1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menantang Sarkozy Tanpa Antusiasme

16 April 2012

Bahkan bagi rekan separtai, François Hollande adalah politisi tingkat daerah yang tidak punya profil istimewa. Tetapi berlawanan dengan Presiden Sarkozy, Hollade dari kubu sosialis ternyata disukai banyak warga.

https://p.dw.com/p/14eof
Francois Hollande, Socialist Party candidate for the 2012 French presidential election, speaks during a campaign rally outside the Chateau de Vincennes, in Paris, April 15, 2012. Presidential rivals Nicolas Sarkozy and Hollande stage competing rallies in Paris Sunday in a last ditch battle for votes, just a week before elections. REUTERS/Charles Platiau (FRANCE - Tags: POLITICS ELECTIONS)
François HollandeFoto: Reuters

Berkali-kali calon dari kubu sosialis itu menyerukan untuk bersikap hati-hati. Tetapi dalam kampanye besar terakhir sebelum dimulainya putaran pertama pemilihan presiden Perancis, Minggu 22 April 2012, seruannya berbeda. "Tidak ada yang dapat menghalangi kita! Tidak ada yang dapat menghentikan kita! Kemenangan akan datang 6 Mei!" Demikian seruan François Hollande kepada massa. Massa melambaikan bendera partai yang berwarna merah-putih sambil mengelu-elukan penantang Presiden Nicolas Sarkozy itu, setiap kali ia menyerukan kubu sosialis untuk bersatu.

Keraguan Walaupun Jajak Pendapat Positif

Sekitar 100.000 pendukung kubu sosialis berkumpul di depan lapangan di depan Istana Vincennes, demikian keterangan partai sosialis. Dengan demikian jumlahnya sama seperti massa yang mengelu-elukan Sarkozy hanya beberapa kilometer dari lokasi itu, di Place de la Concorde, di pusat ibukota Paris. Bagi Hollande perbandingan ini ibaratnya catatan kaki dalam sejarah kampanyenya. Jajak pendapat memprediksikan kemenangannya. Namun demikian banyak pemilih kubu kiri tetap ragu.

A giant banner in the colours of the French national flag is seen in this general view with tens of thousands of supporters of Francois Hollande, Socialist Party candidate for the 2012 French presidential election, who attend a campaign rally near the Chateau de Vincennes in Paris April 15, 2012. Presidential rivals Nicolas Sarkozy and Hollande stage competing rallies in Paris on Sunday in a last ditch battle for votes, just a week before the elections. REUTERS/Patrick Kovarik/Pool (FRANCE - Tags: POLITICS ELECTIONS) // eingestellt von nis
Massa yang berkumpul untuk mendengarkan pidato Hollande di Vincennes (15/04/2012)Foto: Reuters

"Pendukung tidak memiliki antusiasme sebesar lima tahun lalu, ketika Ségolène Royal maju sebagai kandidat. Ketika itu, mereka tampaknya berani bermimpi akan menang, sedangkan sekarang mereka terdengar lebih tenang dan menguasai diri ketika mendengar pidato Hollande." Demikian pendapat perempuan muda Aurélie Rida, yang mendukung kubu sosialis. Ia menyebarkan iklan bagi organisasi pemuda-pemudi pendukung kubu sosialis, Parti Socialiste (PS) di pinggir lokasi kampanye. Tetapi itu tidak disampaikannya sebagai kecaman. Menurutnya, itu tidak disebabkan Hollande atau programnya yang realistis, melainkan akibat krisis, yang menyebabkan banyak pendukungnya patah semangat.

Bahaya dari Sisi Kiri

Lewat bincan-bincang di Vincennes tampak jelas, François Hollande adalah calon yang didukung berdasarkan pemikiran logis dan akal sehat. Ia harus mengalahkan Sarkozy yang dibenci banyak orang. Tetapi Hollande tidak berhasil mencapai hati pemilihnya. Hollande sendiri sengaja tampil dengan citra rakyat biasa, tanpa gaya seperti bintang, sehingga jelas berlawanan dengan Sarkozy. Menurut jajak pendapat terakhir, Presiden Perancis saat iniadalah presiden yang paling tidak disukai dalam beberapa dasawarsa belakangan ini.

Bahwa dalam pemilihan putaran pertama Hallande kemungkinan belum unggul terhadap Sarkozy, sudah diprediksi lewat jajak pendapat. Terutama mantan anggota partai sosialis Jean-Luc Mélenchon, yang kini maju bersama Front de Gauche (Fron Kiri) dengan resep penanganan krisis yang sederhana, didukung banyak orang. Mélenchon juga tampak berkarisma dalam kampanyenya.

France's President and UMP party candidate for the 2012 French presidential elections Nicolas Sarkozy, arrives at a political rally on the place de la Concorde in Paris, April 15, 2012. Presidential rivals Nicolas Sarkozy and Francois Hollande stage competing rallies in Paris, Sunday, in a last ditch battle for votes, just a week before elections. REUTERS/Michel Euler/Pool (FRANCE - Tags: POLITICS ELECTIONS) // eingestellt von nis
Nicolas Sarkozy dalam kampanye (15/04/2012)Foto: Reuters

Awal bagi Hollande - Duel Hadapi Chirac

Karena orang tidak dapat segera meraih hati banyak orang, Hollande yang berusia 57 tahun meniti karir politik sejak awal dengan upaya keras dan ketahanan tinggi. Ketika rakyat Perancis tahun 1981 memilih calon kubu sosialis François Mitterrand lewat pemilihan langsung presiden, partai sosialis menempatkan Hollande yang ketika itu berusia 26 tahun menjadi politisi tingkat daerah, tepatnya ke daerah pemilih Jacques Chirac di daerah pertanian Corrèze. Politisi muda Hollande, yang ketika itu juga bekerja sebagai penasehat bidang ekonomi di Istana Elysée berjuang untuk mendapat mandat di parlemen. Waktu itu, dengan menghadapi Chirac, ia tidak punya peluang sama sekali.

Tetapi setelah beberapa tahun berlalu, Hollande mulai dihormati masyarakat pedesaan. Tetapi tahun 1988 Hollande berhasil menjadi anggota parlemen, hampir bersamaan dengan Nicolas Sarkozy yang berusia hampir sama. Sejak itu keduanya yang besar di daerah elit Neuilly di pinggiran ibukota Paris sering bertemu. Di luar kamera mereka juga akrab.

Dominique Strauss-Kahn, former head of the International Monetary Fund, looks on prior to a television interview at the TV news broadcast by French TV station TF1, in Boulogne-Billancourt, outside Paris, Sunday Sept. 18, 2011. Strauss-Kahn has dismissed French writer Tristane Banon's claims that he tried to rape her during a 2003 interview as "imaginary" and insisted there was "no act of aggression, no violence." (ddp images/AP Photo/Francois Guillot, pool)
Dominique Strauss-KahnFoto: AP

Berbeda dari Sarkozy atau Ségolène Royal yang lama menjadi pacar Hollande, politisi partai sosialis itu tidak pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Sehingga pengalamannya sebagai pemimpin terutama terfokus pada 11 tahun masa jabatannya sebagai ketua Partai Sosialis dari tahun 1997 hingga 2008. Ketika Hollande menyerahkan jabatan kepada Martine Aubry, yang menjabat sampai sekarang, Aubry mengatakan, Hollande meninggalkan partai dalam keadaan menyedihkan.

François Hollande dapat menjadi calon presiden dari Partai Sosialis terutama akibat skandal seks yang membebani calon favorit partai, Dominique Strauss-Kahn, yang disebut DSK. Tetapi setelah DSK gugur sebagai calon, anggota penting organisasi muda partai sosialis, Laurent Fabius tetap menganggap pencalonan diri Hollande "sebagai lelucon". Anggota terkenal partai sosialis lainnya juga berpendapat serupa.

Ketika Ségolène Royal maju sebagai calon, Arnaud Montebourg mengatakan di televisi, "Ségolène Royal hanya punya satu kelemahan, yaitu pacarnya." Royal sendiri mengajukan pertanyaan menyangkut Hollande, yang menjadi ayah empat anaknya, "Apakah rakyat Perancis dapat menyebut satu hal, yang telah dicapainya dalam 30 tahun karir politik?" Hollande sekarang hidup bersama wartawan Valérie Trierweiler.

Program Tetap Tidak Jelas

Di depan Istana Vincennes suara-suara seperti itu sekarang tidak terdengar lagi. Para pengkritik Hollande kini berspekulasi tentang jabatan yang mungkin diperoleh mereka, jika Hollande menang. Tetapi Hollande tidak menentukan siapapun untuk posisi manapun. Ini bisa menjadi petunjuk arah politik Hollande.

French Socialist party member and former presidential candidate Segolene Royal delivers her speech after announcing she was a candidate to become Secretary General of the French Socialist Party, on the last day of the 75th French Socialist Party congress in Reims, eastern France, Sunday Nov. 16, 2008. (AP Photo/Remy de la Mauviniere)
Ségolène RoyalFoto: AP

Programnya, "60 Kewajiban bagi Perancis", tidak dirumuskan dengan jelas, sama halnya dengan program Nicolas Sarkozy. Yang jelas, Hollande yang bagi rakyat Perancis termasuk sosialis moderat hanya memberikan sedikit petunjuk bagi masyarakat dan berbagai kubu di partainya. Perundingan ulang dalam masalah perjanjian keuangan Uni Eropa termasuk poin yang menunjukkan kekuatan dan membuat kepala berita besar. Terutama di Jerman kekhawatiran besar, bahwa kesepakatan yang berhasil didorong Kanselir Angela Merkel menerobos berbagai rintangan dapat diperlunak.

Di dalam negeri, Hollande mendapat dukungan karena janji-janjinya untuk menciptakan 60.000 posisi baru bagi guru, membatalkan sebagian reformasi uang pensiun dan menetapkan pajak 75% bagi milyuner. Meningat keadaan keuangan negara yang mengenaskan dan akibat tekanan dari pasar uang, para pengamat memperkirakan, jika menang pemilihan presiden, Hollande harus segera memberikan jawaban atas pertanyaan penting, bagaimana mengurangi pengeluaran negara.

FILE--French President Francois Mitterrand seen shortly before the start of a television interview Sept. 12, 1994 in Paris, died in Paris Monday Jan. 8, 1996, according to an announcement on French state radio. Mitterrand left office Wednesday May 17, 1995 as the longest serving president of France, taking with him a wealth of secrets and leaving a legacy rich in controversy. Mitterrand died Monday Jan. 8, 1996. (AP Photo/Lionel Cironneau/FILE)
Mantan Presiden François MitterrandFoto: AP

"Apa kita menjanjikan terlalu banyak bagi warga Perancis?"

Tampaknya kemungkinan inilah yang menyebabkan banyak penduduk kubu sosialis tidak terlalu mengharapkan kemenangan calonnya, seperti dilakukan pendukung François Mitterrand 13 tahun lalu, ketika partai itu hendak mengubah seluruh negara. Foto-foto ketika Mitterrand menang, yang ditunjukkan di layar raksasa di Vincennes sebelum Hollande berpidato, menyebabkan kontras ini tampak jelas bagi semua orang. Tetapi setelah beberapa pernyataan diberikan Hollande, Rida, seorang anggota organisasi pendukung muda kubu sosialis sudah menyatakan kekhawatiran. "Kami memberikan banyak janji kepada warga Perancis. Jika kami tidak berhasil, kubu kanan akan memerintah dalam 30 tahun mendatang."

Ketika di bawah sorak-sorai pendukungnya François Hollande meninggalkan panggung setelah berbicara 50 menit, banyak orang telah meninggalkan lokasi. Mungkin banyak dari mereka kembali ingat pada sebuah kutipan terkenal dari film tentang tahun-tahun terakhir pemerintahan François Mitterrand. "Saya adalah presiden besar terakhir. Setelah saya hanya akan ada pakar keuangan dan akuntan." Begitu kata sang presiden dalam film tersebut, dengan penuh kerendahan hati.

Andreas Noll / Marjory Linardy

Editor: Agus Setiawan