antaranya mantan pengguna narkoba. Anggotanya berkisar dari usia 12 sampai 45 tahun, dan berasal dari semua lapisan masyarakat, termasuk guru, siswa, musisi, seniman dan bahkan anak-anak jalanan.

"Tinju telah menjadi semacam tempat pelatihan bagi mantan pengguna narkoba untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat umum. Ketika mereka selesai pelatihan mereka, mereka akan memiliki beberapa pengalaman untuk berinteraksi di dunia nyata," tambah Ginan.

Jadi petinju profesional

Hasilnya juga cukup positif. Beberapa mantan pengguna narkoba kini menjadi petinju profesional. Resnu Sundava yang berusia 22 tahun telah menggunakan narkoba sejak ia berusia 10 tahun. Dia tinggal di lingkungan keras bersama dengan anggota geng motor, di mana ia diperkenalkan dengan rokok, minuman beralkohol dan shabu.

Resnu sebelumnya sudah bertinju sebelum terjerumus narkoba. Oleh sebab itu ia memilih Rumah Cemara untuk terapi. Ia bergabung dengan klub tinju di sana dan kesehatannya meningkat. Kini bakatnya di bidang olahraga tinju makin bersinar. Dia telah memenangkan berbagai kompetisi lokal dan amatir selama tiga tahun terakhir.

Oktober 2015, Resnu memenangkan gelar divisi kelas terbang di kompetisi tinju regional di Timor Leste, mengalahkan petinju lainnya dari Indonesia, Filipina, Thailand dan Timor Leste. Bagi Resnu, tinju telah memberinya kesempatan lain dalam hidup. "Saya sekarang bisa hidup tanpa obat. Sebelum pelatihan saya, saya tidak bisa meninggalkan rumah tanpa menggunakan obat-obatan. Terima kasih Tuhan, tinju telah memberi saya rasa percaya diri," katanya.

Sebelum bergabung dengan pertandingan tinju, mantan pengguna narkoba di Rumah Cemara menerima sesi konseling dengan dampingan psikolog. Konseling meliputi sesi meditasi selama 30 menit dengan menggunakan musik dan aromaterapi lilin.

Keterbatasan BNN

Pusat rehabilitasi swasta seperti Rumah Cemara belakangan menjadi semakin penting karena Indonesia tengah berjuang dengan krisis obat bius. Pada bulan April tahun ini, Badan Narkotika Nasional melaporkan di Indonesia terdapat 1,7 juta pecandu narkoba yang berusia mulai dari 10 sampai 59 tahun.

Karena keterbatasan sumber daya, badan ini hanya mampu merehabilitasi sekitar 42.000 pengguna narkoba di pusat rehabilitasi milik pemerintah pada tahun 2015. Para ahli medis akan mencari metode pengobatan alternatif seperti tinju untuk membantu menangani meningkatnya pengguna narkoba yang membutuhkan pengobatan.

"Secara umum, olahraga rekreasi baik untuk mantan pengguna narkoba karena menjaga mereka agar tetap sehat jasmani dan rohani. Tinju berfungsi sebagai media untuk mengekspresikan agresi mereka dengan cara yang positif," kata Benny Ardjil, seorang spesialis dalam kesehatan mental dan kecanduan narkoba.

Klub tinju di Rumah Cemara kini mamasang target untuk melatih lebih banyak mantan pengguna narkoba. Tujuannya agar semakin banyak bekas pencandu juga bisa menunjukkan prestasi dan bersaing di kompetisi lokal dan internasional, memberdayakan mereka dan membuka wawasan kehidupan yang lebih baik.

ap/as(ap)